Mengenal Tau-Tau, Aksesori Replika Orang Meninggal di Tana Toraja
Raut wajah patung Tau-Tau sekilas nampak menyeramkan. Namun inilah wujud rupa asli dari replika orang Toraja yang telah meninggal. Setiap orang Toraja yang meninggal akan dibuatkan patung ini, aturannya mengikuti ketentuan yang ada dalam Aluk TodoloSetiap orang Toraja yang telah meninggal akan dibuatkan replika.
Selain rambu solo, Tana Toraja punya tradisi unik berupa pembuatan replika orang meninggal yang terbuat dari pahatan kayu. Miniatur patung-patung ini dibuat semirip mungkin dengan sosok yang telah meninggal. Setiap orang yang meninggal, akan dibuatkan minimal satu buah Tau-Tau sesuai dengan status sosialnya di masyarakat.
Tau-Tau merupakan simbol bagi orang yang telah meninggal. Proses pembuatan Tau-Tau tidak boleh dikerjakan oleh sembarang orang. Tau-Tau harus dibuat berdekatan dengan jenazah yang dibuatkan Tau-Tau.
-
Apa yang terjadi di Tana Toraja? Bencana tanah longsor terjadi di Dusun Palangka, Kecamatan Makale, dan Dusun Putu, Lembang Randang Batu, Kecamatan Makale Selatan, Kabupaten Tana Toraja pada Sabtu (13/4) malam.
-
Apa yang terjadi pada Gunung Ruang di Sulawesi Utara? Gunung Ruang yang berada di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara meletus pada Selasa (16/4) malam.
-
Apa yang terjadi di Ganting, Sumatera Barat? Terjangan banjir bandang telah meluluhlantakkan rumah-rumah warga di Ganting, Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
-
Dimana lokasi Padang Rumput Savana Bromo? Padang rumput savana Bromo terletak di selatan timur gunung.
-
Kapan longsor Tana Toraja terjadi? Bencana tanah longsor terjadi di Dusun Palangka, Kecamatan Makale, dan Dusun Putu, Lembang Randang Batu, Kecamatan Makale Selatan, Kabupaten Tana Toraja pada Sabtu (13/4) malam.
-
Kapan Suku Rejang tiba di pesisir barat Sumatera? Mereka diduga berlayar melintasi lautan dan menepi di pesisir barat Sumatera pada abad ke-2.
Menurut kepercayaan, melalui patung ini hubungan yang terjalin tetap langgeng meski telah tiada. Meski begitu, nilai luhur yang ada pada Tau-Tau kini mulai luntur. Bahkan patung simbol orang meninggal ini kini telah menjadi aksesoris yang diperjualbelikan.
©2021 Merdeka.com./Asrullah
Raut wajah patung Tau-Tau dibuat sedemikian rupa miripnya. Raut wajah tua mencerminkan saat jenazah meninggalkan dunia. Tau-Tau ditempatkan pada kuburan batu, goa, atau rumah-rumah kayu tempat jenazah disemayamkan. Penempatannya disesuaikan dengan status sosial, apakah dari golongan bangsawan atau golongan rakyat biasa.
Untuk mereka yang memiliki status sosial rendah, Tau-Tau biasaya dibuat dari bambu, sedangkan untuk kelas menengah Tau-Tau dibuat dari kayu Cendana atau Randu. Lain halnya untuk kelas atas atau golongan bangsawan, Kayu nangka menjadi bahan utama pembuatan Tau-Tau. Variasi tanduk atau tulang kerbau juga sering digunakan sebagai penyusun bola mata.
©2021 Merdeka.com/Asrullah
Masyarakat Toraja punya kepercayaan yang disebut dengan (Aluk Todolo). Aluk Todolo bengatakan, setiap orang yang telah meninggal akan memasuki Poyo, alam tempat berkumpulnya semua makhluk halus. Namun, mereka hanya bisa memasuki Poyo jika telah melewati semua upacara pemakaman yang benar sesuai dengan status sosial mereka.
Hal itulah yang menjadikan Tau-Taus wajib dibuat sebagai ritual, tentunya dari bahan yang sesuai dengan status sosial almarhum. Pasalnya, kegagalan ritual akan mengakibatkan roh terdampar atau tersesat berkeliaran di antara dua dunia.
Inilah alasan mengapa masyarakat Tana Toraja selalu mengadakan upacara pemakaman yang benar dan sempurna. Sedangkan penciptaan Tau-Tau untuk almarhum sangat penting sebagai siklus kehidupan setiap orang meninggal di Tana Toraja.
©2021 Merdeka.com./Asrullah
Melansir laman kemdikbud.id, saat ini masyarakat Toraja selalu mempermudah proses dari pembuatan Tau-Tau. Mulai dari segi alat hingga ritualnya. Terjadinya pergeseran makna tersebut membuat Tau-Tau tidak bernilai tinggi lagi dalam Rambu Solo’. Begitupula dari segi tampilan fisik, Tau-Tau yang lama memperlihatkan raut raut wajah yang abstrak. Aksesoris emas asli dan cara memahatnya masih menggunakan alat-alat sederhana.
Berbeda dengan Tau-Tau baru yang telah mengalami banyak perubahan. Contohnya dari raut wajah yang sama persis dengan jenazah, aksesorisnya bukan lagi emas dan cara pembuatannya telah menggunakan peralatan yang canggih. Tau-Tau generasi batu bahan pembuat utamanya juga berbeda. Dahulu, Tau-Tau menggunakan kayu nangka asli dari Toraja, namun saat ini kayu nangka telah didatangkan dari daerah luar Toraja.
©2021 Merdeka.com./Asrullah
Proses pembuatan Tau-Tau sendiri harus mengikuti langkah-langkah yang tepat serta menjalani ritual khusus. Termasuk dari penebangan pohon untuk kayunya. Lanjut pada proses mengukir, perajin juga perlu bekerja di dekat jenazah almarhum yang dibuatkan Tau-Tau.
Sebagai upacara pemakaman, Tau-Tau dihias dengan pakaian tradisional. Tau-Tau laki-laki memakai sarung, sedangkan Tau-Tau perempuan mengenakan blus tradisional 'kebaya'. Hiasan kepala juga turut meramaikan penampilan Tau-Tau. Disisipkan dompet berisi kepingan perak dan emas, pisau keramat, dan pusaka lainnya yang nilainya begitu erat dengan kerajaan dan ketuhanan.
(mdk/Ibr)