Baterai Mobil Listrik ini Hanya Perlu Sekali “Ngecas”, Bisa Tempuh Jarak 1.000 Km
Ilmuwan ini berhasil membuat terobosan baterai sekali ngecas bisa 1000 km.
Ilmuwan ini berhasil membuat terobosan baterai sekali ngecas bisa 1000 km.
Baterai Mobil Listrik ini Hanya Perlu Sekali “Ngecas”, Bisa Tempuh Jarak 1.000 Km
Tim peneliti POSTECH pimpinan Park Joosin telah berhasil menemukan sebuah cara untuk meningkatkan daya jelajah kendaraan listrik secara signifikan hingga 1.000 km setiap satu kali pengisian daya.
Cara itu dapat dilakukan dengan menggunakan silikon dalam pembuatan baterai.
-
Apa itu motor listrik? Motor listrik, yang sering disebut sebagai "molis", adalah jenis kendaraan bermotor yang menggunakan energi listrik untuk menggerakkan komponennya.
-
Bagaimana motor listrik bekerja? Cara kerja motor listrik terbilang sederhana, di mana ia mengkonversi energi listrik menjadi energi mekanik, memungkinkan motor untuk bergerak seperti motor berbahan bakar konvensional.
-
Kenapa mobil pick up tertimpa tiang listrik? “Karena tidak ketahan, pohon tersebut malah roboh menimpa kabel dan tiang tadi. Total ada dua tiang listrik dan satu tiang telepon,” tambah Dede Suprapto
-
Apa yang memengaruhi jarak tempuh mobil listrik? Menurut informasi resmi dari Hyundai Gowa, ada beberapa faktor yang memengaruhi jarak tempuh kendaraan listrik. Faktor-faktor tersebut mencakup kebiasaan berkendara, penggunaan daya tambahan, kondisi saat berkendara, serta status energi pada baterai.
-
Apa yang memengaruhi penggunaan energi mobil listrik? Namun, ada beberapa faktor yang memengaruhi konsumsi energi mobil listrik yang perlu dipahami agar jangkauan dan kinerjanya dapat dioptimalkan.
-
Bagaimana tiang listrik bisa menimpa mobil pick up? Berdasarkan informasi dari lokasi, robohnya tiang listrik itu bermula dari warga setempat yang tengah menebang pohon kelapa. Tak disangka, pohon kelapa justru menimpa kabel hingga membuat tiga tiang yang terhubung roboh.
Sebagaimana diketahui, saat ini kendaaran listrik dapat menempuh rata-rata jarak hingga 480 km setiap satu kali isi, dengan yang paling awet hingga 700-800 km.
Akan tetapi, terdapat suatu kesulitan dalam penggunaan silikon, yaitu bahwa ia akan membesar hingga lebih dari tiga kali ukurannya saat proses pengisian daya dan akan kembali menyusut saat daya digunakan.
Hal tersebut dapat mengurangi efisiensi dan bahkan merusak baterai.
Dengan pertimbangan tersebut, alih-alih mengecilkan ukuran silikon, tim yang dipimpin Park justru membesarkan silikon menjadi ukuran mikro.
Dalam penelitiannya, dampak buruk yang dipunyai silikon berukuran lebih besar dapat dimitigasi dengan mengenakan elektrolit polimer gel (GPE) pada silikon.
Dengan penerapan gel tersebut, tekanan internal dapat disebarkan saat penggunaan baterai untuk mengurangi perubahan volume silikon sehingga menghasilkan sistem baterai yang lebih stabil dan tidak mahal.
Tim tersebut juga menggunakan aliran elektron untuk membentuk ikatan kovalen antara partikel silikon mikro dan elektrolit gel. Hal tersebut dilakukan agar sistem elektrolit silikon-gel dapat bekerja.
Tindakan-tindakan yang dilakukan tersebut terbukti menghasilkan baterai dengan kinerja yang stabil.
Terdapat peningkatan kepadatan energi sekitar 40 persen dan sebuah konduktivitas ion yang menyerupai baterai konvensional yang menggunakan elektrolit cair, bukan gel.
“Kami menggunakan anoda silikon mikro, tetapi kami tetap memiliki baterai yang stabil. Penelitian ini membawa kita lebih dekat ke sistem baterai ion litium dengan kepadatan energi tinggi yang sesungguhnya,”
ungkap Profesor Park.