Mengenal Tari Faluaya, Tradisi Keperwiraan ala Suku Nias
Budaya Suku Nias tidak terlepas dari Hombo Batu atau lompat batu yang sudah sangat mendunia. Bersamaan dengan Hombo Batu, terdapat tarian bernama Tari Faluaya. Uniknya, kedua budaya ini lahir dari tradisi keperwiraan budaya Nias.
Budaya Suku Nias tidak terlepas dari Hombo Batu atau lompat batu yang sudah sangat mendunia. Bersamaan dengan Hombo Batu, terdapat tarian bernama Tari Faluaya. Uniknya, kedua budaya ini lahir dari tradisi keperwiraan budaya Nias.
Tari Faluaya juga menggambarkan proses peperangan yang dilaksanakan dengan penuh semangat yang membara. Tarian ini sekaligus menjadi simbol persatuan dan kesatuan sebuah masyarakat saat menghadapi ancaman musuh.
-
Siapa saja yang dibebani dengan pajak di Sumut? Pajak adalah pembayaran wajib yang harus dibayarkan oleh individu atau badan usaha kepada pemerintah sesuai dengan undang-undang.
-
Bagaimana Imlek dirayakan di Sumut? Sejarah perayaan Imlek di Indonesia telah ada sejak abad ke-15 ketika pedagang Tionghoa datang ke Nusantara. Perayaan ini telah menjadi bagian dari budaya Indonesia, dengan tradisi seperti memasang lampion, menyiapkan makanan khas Imlek, dan memberikan angpao.
-
Siapa saja yang terlibat dalam kerja bakti di Sumut? Saat kerja bakti, tak jarang terjadi komunikasi yang intens antarwarga.
-
Apa yang diresmikan oleh Prabowo Subianto di Sukabumi? Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto meresmikan lima titik sumber air di Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu (30/12/2023).
-
Kenapa Curug Cimarinjung di Sukabumi terkenal? Memotret diri dengan keindahan ngarai dan air terjun akan membuat hasil foto pengunjung semakin istimewa.
-
Bagaimana Sumur Barhut terbentuk? Dilansir Muscat Daily, disebutkan jika sumur neraka ini dibentuk oleh pelarutan batuan gamping. Seperti yang ditemukan wilayah Dhofar, Oman, dan di wilayah Mahra dan Hadramaut, Yaman. Lapisan batuan di gua ini terkikis oleh air tanah yang mengandung garam dan asam. Hal ini kemudian membentuk cekungan dan gua yang dalam setelah beberapa juta tahun.
Melansir dari laman indonesia.go.id, arti kata 'Faluaya' berarti "Bersama-sama" atau "Kebersamaan", dan bisa juga diartikan "Kerja Sama". Apabila disimpulkan bahwa Tari Faluaya ini dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok. Pada pelaksanaannya sendiri, tarian ini dibawakan secara kolosal, jumlah penarinya bisa tak terbatas dan di perankan langsung oleh kaum laki-laki.
Sebagai Tarian Penyemangat
warisanbudaya.kemdikbud.go.id ©2022 Merdeka.com
Sebelum Tari Faluaya menjadi menjadi bagian dari acara kebudayaan di Kepulauan Nias, tarian ini digunakan oleh para leluhur untuk meningkat semangat penduduk desa sebelum berperang dengan desa lain. Tarian ini dipandang "bergengsi" dalam kehidupan laki-laki di pedesaan, sebab tarian ini melambangkan perubahan status laki-laki dari remaja menjadi laki-laki dewasa.
Tari Faluaya menceritakan tentang sebuah peperangan antar desa di masa lalu. Tiap daerah di Kepulauan Nias memiliki latar belakang peristiwa dan kisahnya masing-masing. Cerita yang terkenal adalah tentang perang antara Desa Orahili Fau dan Desa Bawomataluo.
Diiringi Dengan Syair
Melansir dari budaya-indonesia.org, bahwa Tari Faluaya tidak diiringi oleh alat musik baik itu alat musik dari Barat maupun alat musik tradisional Suku Nias. Tetapi hanya diiringi dengan serangkaian syair-syair yang dinyanyikan dengan lantang dan penuh semangat.
Syair-syair yang dibawakan biasa disebut dengan Hoho oleh Masyakarat Nias. Susunan syair ini dinyanyikan secara sahut-sahutan dengan maksud untuk mengungkapkan hal yang berhubungan dengan asal-usul, kejadian, sejarah, hukum adat dan sebagainya.
Hoho dalam berbagai versi merupakan salah satu tradisi lisan yang dapat dijadikan rujukan untuk memahami kebudayaan lama mereka. Maka dari itu, Hoho lahir berdasarkan kehidupan mereka sehari-hari, seluruh kehidupan masyarakat Nias pada zaman dahulu telah diatur oleh Hoho.
Prosesi Tari Faluaya
Dirancang layaknya perang betulan, proses Tari Faluaya ini juga dipimpin seorang penari panglima perang atau Kafalo Zaluaya. Masih di barisan depan, berdiri dengan gagah wakil panglima dan pemandu Hoho bernama Sondroro atau pemandu syair pemberi semangat.
Posisi panglima perang berada di depan dan memberikan komando ke arah para penari atau Bohalima. Panglima ini juga memberi aba-aba kepada para penari untuk membentuk formasi berjajar panjang.
Dalam menarikan tarian ini, penari menggunakan pakaian warna-warni yang terdiri dari warna hitam, kuning, dan merah, dan juga dilengkapi mahkota di kepala layaknya seorang kesatria.
Para penari juga dilengkapi dengan beragam alat perang seperti Baluse (sejenis perisai dari kayu), Toho (tombak yang ujungnya dibuat terkait), Balewa (parang yang panjang), Tologu (pedang), dan Kalabubu (sejenis kalung terbuat dari tempurung kelapa).
Gerakan yang Penuh Arti
Tarian diawali dengan gerakan kaki maju mundur sambil dihentakkan ke tanah dan meneriakkan kata-kata semangat. Makna dari gerakan ini adalah kesiapan para prajurit untuk maju ke medan perang. Gerakan berikutnya diikuti dengan formasi melingkar yang menggambarkan sedang mengepung musuh.
Gerakan tari Faluaya termasuk cukup dinamis, dengan hentakkan kaki yang diiringi oleh gerakan mengayunkan tombak dan pedang digambarkan sebagai semangat seorang prajurit dalam mempertahankan diri dari serangan musuh.
Peran dari Sondroro pada pertunjukan Tari Faluaya begitu penting. Seorang Sondroro harus mampu membangun teks yang berisikan ungkapan spirit patriotisme atau perjuangan dan juga spirit kemenangan. Bila diartikan, Sondroro ini mengobarkan api semangat para penari untuk melukiskan daya juang yang tinggi dan sikap kepahlawanan.