Di AS, Uber cari 'hacker bayaran' yang mampu retas aplikasi mereka
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan besar pun kini bergantung pada pegiat komputer independen.
Aplikasi yang menyediakan jasa transportasi, Uber, memang sedang banyak dibicarakan di Indonesia. Di tengah banyaknya kecaman yang ditujukan ke aplikasi tersebut, di negara asalnya, Amerika Serikat, Uber justru 'mengundang' para hacker.
Dilansir dari Business Insider (22/3), Uber yang baru merilis peta teknis dari sistem komputer dan komunikasinya tersebut, mengundang para hacker untuk meretas sistem mereka. Para hacker akan mendapat uang imbalan jika mereka dapat menemukan kelemahan dari sistem tersebut. Hal semacam ini terkenal dengan sebutan 'hacker bayaran.'
-
Bagaimana cara orang Indonesia menggunakan smartphone dalam sehari? Indonesia juga termasuk ke dalam daftar negara yang tidak bisa hidup tanpa ponsel. Menduduki urutan ke enam, netizen Indonesia mengantongi angka sebanyak 29,1 persen dari waktu harian mereka untuk dihabiskan di depan layar HP.
-
Bagaimana penggunaan smartphone saat berjalan dapat memengaruhi mood kita? Tidak hanya berdampak pada postur tubuh, penggunaan ponsel saat berjalan juga dapat memengaruhi mood kita. Penelitian telah menunjukkan bahwa multitasking, seperti berjalan sambil menggunakan ponsel, dapat meningkatkan tingkat stres seseorang. Bahkan, semakin banyak orang menggunakan ponsel saat berjalan, semakin tinggi tingkat hormon stres, seperti kortisol, yang diproduksi dalam tubuh mereka.
-
Siapa yang menggunakan layanan transportasi online di Indonesia? Berdasarkan riset Google, Temasek, dan Bain & Company pada 2022, layanan transportasi online digunakan oleh 80 persen populasi Indonesia.
-
Bagaimana smartphone memengaruhi bentuk tengkorak manusia? Secara mengejutkan, tanduk hingga sepanjang 30 milimeter mulai muncul di kepala masyarakat saat ini. Benjolan yang muncul pada bagian bawah tengkorak dan sedikit di atas leher ini sangat langka pada 100 tahun lalu. Hal aneh ini muncul karena penggunaan smartphone, yang biasanya membuat orang menunduk dan bahkan jika diakumulasi bisa sampai empat jam dalam sehari. Hal ini membuat leher bekerja lebih keras dan tubuh meresponsnya.
-
Bagaimana tren perpindahan pengguna Android ke iPhone? Sejak tahun 2019, jumlah pengguna ponsel Android yang membeli atau mengganti ponselnya dengan iPhone relatif stabil. Pada periode 2019—2023, terdapat 11% hingga 19% pengguna Android yang pindah ke iPhone. Peningkatan perpindahan tertinggi terjadi di tahun 2022, sebelum pembelian menurun di tahun 2023.
-
Mengapa penggunaan smartphone saat berjalan bisa menyebabkan "buta perhatian"? Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ponsel saat berjalan dapat menyebabkan "buta perhatian". Studi tersebut menemukan bahwa peserta yang menggunakan ponsel saat berjalan cenderung kurang memperhatikan lingkungan sekitar.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan besar pun kini bergantung pada pegiat komputer independen untuk memperkuat sistem mereka. Hal ini juga menunjukkan bahwa membuat sistem yang lebih 'terbuka,' justru membuat sistem tersebut menjadi aman, sama seperti pemikiran yang sudah lama dianut oleh pergerakan software open-source.
Software dari Uber ini memberikan detil dari infrastruktur perusahaan. Sehingga dengan diundangnya 'hacker bayaran,' mereka diharap bisa mengidentifikasi apa saja data yang mungkin dapat terekspos secara tidak sengaja, dan menyarankan tipe kekurangan apa saja yang mungkin dapat ditemukan.
HackerOne, pihak yang mengurus program hadiah dari Uber, menyatakan bahwa hal ini jarang dilakukan oleh perusahaan dengan sistem software 'closed-source.'
"Ini adalah tingkat kepercayaan diri yang tidak dapat ditemukan di berbagai perusahaan berbasis sistem closed-source, dan saya sangat berharap yang lain bisa mengikuti," ungkap ALex Rice, kepala divisi teknologi dari HackerOne.
HackerOne adalah satu dari sekian banyak startup yang membantu memperkuat proses keamanan independen, dengan cara mengidentifikasi berbagai kesalahan pemrograman, sebelum hacker kriminal atau 'pengintai' mengetahuinya terlebih dahulu. Mereka memiliki posisi sebagai perantara antara peneliti dan perusahaan, yang memeriksa berbagai 'bug' yang ditemukan.
Hal ini jauh membedakan masa sekarang dengan zaman dahulu, di mana para hacker yang 'mengulik' sebuah software dihantui ketakutan akan tuntutan hukum. Namun sekarang, mereka justru membuat firma atau startup, layaknya HackerOne, untuk membantu perusahaan besar memperbaiki sistem keamanannya.
(mdk/idc)