Berkat internet, manusia kini sanggup lakukan telepati
Peneliti berhasil mengirimkan sinyal otak lewat internet
Apakah Anda hanya berpikir jika telepati hanya ada di film-film Hollywood saja? Kini para ilmuwan dari Universitas Washington telah membuatnya menjadi kenyataan.
Lewat penelitian kedua yang mengikutsertakan enam orang peserta, mereka berhasil menciptakan hubungan antar otak lewat internet. Hasilnya pun cukup memuaskan, dari tiga pasang peserta yang ada tingkat kesuksesan telepati internet ini berkisar antara 25 hingga 83 persen, Gizmodo (07/11). Lalu, bagaimana mereka melakukan telepati internet itu?
-
Apa yang dimaksud dengan perkembangan teknologi? Perkembangan teknologi adalah fenomena yang tidak dapat dielakkan dalam kehidupan manusia. Teknologi telah mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi satu sama lain.
-
Apa saja jenis-jenis teknologi yang dibahas dalam konteks? Teknologi dapat didefinisikan sebagai penerapan pengetahuan dan keterampilan untuk menciptakan produk atau proses yang bermanfaat bagi manusia.
-
Di mana penelitian ini dilakukan? Tim peneliti dari Universitas Yonsei di Seoul, Korea Selatan, berhasil mengembangkan varietas beras hibrida yang dipadukan dengan protein daging sapi dan sel lemak.
-
Apa yang diluncurkan oleh Fakultas Teknik UGM? "Tentunya pesawat tanpa awak ini bisa diaplikasikan ke banyak hal. BPBD salah satunya yang akan memanfaatkannya karena pesawat ini bisa memantau bila telah terjadi bencana, misalnya gempa bumi," kata Dekat Fakultas Teknik UGM Prof. Selo pada Rabu (3/9).
-
Apa yang diamati oleh para ilmuwan? Para ilmuwan berhasil menyaksikan dua pasang lubang hitam supermasif yang hampir bertabrakan. Dua fenomena alam itu terletak jutaan hingga miliaran tahun cahaya dari Bumi.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan? Ilmuwan menemukan dua spesies dinosaurus baru, yang hidup 66 juta tahun lalu.
Metode yang diterapkan sejatinya sangat sederhana. Peneliti menempatkan dua peserta di dua ruangan yang terpisah yang tidak memungkinkan mereka untuk berkomunikasi secara langsung kecuali lewat telepati. Kemudian, keduanya kemudian diminta untuk bekerja sama memainkan sebuah game sederhana berkonsep tembak-menembak.
Menariknya, hanya ada satu peserta yang bisa melihat layar game tersebut, yakni peserta pertama yang memakai alat electroencephalography (EEG). Alat mirip helm dengan puluhan lampu itu nantinya akan membaca sinyal dari otaknya. Lebih lanjut, peserta tersebut mempunyai tugas sebagai 'mata' dan pengirim perintah karena hanya dia yang bisa melihat game tersebut lewat sebuah monitor.
Sementara itu, peserta yang lain tidak memakai alat EEG memakai alat penerima 'rangsang' berbentuk helm yang terhubung dengan alat EEG peserta sebelumnya via internet. Peserta kedua ini juga dibekali dengan sebuah keyboard dan bertugas sebagai pengeksekusi tembakan. Dalam penelitian ini, dia tidak diperbolehkan untuk melihat game itu. Jadi, dia hanya bisa menembak saat otaknya menerima 'perintah' dari peserta lain yang memakai EEG.
Ketika peserta pertama pemakai EEG melihat sebuah rudal dan memutuskan untuk menembaknya, maka secara otomatis EEG akan mengirimkan sebuah sinyal perintah otak lewat internet pada peserta yang lain. Sehingga hanya dalam hitungan detik, peserta yang tidak bisa melihat game tadi secara langsung bisa menembak rudal di game itu dengan akurat.
Meski penelitian ini belum sampai tahap telepati untuk menggerakkan organ tubuh, tetapi terdapat kemungkinan teknologi telepati internet ini kelak bisa dipakai untuk mengirimkan ilmu dari satu otak ke otak lain. Bisa jadi di masa depan guru tidak perlu menerangkan pelajaran, melainkan hanya mentelepatikannya pada semua murid yang ada.
(mdk/bbo)