4 'penyakit' ini bisa disembuhkan dengan virtual reality
Teknologi ini punya potensi besar untuk digunakan secara lebih berguna, yakni untuk melakukan terapi medis.
Virtual Reality sudah kita kenal sebagai perangkat yang menarik untuk hiburan, terutama Game dan film. Namun virtual reality tak melulu digunakan untuk kepentingan hiburan.
Teknologi ini punya potensi besar untuk digunakan secara lebih berguna, yakni untuk melakukan terapi medis. Bahkan saat ini, sudah dilakukan berbagai macam penelitian untuk menguji kemampuan teknologi VR untuk menyembuhkan phobia, atau berbagai problem kecemasan.
-
Siapa yang menjadi subjek penelitian tentang dampak kecanduan gadget bagi remaja? Penelitian ini mengulas 12 artikel yang melakukan studi neuroimaging pada total 237 partisipan untuk mengkaji perubahan dalam konektivitas antara jaringan otak terkait kecanduan internet. Partisipan penelitian berusia antara 10 hingga 19 tahun dan didiagnosis dengan kecanduan internet antara tahun 2013 dan 2023.
-
Bagaimana kecanduan gadget dapat memengaruhi kemampuan kognitif remaja? Hasil ulasan menunjukkan bahwa remaja dengan kecanduan internet memiliki gangguan signifikan pada daerah otak yang bertanggung jawab atas aktivitas kontrol eksekutif seperti perhatian, perencanaan, pengambilan keputusan, dan kontrol impuls, dibandingkan dengan teman sebaya mereka yang tidak mengalami kecanduan internet.
-
Dimana saja gadget digunakan dalam kehidupan sehari-hari? Penggunaan gadget sudah begitu melekat dengan kehidupan masyarakat hari-hari ini. Hampir semua aktivitas yang dilakukan pun kini terpusat dengan alat elektronik tersebut. Mulai dari bekerja, bersekolah, berkomunikasi, berbelanja, dan sebagainya.
-
Bagaimana kecanduan gadget dapat menghambat perkembangan bahasa pada anak? Terlalu banyak waktu yang dihabiskan di depan layar tanpa interaksi verbal dapat menghambat perkembangan keterampilan bahasa dan kemampuan berkomunikasi anak.
-
Apa yang bisa dibedakan dengan alat baru ini? Ilmuwan menyebutkan usaha yang dilakukannya ini mempunyai akurasi 99 persen. Delapan negara itu yakni; Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, Prancis, Tiongkok, India, Pakistan, dan Korea Utara.
-
Kenapa penggunaan gadget pada anak berbahaya? Anak yang mengalami kecanduan gadget tentu akan mengalami perubahan secara fisik dan emosional. Hal tersebut akan berdampak buruk bagi kesehatan dan perkembangan anak ke depannya.
Berikut beberapa ulasannya.
Depresi
Dilansir dari The Huffington Post (17/2), sebuah studi yang dipublikasikan di British Journal of Psychiatry Open, menyatakan bahwa teknologi Virtual Reality dapat mengurangi gejala depresi. Dengan terapi melalui VR, seseorang dapat lebih mencintai dirinya sendiri, dan mengurangi kadar kritisi kepada dirinya sendiri.
Studi dilakukan dengan melibatkan 15 orang dewasa sebagai partisipan, yang kesemuanya mempunyai permasalahan depresi. Mereka menjalani 3 sesi terapi menggunakan virtual reality, yang sebelumnya juga diuji kepada partisipan yang sehat.
Dalam sesi Virtual Reality tersebut, pasien menggunakan perangkat virtual reality headset yang dapat memperlihatkan avatar diri kita di dalamnya, dengan ukuran asli manusia. Perspektif ini dibuat agar partisipan berasumsi bahwa avatar tersebut adalah dirinya sendiri. Partisipan pun dapat melihat pergerakan tubuhnya sama persis dengan apa yang mereka lakukan.
Ketika partisipan 'menjelma' menjadi avatar virtual, partisipan menjalani sesi di mana mereka diharuskan mengekspresikan kasih sayangnya kepada seorang anak kecil yang sedang bersedih. Ketika partisipan menenangkan anak kecil tersebut dengan kata-kata yang ramah, anak kecil virtual tersebut lama kelamaan berhenti menangis.
Tahap selanjutnya, partisipan 'menjelma' lagi menjadi anak kecil yang bersedih tadi, dan mereka mendengarkan apa yang mereka sendiri katakan ke anak kecil tersebut.
Setelah 3 minggu menjalani sesi ini, dilaporkan 9 dari 15 orang partisipan yang juga pasien depresi, telah berkurang gejala depresinya. 4 orang di antaranya menyatakan bahwa gejala depresi mereka yang paling parah bahkan sudah menghilang. Beberapa pasien menyatakan bahwa mereka sudah tak lagi mengkritisi diri sendiri di kehidupan nyata.
