Benarkah e-KTP atau eID dapat dibajak?
Menurut penelitian beberapa pakar It dunia, ada kemungkinan kartu identitas elektronik dapat dibajak.
Walaupun dipandang praktis dan sudah mengimplementasikan kemajuan teknologi terkini, namun ada sisi bahaya yang dimiliki kartu identitas elektronik termasuk e-KTP.
Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengatakan e-KTP jangan terlalu sering difotokopi. Apalagi jika kartu e-KTP itu sampai dihekter (di steples). Sebab, hal itu menurut Gamawan, dapat merusak chip yang berada di dalam kartu e-KTP tersebut.
Apabila terjadi kerusakan, seperti yang diungkapkannya pada hari Senin (06/05), Gamawan mengatakan bahwa jika kartu e-KTP itu rusak, dapat diganti dengan biaya yang gratis.
Menurut Wikipedia, ada beberapa negara di dunia yang juga menerapkan penggunaan kartu identitas elektronik seperti e-KTP di Indonesia. Contohnya, Belgia, Jerman, Kuwait, Italia, Belanda, Maroko, Pakistan, Portugal, Rumania, Estonia dan Spanyol.
Namun, menurut beberapa beberapa pakar IT, ternyata kartu identitas elektronik tersebut memiliki sisi keamanan yang cukup membahayakan.
Pada bulan September 2009 silam, pemerintah Jerman menerima laporan dari beberapa pakar IT bahwa eID di negara tersebut mudah sekali diretas atau dibajak.
Cara peretasannya cukup mudah yaitu melalui injeksi trojan ke PC berbasis Windows. Setelah trojan masuk dan menginfeksi komputer, maka setiap eID dapat dibaca sekaligus dicuri data-datanya.
Selain di Jerman, pada bulan Agustus di tahun yang sama, pakar IT terkenal di Inggris, Adam Laurie, menjelaskan bahwa cukup mudah untuk membajak eID. Bahkan menurut dia, hanya dalam waktu 12 menit saja, eID yang asli dapat dikloning atau digandakan.
Bahkan, pada bulan Oktober 2012 lalu, iTrust Consulting, sebuah firma keamanan IT, pernah menjelaskan bahwa sudah ada malware khusus yang tercipta untuk menyerang kartu-kartu identitas elektronik.
Penelitian iTrust Consulting tersebut juga dibenarkan oleh ESET, salah satu perusahaan antivirus terkenal dunia.
Apabila data yang ada di dalam eId berhasil dicuri, ada kemungkinan bahwa data-data tersebut dapat digunakan sebagai identitas palsu para teroris contohnya.
Memang cukup riskan mengingat segala sesuatu yang berkaitan dengan elektronik harus terhubung dengan komputer dan juga internet. Selain riskan , penggunaan eID atau kartu identitas elektronik juga menciptakan dilematis tersendiri.
Di satu sisi, eID sangat praktis dalam segala hal yang berkaitan dengan pengaksesan identitas diri dan di sisi lain ada ancaman-ancaman khusus yang tidak dapat dianggap remeh.
Memang semenjak e-KTP mulai digunakan, sampai sekarang pun belum ada kasus terkait pembajakan kartu identitas elektronik ini. Namun kemungkinan masih tetap ada.
Apabila bukan kartunya yang diretas, mungkin saja database pusat penyimpan data-data identitas tersebut yang diretas.
-
Apa saja jenis serangan yang dilakukan hacker? Serangan-serangan ini meliputi serangan siber yang merusak hingga yang melibatkan pemata-mataan (spionase), pencurian informasi, dan penyebaran misinformasi atau disinformasi.
-
Bagaimana cara hacker melakukan serangan? Tahun ini, fokus serangan beralih dari penghancuran atau keuntungan finansial melalui ransomware ke upaya pencurian informasi, pemantauan komunikasi, dan manipulasi informasi.
-
Siapa saja yang menjadi korban serangan hacker? Distributor kimia asal Jerman, Brenntag SE, dilaporkan membayar uang tebusan sebesar USD4,4 juta atau Rp71,9 miliar dalam bentuk Bitcoin kepada kelompok ransomware DarkSide untuk mendapatkan dekripsi file yang dienkripsi oleh para peretas selama serangan ransomware terhadap perusahaan tersebut.
-
Apa yang dilakukan para hacker terhadap toko penjara? Para peretas memanipulasi daftar harga di toko penjara, menurunkan harga barang menjadi jauh di bawah nilai normalnya.
-
Apa saja layanan hacking yang ditawarkan? Seorang pengembang dengan pengalaman hampir satu dekade menawarkan layanan pembuatan halaman phishing, kloning bank, kloning pasar, penguras kripto, spoofing SMS, dan spoofing email.
-
Bagaimana cara hacker sampingan menawarkan jasanya? Salah satu contoh iklan yang ditemukan adalah seorang pengembang Python yang menawarkan layanan pembuatan chatbot VoIP, chatbot grup, chatbot AI, peretasan, dan kerangka kerja phishing dengan harga sekitar USD 30 per jam.
sumber: Wikipedia.org, Achive.hack.lu, Schneier.com, V3.co.uk, Gemalto.com, Computerweekly.com, Dailymail.co.uk, Hitb.org
Baca juga:
Kontroversi aturan e-KTP ancam Pemilu 2014
Dalam setahun, berapa kali e-KTP difotokopi?
Ini surat edaran Mendagri soal e-KTP tak boleh distaples
Proyek e-KTP Rp 5,8 T, masak cuma bisa difotokopi satu kali?
Menengok carut marut e-KTP Rp 5,8 triliun