Belanja iklan TV turun 26,7 persen pada tahun 2015
Pengaruh perlambatan ekonomi pada 2015, berdampak juga terhadap penurunan belanja iklan TV
Pengaruh perlambatan ekonomi pada 2015, berdampak juga terhadap penurunan belanja iklan TV. Hal itu berdasarkan data dari Adstensity 2015, di mana pada tahun 2014 lalu pendapatan iklan TV menembus Rp 99 Triliun. Namun tahun ini hanya mencapai Rp 72,5 triliun.
"Artinya belanja iklan TV 2015 terjadi penurunan sebesar 26,7 persen dibanding tahun lalu," ujar CEO PT Sigi Kaca Pariwara, Sapto Anggoro dalam keterangannya, Selasa (5/1).
-
Apa masalah yang dialami oleh TV? Salah satu masalah yang mungkin Anda temui adalah kondisi TV layar mati ada suara. Ini biasanya ditandai dengan suara tayangan yang terdengar jelas, namun layar TV tidak menampilkan gambar apa pun.
-
Kapan televisi pertama kali diluncurkan di Indonesia? Indonesia meluncurkan stasiun televisi pertamanya, TVRI, pada tahun 1962.
-
Apa jenis TV termahal di dunia? Stuart Hughes Prestige HD Supreme Rose Edition merupakan produk televisi yang sangat mewah.
-
Bagaimana sistem peringatan dini bencana melalui TV digital bekerja? Sistem ini juga menyajikan informasi secara langsung dari otoritas deteksi dini bencana dan akan ditampilkan di layar televisi digital dengan menginterupsi program yang sedang ditayangkan.
-
Di mana sebagian besar satelit berada? LEO adalah wilayah ruang angkasa di sekitar Bumi tempat sebagian besar satelit berada.
-
Mengapa munculnya stasiun televisi swasta membawa dampak besar di industri pertelevisian Indonesia? Namun, dengan perkembangan teknologi dan tuntutan akan variasi program, masyarakat mulai menginginkan adanya pilihan yang lebih beragam. Hal ini mendorong lahirnya stasiun televisi swasta seperti RCTI, SCTV, ANTV, dan Indosiar.
Sebelumnya, pihaknya juga telah mengutarakan saat November lalu mengenai adanya penurunan pendapatan iklan TV yang jauh meleset dari yang ditargetkan oleh Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI). PPPI pernah memprediksikan belanja iklan TV nasional untuk tahun 2015 mencapai Rp 113,5 triliun. Dengan data riil 2015, target belanja iklan TV hanya tercapai 63,8 persen.
Penyebab dari penurunan belanja iklan bisa jadi karena memburuknya kurs tukar rupiah terhadap dolar Amerika pada 2015 lalu. Akibatnya, sebagian besar industri terpaksa menghemat belanja iklan mereka. Hal ini nampak pada industri otomotif yang paling terpengaruh dengan situasi ini.
Sebaliknya kondisi itu tak berlaku pada industri e-commerce/digital business (online store) yang justru mencuat pada 2015. Industri yang relatif baru berkembang di Indonesia ini masuk dalam 10 Top Industri 2015. Total belanja iklan mereka mencapai Rp 1.792.654.180.000 atau berkontribusi sebesar 2,47 persen terhadap total belanja iklan TV 2015.
Sedangkan industri otomotif ada di peringkat 10 dengan total belanja iklan Rp 1.774.396.270.000 atau hanya menyumbang 2,45 persen. Di luar itu, industri-industri yang terlanjur mapan seperti Beverage, Personal Care, dan Refined Food masih merajai penyumbang belanja iklan TV terbesar di Indonesia.
Sekadar informasi, Adstensity adalah nama produk untuk perangkat/aplikasi ads TV monitoring yang dikembangkan oleh PT Sigi Kaca Pariwara. Aplikasi ini memantau aktivitas penyiaran, khususnya penayangan iklan TVC/ads spot di 13 TV berskala nasional dan melakukan penghitungan kualitatif secara otomatis sehingga dinamika penayangan iklan TVC bisa diketahui secara real time. Baik itu dari sisi frekuensi tayang, belanja iklan, atau distribusi/sebaran penayangan iklan.
(mdk/lar)