Sosok Panglima Polem, Panglima Aceh yang Bergerilya Bersama Teuku Umar Melawan Belanda
Atas jasa serta perjuangannya, namanya kini diabadikan menjadi nama sebuah ruas jalan yang ada di Jakarta.
Atas jasa serta perjuangannya, namanya kini diabadikan menjadi nama sebuah ruas jalan yang ada di Jakarta.
Sosok Panglima Polem, Panglima Aceh yang Bergerilya Bersama Teuku Umar Melawan Belanda
Panglima Polem IX yang memiliki nama lengkap Teuku Panglima Polem Sri Muda Perkasa Muhammad Daud dikenal sebagai salah satu pejuang asal Aceh. Hingga kini tidak diketahui pasti tanggal dan tahun lahirnya.
Ia lahir dari kalangan kaum bangsawan. Ayah Panglima Polem bernama Panglima Polem VIII Raja Kuala yang merupakan anak dari Teuku Panglima Polem Sri Imam Muda Mahmud Arifin atau yang dikenal dengan Cut Banta.
Mahmud Arifin sendiri adalah Panglima Sagoe XXII Mukim Aceh Besar. (Foto: Wikipedia)
-
Siapa menantu Panglima TNI? Kini Jadi Menantu Panglima TNI, Intip Deretan Potret Cantik Natasya Regina Ini potret cantik Natasya Regina, menantu panglima TNI.
-
Apa yang ditampilkan dalam Pagelaran 'Pahlawan Nusantara' dari Sabang hingga Merauke? Pagelaran 'Pahlawan Nusantara' dari Sabang hingga Merauke adalah sebuah pertunjukan megah dan kolosal yang disajikan dengan cara yang menarik, melibatkan rangkaian musik dari daerah dan nasional. Kolaborasi antara para seniman akan menghiasi keindahan yang akan memperkaya aksi pertunjukan teatrikal, tarian dari berbagai daerah serta tarian kontemporer, parade busana etnik Indonesia, serta 31 lagu daerah dan nasional yang akan dibawakan di atas panggung.
-
Siapa yang diangkat menjadi Pahlawan Nasional? Setelah kematiannya yang tragis, nama Amir Hamzah semakin semerbak di telinga masyarakat Indonesia. Ia juga diakui dan dianugerahi Satya Lencana Kebudayaan dan Piagam Anugerah Seni. Sampai puncaknya, pada tahun 1975, nama Amir Hamzah ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia.
-
Kapan Abdurrahman Baswedan mendapatkan gelar Pahlawan Nasional? Atas jasa-jasanya semasa hidup, ia diberi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo pada 8 November 2018 di Istana Kepresidenan Jakarta.
-
Di mana Pagelaran 'Pahlawan Nusantara' dari Sabang hingga Merauke diadakan? Pada tanggal 19 dan 20 Agustus 2023 yang akan datang, akan diadakan acara istimewa dengan judul Pagelaran 'Pahlawan Nusantara' dari Sabang hingga Merauke di JIExpo Theatre, Jakarta.
-
Siapa Jenderal TNI yang pernah menjabat KSAD, Panglima ABRI, dan Menhan Indonesia dalam waktu yang bersamaan? Tokoh militer TNI-AD asal Jambi ini merupakan satu-satunya Jenderal yang menjabat KSAD, Panglima ABRI, dan Menhan Indonesia dalam waktu yang bersamaan. Edi Sudrajat, mungkin bagi banyak orang tidak mengetahui siapa sosok dibaliknya.
Panglima Polem dikenal sebagai pahlawan nasional Indonesia yang melawan penjajahan Belanda. Atas jasa serta perjuangannya, namanya kini diabadikan menjadi nama sebuah ruas jalan yang ada di Jakarta.
Semasa hidup, Panglima Polem juga pernah bergerilya bersama dengan Teuku Umar. Lantas, seperti apa sosok dan profil dari Panglima Polem ini? Simak informasi selengkapnya yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
Diangkat Menjadi Panglima
Panglima Polem diangkat menjadi panglima setelah sang ayah meninggal dunia. Ia resmi menyandang status sebagai panglima pada Januari 1891.
Setelah mendapat gelar panglima, ia kemudian mewarisi gelar Teuku Panglima Polem Sri Muda Perkasa Wazirul Azmi. Dalam perjuangannya, Panglima Polem mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak, salah satunya para ulama serta syekh Aceh.
Berjuang Bersama Teuku Umar
Setelah dirinya diangkat menjadi panglima, Belanda masih terus berusaha menebus pertahanan Aceh sampai tahun 1896. Teuku Umar yang saat itu bergerilya bersama 15 orang panglimanya pura-pura menyerah kepada Belanda.
Singkat cerita, Panglima Polem bersama dengan 400 pasukannya memutuskan untuk bergabung dengan Teuku Umar untuk melawan tentara Belanda. Dari peperangan itu banyak korban berjatuhan dari pihak Belanda, hampir ratusan orang mengalami luka-luka dan puluhan lainnya tewas.
Tahun 1897, Belanda melakukan balas dendam dengan menambah pasukan di wilayah Aceh. Sejak saat itu, intensitas serangan terhadap Belanda mulai menurun dan Teuku Umar pun mengambil inisiatif untuk mundur ke daerah Daya Hulu sekaligus meninggalkan pasukan Panglima Polem.
Pergi ke Daerah Pidie
Saat Belanda melakukan serangan dengan kekuatan 4 kompi Infanteri, mereka pun berhasil menguasai benteng yang didirikan oleh Panglima Polem. Pada Oktober 1897, wilayah Seulimeum akhirnya dikuasai oleh Belanda tanpa perlawanan.
- Surya Paloh: Anies Rangking 1 Semua Survei, Lawannya akan Capek Hadapi di Jakarta
- Kekar dan Berkumis Tebal, Panglima Biring Belanja Tempe ke Pasar Dayak 'Istri Sedang Sakit'
- Sopir Pemerkosa Penumpang Angkot di Aceh Barat Dicambuk 154 Kali
- Sosok Nyi Mas Gamparan, Panglima Muslimah Asal Serang yang Tolak Keberadaan Belanda di Banten
Melihat kondisi yang sudah tidak memungkinkan, Panglima Polem terpaksa harus mundur dan pergi ke daerah Pidie. Sebulan berikutnya, Panglima Polem diterima oleh Sultan Aceh (Muhammad Daud Syah) dan mengadakan musyawarah bersama dengan tokoh pejuang lain.
Panglima Polem bersama Sultan Aceh pun menyusun strategi untuk melakukan penyerangan terhadap Belanda. Mereka memutuskan mundur ke daerah Gayo dan menetapkan daerah itu menjadi pusat pertahanan Aceh.
Berdamai Dengan Belanda
Belanda sempat melakukan ancaman kepada keluarga Sultan. Mereka berhasil menangkap istri Sultan, apabila sang suami tidak segera menyerahkan diri kepada Belanda dalam tempo satu bulan, maka kedua istrinya akan mati.
Mendengar kabar ancaman tersebut, sang Sultan terpaksa menyatakan damai kepada Belanda. Kemudian Pemerintah Hindia Belanda mengasingkannya ke Ambon. Dari situlah Panglima Polem juga terpaksa ikut berdamai dengan Belanda pada 7 September 1903. Panglima Polem kemudian ditahan hingga ia meninggal dunia pada tahun 1939.