4 Kisah hebat Phoebe Snetsinger, si wanita 'burung' di Google Doodle
Wanita ini menghabiskan hidupnya untuk meneliti ribuan spesies burung di dunia
Saat ini, ilmuwan telah mengenal adanya 10.426 spesies burung di muka Bumi. Dan Phoeboe Snetsinger mungkin adalah satu-satunya manusia yang telah melihat dengan mata kepala sendiri hampir semua jenis burung di Bumi.
Ya, Snetsinger adalah wanita asal Missouri, Amerika Serikat, yang hari ini ulang tahunnya diperingati oleh Google lewat doodle di laman utama mesin pencarian mereka. Snetsinger terkenal sebagai ahli burung sekaligus 'bird watcher' yang sudah melihat 8.398 spesies burung selama hidupnya.
-
Apa yang diamati oleh para ilmuwan? Para ilmuwan berhasil menyaksikan dua pasang lubang hitam supermasif yang hampir bertabrakan. Dua fenomena alam itu terletak jutaan hingga miliaran tahun cahaya dari Bumi.
-
Siapa ilmuwan terbaik di Universitas Gadjah Mada berdasarkan AD Scientific Index 2024? Universitas Gadjah Mada Jumlah ilmuwan dalam indeks : 497Ilmuwan terbaik dalam institusi : Abdul Rohman
-
Kenapa Pemilu penting? Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan? Ilmuwan menemukan dua spesies dinosaurus baru, yang hidup 66 juta tahun lalu.
Hebatnya, saat Snetsinger meninggal di usia 68 bulan November 1999, ilmuwan hanya mengenal 9000 spesies burung. Sampai saat ini, belum ada yang bisa menyamai pencapaian Snetsinger. Sehingga tak aneh bila Google menghormati ahli burung satu ini.
"Hari ini kita merayakan keberanian Ibu Snetsinger, sekaligus keindahan dari kehidupan - dimanapun keindahan itu tersembunyi," tulis Google di laman Google Doodle mereka.
Selain fakta di atas, masih ada beberapa fakta lain soal Snetsinger yang sangat sayang untuk dilewatkan.
Cinta burung setelah kena kanker
Wanita kelahiran tahun 1931 ini mulai tertarik pada dunia burung di tahun 1965 setelah melakukan pengamatan burung Blackburnian warbler. Snetsinger kemudian mulai aktif melakukan pengamatan burung atau bird watching dan mendokumentasikannya, terutama setelah menginjak umur 50 tahun.
Ketika itu, tepatnya di tahun 1981, Snetsinger didiagnosis terkena kanker kulit stadium lanjut. Tidak ingin menghabiskan waktu dengan kesedihan setelah menerima kabar itu, Snetsinger melakukan perjalanan keliling dunia untuk melakukan bird watching.
Dia menghabiskan lebih banyak waktu di hutan ketimbang di kamar rumah sakit melakukan perawatan. Semua itu dia lakukan meski tim dokter mengatakan bila umurnya hanya tinggal 5 tahun lagi.
Foto: Paul Hurtado/Flickr
Terima mukjizat, hidup lebih laman
Sebelum melakukan perjalanan ke berbagai hutan di dunia untuk melihat burung, Snetsinger sempat melakukan perawatan kanker kulit dan kondisinya semakin baik walau dia tidak bisa menghindarkan kematian yang sudah di depan mata.
Ajaibnya, meskipun menghabiskan banyak waktu di luar rumah sakit dan berkutat bersama burung, Snetsinger berhasil bertahan hidup hingga 18 tahun kemudian. Dan hal yang membunuhnya bukanlah kanker, tetapi kecelakaan.
Ya, kanker kulit Snetsinger memang kambuh setiap lima tahunan, namun Snetsinger tetap bersemangat untuk melanjutkan hidupnya. Nahas, tanggal 18 November tahun 1999, Snetsinger mengalami kecelakaan mobil saat melakukan perjalanan untuk bird watching di Pulau Madagaskar.
Kunjungi banyak 'neraka'
Kegiatan bird watching bukan hanya sesuatu yang sangat menarik, tetapi kadang sangat berbahaya. Banyak spesies burung langka yang habitatnya ada di kawasan konflik atau hutan-hutan berbahaya.
Salah satu yang paling diingat adalah perjalanan bird watching-nya ke Papua Nugini. Di perjalanan itu, Snetsinger menjadi korban penyerangan dan pemerkosaan yang nyaris merenggut nyawanya.
"Jika aku tidak mengambil resiko dan hanya mengikuti jalur aman, aku tidak akan pernah melakukan hal-hal terpenting dalam hidupku," tulis Snetsinger di surat yang dikirmkan ke anaknya.
Berdasarkan buku biografinya, Snetsinger juga pernah dihadang oleh berbagai bahaya seperti gempa bumi dan kapal yang ditumpanginya karam.
Ini burung yang dilihat Snetsinger sebelum meninggal
Sebelum kecelakaan di Madagaskar, Snetsinger sempat menulis surat untuk keluarganya. Di situ dia mengatakan ingin melihat burung 'Red-shouldered vanga' sebelum pensiun.
Red-shouldered vang (Calicalicus rufocarpali) adalah spesies burung endemik Madagaskar yang sekilas terlihat seperti burung gelatik Indonesia. Pejantan burung ini biasanya memiliki warna yang lebih banyak dari si betina.
Burung ini termasuk hewan langka dan dilindungi di Madagaskar. Kepopuleran burung ini sebagau spesies terakhir yang dilihat oleh Snetsinger berhasil membuat penangkarannya lebih diperhatikan oleh pemerintah dan lembaga konservasi alam.
Sumber: Heavy.com, Independent, Arkive.org
(mdk/bbo)