Gangguan kecemasan (anxiety disorder)
Gangguan kecemasan adalah gangguan mental yang paling sering dialami manusia. 18 hingga 25 persen manusia memiliki kecemasan akan sesuatu. Di Amerika Serikat saja, ada 6 juta orang dewasa yang mempunyai phobia ataupun problem kecemasan. Hal ini tentu sangat mengganggu kegiatan yang dilakukan sehari-hari, terlebih ketika harus bersosialisasi dengan orang lain.
Sebuah startup software bernama PsyTech pun akhirnya mengembangkan PHOBOS, sebuah terapi menggunakan virtual reality. PHOBOS mampu menyediakan lingkungan virtual reality secara privat, agar seseorang dengan berbagai problem kecemasan atau phobia bisa menangani masalahnya.
Sebenarnya hal ini adalah modifikasi dari teknik tradisional yang dilakukan masyarakat pada umumnya. Misalnya, jika seseorang menderita ketakutan untuk bepergian menggunakan pesawat, seseorang harus pergi ke terapis, dan bersama-sama dengan sang terapis membeli tiket untuk bepergian menggunakan pesawat. Sang terapis pun akan melakukan terapinya ketika mereka sudah di atas pesawat. Jika dihitung, biaya yang dikeluarkan tentu sangat mahal.
Dengan virtual reality, hal tersebut tak perlu dilakukan. PsyTech telah mengembangkan beberapa program yang dapat memberikan sensasi serupa dengan lingkungan yang dapat memicu kepanikan masing-masing pasien. Meski hanya virtual, lingkungan yang diciptakan oleh VR sangat nyata dan seperti asli. Bahkan studi juga menyatakan bahwa terapi virtual reality ini sama efektifnya dengan terapi yang asli.
PsyTech sendiri sudah mengembangkan beberapa program simulasi ketakutan dan kecemasan untuk VR, yakni takut akan ketinggian atau acrophobia, takut terbang atau aerophobia, takut dengan tempat tertutup atau claustrophobia, serta kecemasan yang muncul di tempat ramai, atau agoraphobia.
Ketakutan akan laba-laba (arachnophobia)
Dilansir dari VRphobia, kurang lebih 4 persen dari populasi manusia, punya ketakutan terhadap laba-laba. Phobia inipun juga dapat dihilangkan melalui terapi virtual reality.
Untuk memulai terapi, Anda akan menggunakan perangkat headset virtual reality dan seketika Anda akan 'dihujani' oleh laba-laba dengan aman. Stereo headset juga dipakai agar Anda benar-benar tenggelam di lingkungan VR secara audio dan visual, membuat ketakutan Anda akan dihadapi secara nyata. Dengan audio headset, suara langkah laba-laba bahkan akan membuat Anda harus lebih punya nyali untuk menghadapinya.
Dalam sesi yang harus dilakukan 8 hingga 12 kali ini, beberapa tahap harus ditaklukkan. Beberapa di antaranya adalah: berdiri di ruangan yang terdapat laba-laba, berdiri di sebelah sebuah toples berisi laba-laba, membawa sebuah toples tertutup berisi laba-laba, dan menyentuh laba-laba dari sebuah toples yang terbuka.
Ketakutan berbicara di depan umum
Bagi sebagian orang, berbicara di depan umum itu mengerikan. Bahkan berbicara di depan umum adalah ketakutan nomor satu sebagian besar umat manusia, mengalahkan kematian.
Hal ini memang susah dihadapi. Namun virtual reality bisa membantu mengatasi masalah ini. Dilansir dari Lifehacker (5/2), Google Cardboard dapat membantu untuk mensimulasikan banyaknya penonton untuk melatih kemampuan berbicara di depan umum, sebelum menghadapi penonton yang asli. Aplikasi yang mendukung simulasi ini dapat menyediakan panggung 360 derajat dengan penonton yang dapat membuat sensasi seperti sedang memberi presentasi sesungguhnya.
Selain itu, setting ruangan bisa diubah untuk banyak atau sedikitnya penonton, sesuai dengan kebutuhan. Simulasi presentasi pun juga bisa dilakukan dengan membuka slide presentasi anda sendiri.
Menghadapi simulasi penonton yang berbentuk animasi 3D dan bisa merespon kita secara virtual, terasa lebih bisa diandalkan ketimbang hanya berlatih di depan tembok maupun cermin. Dengan ini, mereka yang masih takut berbicara di depan umum bisa lebih santai dalam menyampaikan pesan yang ingin dipersuasikan ke penonton. Aplikasi public speaking VR di Android bisa diunduh gratis.