Ilmuwan Ciptakan Kacamata Virtual Reality untuk Tikus
Cornell University menciptakan MouseGoggles, VR headset untuk tikus, memungkinkan studi perilaku dan fungsi otak dengan simulasi lebih realistis dan mendalam.
Ilmuwan di Cornell University telah menciptakan MouseGoggles, perangkat virtual reality (VR) mini khusus untuk tikus. Teknologi ini bukan untuk hiburan, melainkan alat canggih yang membantu peneliti memahami perilaku dan fungsi otak tikus dengan lebih mendalam.
Mengutip Science Alert, Senin (6/1), MouseGoggles terdiri dari layar kecil yang diambil dari smartwatch, dilengkapi lensa Fresnel, dan teknologi pelacak gerakan mata serta dilatasi pupil. Perangkat ini dipasang pada kerangka yang memungkinkan tikus menjelajahi lingkungan virtual sambil berjalan di treadmill berbentuk bola.
-
Bagaimana cara tikus membuat peta kognitif? Dalam hal ini peneliti menggunakan mesin otak (BMI) yang dapat memecahkan kode pola pada sel hipokampus hewan.
-
Kenapa tikus bisa berimajinasi? Hal tersebut terjadi lantaran binatang pengerat ini memiliki neuron yang dikenal sebagai place cell di wilayah otak hipokampus.
-
Apa yang bisa dilakukan tikus dengan otaknya? Menurut penelitian yang dilakukan ilmuwan dari Janelia Research Campus, Howard Hughes Medical Institute, Amerika Serikat (AS), mengungkapkan bahwa tikus kecil memiliki kapasitas untuk membayangkan atau menghayal perjalanan dan lokasi yang ada di dalam pikiran mereka.
-
Siapa yang melakukan penelitian tentang ekspresi tikus? Salah satu tandanya adalah melalui gestur anggota tubuh. Hal itu berdasarkan penelitian yang dilakukan Luca Melotti seorang ahli perilaku hewan dari Universitas Bern, Swiss.
-
Siapa yang mengembangkan Kacamata AI? Brilliant Labs – startup berbasis di Singapura yang didanai oleh pencipta Pokemon Go – baru saja merilis Frame, sepasang kacamata non-resep seharga USD350 atau Rp 5,4 juta.
-
Bagaimana peneliti membuktikan tikus merasakan senang? Peneliti membuktikannya dengan memotret ekspresinya. Malahan, saking begitu senangnya digelitik, tikus laboratorium itu akan berlari ke tangan seseorang untuk minta digelitik lagi. Kemudian mengeluarkan suara seperti tertawa yang hanya bisa didengarkan melalui peralatan khusus.
Hasil Studi
Dalam uji coba, tikus menunjukkan reaksi yang jauh lebih kuat terhadap rangsangan VR melalui MouseGoggles dibandingkan layar proyeksi tradisional.
Ketika diberikan simulasi "predator mendekat" berupa bayangan gelap yang membesar, tikus yang memakai MouseGoggles melompat dan menunjukkan reaksi takut yang nyata, berbeda dengan saat menggunakan proyeksi layar.
"Setiap tikus yang pertama kali melihat ini melalui MouseGoggles menunjukkan reaksi kaget besar, seperti benar-benar merasa diserang," ujar Matthew Isaacson, ahli saraf sekaligus penulis utama penelitian ini.
Pada eksperimen lainnya, tikus dilatih untuk mengenali lokasi tertentu dalam jalur virtual linear yang memberikan hadiah cair. Hasilnya menunjukkan bahwa tikus dapat mempelajari pola ruang dan lokasi dengan baik menggunakan MouseGoggles.
Arah Penelitian
MouseGoggles memungkinkan simulasi yang lebih realistis, memberikan data otak yang lebih akurat dalam berbagai skenario perilaku tikus. Teknologi ini lebih murah dibandingkan sistem VR tradisional dan memiliki fitur tambahan seperti pelacakan mata.
Menurut Chris Schaffer, insinyur biomedis di tim penelitian, langkah berikutnya adalah mengembangkan versi wearable untuk hewan lain dan menambahkan integrasi indra lain, seperti penciuman dan pendengaran.
"VR dengan lima indra untuk tikus bisa menjadi terobosan dalam memahami perilaku kompleks, seperti bagaimana tikus mengintegrasikan informasi sensorik untuk membuat keputusan," ujar Schaffer.