Peristiwa 27 Juli: Mengenang Kudatuli, Kasus HAM yang Belum Tuntas hingga Kini
Dua puluh empat tahun silam, ratusan aktivis yang setia kepada pimpinan Megawati Sukarnoputri mencoba mempertahankan Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro. Diduga, lebih dari 100 orang pendukung Megawati tewas akibat serbuan massa yang mengaku pendukung Soerjadi, pimpinan PDI sebelumnya.
Tanggal 27 Juli dikenang sebagai hari untuk peristiwa Kudatuli (Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli) tahun 1996. Kala itu terjadi peristiwa penyerangan Kantor DPP PDI (Partai Demokrasi Indonesia) di Jalan Diponegoro 58 Jakarta Pusat.
Penyerangan dilakukan oleh oknum berkaos merah yang diduga merupakan massa pendukung Soerjadi. Peristiwa tersebut menandai terbentuknya PDI Kubu Drs. Soerjadi dan PDI Kubu Megawati Soekarnoputri.
-
Apa itu Serumbung Sumur? Serumbung sumur merupakan alat penjernih air kuno dari masa Kesultanan Banten yang berkuasa pada 1527-1813. Ini dia serumbung sumur yang merupakan alat penjernih air kuno dari masa Kesultanan Banten yang berkuasa pada 1527-1813.
-
Di mana warugan lemah tercatat dalam sejarah? Dalam catatan sejarah, naskah itu sudah ada sejak 1846 dan dikenalkan oleh Bupati Bandung, Wiranatakusumah IV kepada Masyarakat Batavia. Namun diduga pembuatannya sebelum runtuhnya Kerajaan Padjajaran, sekitar tahun 1400-an masehi.
-
Bagaimana Asisi Suharianto menyajikan kisah-kisah sejarah? Asisi dan sang istri pun mendapatkan pengalaman luar biasa selama keliling dunia. Keduanya bertemu dengan saksi mata maupun para korban perang masa lalu di beberapa negara.
-
Bagaimana sejarah Waduk Sempor? Waduk Sempor diresmikan pada 1 Maret 1978 yang ditandai dengan adanya prasasti bertanda tangan Presiden Soeharto. Semula, waduk ini difungsikan sebagai sumber pengairan bagi sejumlah kompleks persawahan di sekitarnya. Namun lambat laun waduk itu menjadi destinasi wisata baru bagi warga sekitar.
-
Kapan keberadaan Suku Kalang tercatat dalam sejarah? Meski dikucilkan, keberadaan Suku Kalang dicatat dalam kitab paling luhur era Kerajaan Majapahit, yakni Kitab Negarakertagama.
-
Di mana sejarah terasi dapat ditelusuri? Sejarah terasi di kawasan Cirebon dapat ditelusuri hingga masa kekuasaan Pangeran Cakrabuana, yang memainkan peran penting dalam perkembangan kawasan tersebut.
Melansir dari Liputan6, dua puluh empat tahun silam, ratusan aktivis yang setia kepada pimpinan Megawati Sukarnoputri mencoba mempertahankan Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro. Diduga, lebih dari 100 orang pendukung Megawati tewas akibat serbuan massa yang mengaku pendukung Soerjadi, pimpinan PDI sebelumnya.
Berikut merdeka.com selengkapnya merangkum kronologi dan penyebab peristiwa 27 Juli atau Kudatuli yang belum tuntas hingga kini:
Kronologi Peristiwa 27 Juli atau Kudatuli
Peristiwa Kudatuli tak terlepas dari kesewenang-wenangan penguasa Orde Baru. Hal tersebut yang menciptakan perpecahan internal dalam partai PDI.
Pagi hari kantor di Jalan Diponegoro 58, Menteng, Jakarta Pusat yang berisikan massa pendukung Megawati Soekarnoputri diserbu oleh sekelompok yang diduga merupakan pendukung Soerjadi, Ketua Umum PDI hasil kongres di Medan (20-23 Juni 1996).
Tragedi pelemparan batu terjadi dan berlangsung mencekam di sekitar tempat tersebut. Penyerbuan sempat mereda ketika para pelajar di sekolah yang berada tak jauh dari lokasi dipulangkan demi keamanan.
Saat bersamaan, api mulai tampak. Kepulan asap pun membumbung di belakang gedung yang bertetangga dengan Kantor Pusat Partai Persatuan Pembangunan ini. Kerusuhan itu menewaskan sejumlah orang dan melukai ratusan korban.
Sekitar pukul 09.00 WIB, serangan tahap kedua dimulai. Jumlah pendukung Soerjadi pun membludak. Massa berdatangan secara bergelombang. Sebaliknya, pendukung PDI Megawati tetap bertahan dan melawan dengan senjata seadanya di dalam gedung.
Di mana polisi? Anggota korps berseragam cokelat itu semula hanya memblokir dan mengawasi bentrokan tersebut. Tapi, belakangan ikutan mendobrak pintu gerbang. Kericuhan juga merembet ke sejumlah kawasan terdekat.
Kerugian dan Korban HAM
©Liputan6.com/fachrur Rozie
Para perusuh juga membakar dan merusak sejumlah gedung di Jalan Imam Bonjol, Salemba, dan Proklamasi. Satu unit bus hangus terpanggang. Bahkan, sebagian peliput atau wartawan sempat diperlakukan kasar oleh aparat keamanan. Jakarta mencekam, tulis laporan Liputan6 29 Juli 2002.
Keterangan resmi Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Mayor Jenderal Polisi Hamami Nata dan Pangdam Jaya waktu itu Mayor Jenderal TNI Sutiyoso mengatakan, penyerbuan dan kerusuhan dipicu konflik internal di tubuh PDI. Namun, banyak kalangan yang menyangsikan pendapat tersebut.
Tak sedikit kepala yang berpikir penyerangan yang menorehkan noda hitam dalam sejarah politik di Tanah Air ini merupakan bentuk penyerbuan yang direncanakan secara sempurna.
Keterlibatan aparat keamanan diduga keras cukup kuat. Sedangkan Catatan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyebutkan, Sabtu Kelabu menewaskan lima orang di luar gedung dan melukai 143 korban.
Sebanyak 23 orang dinyatakan hilang serta 124 pendukung Megawati ditahan. Hingga kini dalang utama kasus perusuhan yang menewaskan korban jiwa dan menghilangkan orang belum diusut hingga tuntas.
Mengutip dari laman Komnas HAM, dorongan politik kepada pihak-pihak yang berwenang menjadi sangat berarti di tengah mandeknya proses hukum hasil penyelidikan pelanggaran HAM yang berat di masa lalu, tulis Arif.