Sejarah Poros Jakarta-Pyongyang-Peking, Rumusan Politik Luar Negeri Soekarno yang Anti Barat
Di masa Demokrasi Terpimpin Presiden Soekarno merumuskan politik luar negeri yang cenderung anti barat dan memihak kepada negara-negara Komunis.
Pada era Presiden Soekarno dulunya telah melakukan hubungan politik luar negeri yang cukup berani dengan menggandeng negara-negara beraliran komunis. Pemerintah Indonesia pada saat itu banyak sekali mendapat tawaran bantuan dari negara China, Korea Utara, bahkan Rusia.
Bagaimana hubungan politik Soekarno dengan Amerika? Ia memang secara tegas menolak seluruh bantuan dari negara adidaya tersebut. Semua ini disebabkan setiap tawaran dari mereka banyak sekali syarat dan kepentingan politis yang harus dipenuhi.
-
Apa yang diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 5 Agustus 1962? Hotel Indonesia diresmikan pada tanggal 5 Agustus 1962 oleh Presiden RI Pertama, Soekarno, guna menyambut pagelaran Asian Games IV tahun 1962.
-
Mengapa Presiden Soekarno pergi ke Sumatra? Pasca Proklamasi Kemerdekaan, kondisi pemerintahan Indonesia masih belum stabil karena banyaknya gejolak dari dalam maupun luar negeri. Akibat gejolak itu, presiden Ir. Soekarno bersama wakilnya Mohammad Hatta serta beberapa tokoh nasionalis lainnya sempat diasingkan ke Pulau Sumatra.
-
Siapa yang bersama Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia? Pada tanggal 17 Agustus 1945, Hatta bersama Soekarno resmi memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta.
-
Apa yang dilakukan Presiden Soekarno di Pesanggrahan Kotanopan? Presiden Soekarno kala itu sempat melakukan pidato singkat untuk mempersatukan masyarakat Sumatra yang ingin merdeka.
-
Apa yang dimaksud dengan kata-kata Soekarno tentang bangsa yang besar? "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya."
-
Kapan Ir. Soekarno dan tokoh nasional lainnya diasingkan ke Pesanggrahan Menumbing? Tepat tanggal 22 Desember 1948, Ir. Soekarno, Haji Agus Salim, dan Sutan Syharir dibawa ke Berastagi dan diamankan di Parapat. Sementara itu, Dr. Moh. Hatta, Mr. Ali Sastroamidjojo, Mr. Moh. Roem dan beberapa tokoh lainnya diamankan di Pesanggrahan Menumbing.
Mengutip merdeka.com, ketika Presiden Soekarno melakukan lawatan ke AS pada kesempatan pidatonya ia mengatakan jika menolak keras bantuan yang diberikan dari negara tersebut.
"Indonesia menolak diperlakukan seperti seekor kenari dalam sangkar emas dan diberi makanan yang enak-enak. Indonesia ingin diperlakukan seperti burung garuda yang berada di atas batu cadas tetapi bebas berjuang mencari makanannya sendiri. Jangan membanjiri Dolar anda ke Indonesia dengan disertai ikatan karena pasti akan ditolak," tegas Soekarno dengan marah sekitar tahun 1955.
Hubungan Baik dengan Kennedy
Setelah pidato yang berani dan keras, sikap Soekarno tersebut langsung mendapatkan tepuk tangan dari berbagai pihak. Lebih dari itu, Soekarno dengan Amerika berhubungan sangat baik ketika dipimpin oleh Presiden John F. Kennedy.
Melalui hubungan baik ini Indonesia berhasil mendapatkan pesawat angkut Hercules seri C-130. Secara tulus, Kennedy juga memberikan helikopter kepresidenan untuk Soekarno.
Namun setelah Kennedy ditembak, hubungan Indonesia dan AS menjauh. AS terlalu congkak untuk menganggap Indonesia sebagai mitra sejajar. Mulai dari momen ini Presiden Soekarno cenderung menaruh hubungan baik dengan blok timur yang menyambutnya dengan baik.
- Sejarah DPA, Dibentuk Soekarno Hingga Dihapus Era Megawati, Kini Diusulkan Diaktifkan lagi
- Mengenang Petisi 50, Surat Protes Kepada Presiden Soeharto yang Ditandatangani 50 Tokoh di Indonesia
- Begini Sejarah Lengkap Pemindahan Ibu Kota Negara dari Jakarta, Digagas Era Soekarno dan Soeharto
- Sejarah Terbentuknya BUMN, Ternyata Awalnya Sengketa dengan Belanda
Pertemuan Dramatis
Pada suatu hari, Soekarno dijemput oleh pemimpin Uni Soviet bernama Nikita Khrushchev. Tanpa banyak bicara, Khrushchev secara tidak terduga memberikan pinjaman kepada Indonesia tanpa suku bunga 1 persen pun. Dari sinilah Indonesia juga mendapat stok persenjataan untuk berperang dalam merebut Irian Barat.
Beberapa alutsista yang diberikan Soviet pada saat itu berupa pesawat tempur, pesawat pembom, kapal selam, kapal patroli hingga rudal anti serangan udara. Ketika itu pula Indonesia sempat dikenal menjadi negara paling kuat di Asia tahun 1960-an.
Kemudian Soekarno juga menjalin hubungan baik dengan Ketua Mao. Hal ini terlihat ketika Soekarno tiba di Peking dengan sambutan yang begitu meriah bak tamu agung. Begitu juga dengan Kim Il-sung, Soekarno kerap diberikan anggrek kesukaannya.
Dari momen-momen inilah kemudian terbentuklah hubungan Jakarta-Peking-Moscow-Pyongyang yang membuat negara AS dan negara sekutu merasa takut. Hal ini terlihat dari angkatan perang China dan Uni Soviet yang kuat.
Konfrontasi Malaysia
Mengutip situs esi.kemdikbud.go.id, terbentuknya poros ini dibuktikan dari konfrontasi Indonesia atas Malaysia. Bagi Soekarno, negara Malaysia merupakan bentuk imperialisme dari negara-negara Barat di Asia.
Bukti ini semakin diperkuat ketika Malaysia diberi kedudukan sebagai anggota tidak tetap dalam Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Indonesa pun dengan lantang menyatakan keluar.
Singkat Cerita, Indonesia semakin dikucilkan dari negara Asia-Afrika. Melalui Soebandrio, Soekarno mengukuhkan hubungan Jakarta-Peking. Konflik Malaysia-Indonesia memicu reaksi Australia dan Inggris yang berpihak ke negeri jiran tersebut.
Pada 9 Agustus 1965, Singapura resmi berpisah dari Malaysia dan Soekarno semakin teguh untuk melakukan konfrontasi. Untuk memperkuat posisi Indonesia bersama dengan negara anti-imperialisme lainnya pada perayaan 17 Agustus 1945, Soekarno mengumumkan pembentukan Poros Jakarta-Pyongyang-Peking.
Kebijakan Berubah
Setelah kelahiran Orde Baru, kebijakan politik luar negeri warisan Soekarno pun mengalami perubahan. Salah satu faktornya adalah peristiwa G30S PKI yang membuat hubungan Indonesia dan China tegang. Bahkan kantor Kedubes RI di Peking pun ditutup sementara.
Kemudian konfrontasi dengan Malaysia dan Singapura dianggap sudah tidak sesuai lagi. Sejak saat itu arah politik pun perubah dan Poros Jakarta-Pyongyang-Peking pun berakhir.