Mengenal Tarei Asyeik, Ritual Adat Memanggil Roh Leluhur Khas Masyarakat Gunung Kerinci
Tarei Asyeik sebuah upacara adat khas masyarakat Gunung Kerinci Jambi untuk memanggil roh-roh leluhur mereka.
Tarei Asyeik sebuah upacara adat khas masyarakat Gunung Kerinci Jambi untuk memanggil roh-roh leluhur mereka.
Mengenal Tarei Asyeik, Ritual Adat Memanggil Roh Leluhur Khas Masyarakat Gunung Kerinci
Upacara adat sudah menjadi sebuah bentuk ritual di Indonesia. Tak sedikit ritual tersebut masih terikat dengan para leluhur dan masih menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme.
Salah satu ritual yang masih kental dengan unsur magis dan sakral yaitu Tarei Asyeik yang berkembang di lapisan masyarakat Gunung Kerinci, Provinsi Jambi. Secara umum, tujuan dari ritual Tarei Asyeik ini masih cukup beragam, mulai dari penolak bala, penyembuhan, hingga ucapan rasa syukur atas hasil panen.
-
Bagaimana cara melakukan Tradisi Ujungan? Tradisi ini dilakukan dengan cara saling pukul satu sama lain menggunakan sebilah batang rotan.
-
Kapan Ritual Adat Laluhan dilakukan? Pada peringatan hari jadi ke-218 Kota Kuala Kapuas, Acara Adat Laluhan khas Suku Dayak kembali digelar.
-
Bagaimana tradisi upah-upah dilakukan? Tradisi upah-upah biasanya dilengkapi dengan jamuan kecil maupun besar serta doa dan selamat atas tercapainya suatu hal.
-
Di mana tradisi Kawin Tangkap terjadi? Tradisi kawin tangkap merupakan perkawinan yang dilakukan dengan cara menangkap perempuan dengan paksa untuk dikawinkan dengan seorang pria yang tidak dicintainya.Tradisi kawin tangkap memiliki makna dalam mengangkat derajat atau untuk menghilangkan rasa malu kepada keluarga laki-laki.
-
Di mana tradisi ruwahan dilakukan? Tradisi ini masih dilestarikan oleh warga di Jakarta, Bekasi, Depok dan sekitarnya.
-
Apa itu Tradisi Ujungan? Warga di kampung adat Cibadak, Desa Warung Banten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak memiliki sebuah tradisi unik bernama Ujungan.
Sampai saat ini, Tarei Asyeik sudah ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda Indonesia pada tahun 2016 silam.
Simak ulasan ritual adat khas masyarakat Kerinci yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
Asal-Usul
Kata "Asyeik" diambil dari bahasa Kerinci yaitu Aseak, Asyek, atau Aseik yang berarti khusyuk atau penuh keyakinan. Maksudnya karena upacara ini dilakukan untuk memohon bantuan melalui kekuatan sakti dengan penuh keyakinan.
Tak hanya meminta agar keinginannya terpenuhi, ritual Tarei Asyeik ini juga dipercaya dapat memberikan ketenangan bagi orang-orang yang baru saja tertimpa musibah.
Durasi Ritual Berhari-hari
Melansir dari beberapa sumber, upacara Tarei Asyeik sudah berlangsung sejak zaman Pra-sejarah dan masyarakat Kerinci masih menganut sistem kepercayaan Animisme dan Dinamisme.
Dalam pelaksanaannya, upacara ini memiliki durasi yang cukup panjang dan banyak yang harus dipersiapkan. Bahkan, ritual ini bisa berlangsung berhari-hari dan satu minggu lamanya.
Selain itu, upacara ini juga menampilkan tari-tarian yang diiringi dengan syair-syair mantra dan instrumen tradisional yang membuat salah satu penarinya kemasukan arwah roh halus.
Saat ini, ritual ini sudah ditinggalkan sejak agama Islam masuk ke Provinsi Jambi. Banyak spekulasi tentang ritual yang bertolak belakang dengan ajaran-ajaran Islam.
Proses Pelaksanaan
Pada pelaksanaannya, ritual Asyeik dipimpin oleh seorang imam bernama Imam nan Barempak baik itu laki-laki ataupun perempuan.
Mereka-mereka ini dipercaya telah ditunjuk oleh nenek moyang untuk membimbing masyarakatnya.
- Modus Ritual Buang Sial, Pria di Ogan Ilir Cabuli Anak Tiri Hingga Hamil
- Cara Masyarakat Karo Atasi Kekeringan saat Musim Tanam, Lakukan Ritual Tarian Pemanggil Hujan
- Penampakan Artefak Sihir yang Ditemukan di Rute Haji Kuno, Peneliti Sebut Dulu Digunakan untuk Ritual Magis
- Gelar Songo, Ritual Bersih Desa Warga Desa Glagah Banyuwangi
Selanjutnya, upacara akan dilanjutkan dengan tarian dengan diiringi ritual-ritual tertentu. Para penari ini biasa disebut Balian atai Bilan. Untuk jumlahnya sendiri tak terbatas baik itu laki-laki atau perempuan.
Ritual ini terkadang juga dilaksanakan ketika ada orang atau kelompok yang sedang membutuhkan. Biasanya mereka akan mendatangi imam untuk memimpin ritual.
Kemudian, sang imam akan menjadi perantara untuk menyampaikan pesan, apabila kerasukan, itu tandanya sudah dihadiri oleh leluhur mereka.