Alat Deteksi Kebocoran Pipa Ambil Inspirasi Dari Kelelawar
Alat Deteksi Kebocoran Pipa Ambil Inspirasi Dari Kelelawar
Hampir semua teknologi yang ada mengambil inspirasi dari alam. Yang terbaru, sekelompok insinyur berhasil mengembangkan sebuah alat untuk mendeteksi kebocoran pipa minyak dan gas. Alat ini, terinspirasi oleh kelelawar.
Kelelawar merupakan hewan nokturnal yang memanfaatkan panjang ultrasonik yang berbeda-beda untuk mendeteksi objek, berburu, dan menghindari pemangsa.
-
Apa yang diamati oleh para ilmuwan? Para ilmuwan berhasil menyaksikan dua pasang lubang hitam supermasif yang hampir bertabrakan. Dua fenomena alam itu terletak jutaan hingga miliaran tahun cahaya dari Bumi.
-
Mengapa penelitian ini penting? Selain membantu memahami lebih lanjut tentang sistem cuaca unik di planet es, temuan ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa medan magnet Neptunus dan Uranus berbeda dengan medan simetris yang dimiliki Bumi.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan? Ilmuwan menemukan dua spesies dinosaurus baru, yang hidup 66 juta tahun lalu.
Meniru cara kerja kelelawar tersebut, melansir Eurekalert via Tekno Liputan6.com, insinyur di Lancaster University telah menggabungkan dua jenis radiasi yang berbeda, yakni fast-neutron dan sinar gamma. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi korosi yang merupakan penyebab utama kebocoran pipa.
Kebocoran pipa minyak dan gas menjadi salah satu masalah utama yang menimbulkan kerugian senilai jutaan dolar setiap tahunnya. Di luar kerugian finansial, kebocoran pipa minyak dan gas juga merupakan salah satu penyebab kecelakaan, cedera, dan kerusakan lingkungan.
Mixed Field Analyzer
Fast-neutron dan sinar gamma menghasilkan gelombang elektronik berbeda, sehingga memungkinkan para peneliti untuk menyimpan data dari keduanya secara bersamaan dengan menggunakan detektor bernama 'Mixed Field Analyzer'. Perangkat ini telah dikembangkan sebelumnya oleh Lancaster University dan Hybrid Instruments Ltd.
Secara real-time tim peneliti menguji dua teknik pencitraan di laboratorium pada sampel baja karbon dengan ketebalan berbeda.
Hasilnya, para peneliti mampu melihat perbedaan ketebalan baja. Sensor juga bekerja ketika lapisan isolasi direplikasi, dengan beton atau plastik. Ini menjadi indikator kemungkinan cacat pada baja, korosi dan karat, yang akan menghasilkan variasi dalam hamburan balik.
Jika digunakan pada pipa nyata, masalah kebocoran pipa diperkirakan dapat lebih mudah dideteksi dan diselesaikan sebelum minyak dan gas keluar dari pipa bocor itu.
Sumber: Liputan6.com
Reporter: Mochamad Wahyu Hidayat