Ilmuwan Klaim Manusia Tertular Flu Dari Unta
Ilmuwan Klaim Manusia Tertular Flu Dari Unta
Jika ditanya penyakit apakah yang kerap diderita sebagian besar orang di dunia, tentu jawabannya adalah flu. Uniknya, asal muasal penyakit yang sering datang jika hawa sedang dingin ini, datang dari hewan.
Terbukti, penyakit ini datang dari hewan yang biasa kita temui di gurun pasir Timur Tengah, unta.
-
Apa yang diamati oleh para ilmuwan? Para ilmuwan berhasil menyaksikan dua pasang lubang hitam supermasif yang hampir bertabrakan. Dua fenomena alam itu terletak jutaan hingga miliaran tahun cahaya dari Bumi.
-
Mengapa penelitian ini penting? Selain membantu memahami lebih lanjut tentang sistem cuaca unik di planet es, temuan ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa medan magnet Neptunus dan Uranus berbeda dengan medan simetris yang dimiliki Bumi.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan? Ilmuwan menemukan dua spesies dinosaurus baru, yang hidup 66 juta tahun lalu.
Ilmuwan dari University Hospital of Bonn di Jerman mengungkap penemuan ini saat meneliti virus MERS (Middle-East Respiratory Syndrome) yang sedang marak di Timur Tengah.
Dari analisa coronavirus (penyebab flu) pada 1000 unta, tim itu menemukan keberadaan virus flu HCoV-229E. Virus ini sangat mirip dengan virus flu pada manusia, begitu pula dengan karakteristiknya.
Awalnya Diduga Datang Dari Hewan Lain
Keberadaan virus HCoV-229E yang juga bisa menginfeksi manusia ini belum pernah ditemukan di hewan lain. Selain unta, hewan lain yang sebelumnya diduga kuat pertama menularkan flu pada manusia adalah kelelawar.
Ilmuwan menambahkan bila kita tidak perlu takut terhadap virus HCoV-229E. Alasannya, tubuh manusia diklaim bisa mempertahankan diri sama halnya ketika diserang virus flu.
Meski demikian, hal ini tidak berlaku untuk salah satu virus flu yang kala itu sempat jadi pandemik yakni MERS, yang jadi objek penelitian ilmuwan untuk mengembangkan vaksinnya.
MERS disebut lebih berbahaya, unik, dan gampang kembali muncul sebagai pandemik meski oleh pihak medis sempat dinyatakan terbasmi.
Untungnya, virus MERS belum benar-benar bisa beradaptasi dengan tubuh manusia. Alhasil, ilmuan memanfaatkan kesempatan ini untuk mengembangkan vaksinnya sebelum si virus berevolusi menjadi lebih mematikan.
(mdk/idc)