Imunoterapi, 'anjing pelacak' yang bisa tangkap dan bunuh sel kanker
Ilmuwan Indonesia siap mengembangkan imunoterapi untuk mengatasi kanker di tanah air
Kanker memang menjadi momok penyakit yang menakutkan. Menggerogoti tubuh tanpa ampun hingga si penderita meninggal dunia. Di Amerika, penyakit ini menjadi nomor satu. Oleh sebab itulah, banyak para peneliti berlomba-lomba menemukan cara menyembuhkan penyakit ini. Saat ini hanya menggunakan jalur kemoterapi dan radiasi saja sebagai cara memperlambat sel kanker tersebut.
Meski begitu, sebetulnya ada cara lain untuk membunuh kanker, yakni dengan imunoterapi. Hal itu dikatakan oleh pendiri Kalbe Farma, Dr Boenjamin Setiawan. Menurutnya, imunoterapi mampu memperlambat pembelahan sel-sel kanker dalam tubuh pasien.
-
Kapan penelitian ini dilakukan? Studi ini didasarkan pada National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999–2018, yang melibatkan lebih dari 17.000 wanita berusia 20 hingga 65 tahun.
-
Dimana tempat penelitian ini dilakukan? Bukti ini ditemukan lewat studi yang dipimpin oleh Gaia Giordano dari Universitas Milan, Italia.
-
Siapa yang melakukan penelitian mengenai keheningan? “Sejauh ini, sampai penelitian kami muncul, belum ada tes empiris utama untuk pertanyaan ini. Dan itulah yang ingin kami berikan,” kata Rui Zhe Goh, peneliti bidang Sains dan Filsafat dari Johns Hopkins University. Goh dan para profesornya mengerjakan ilusi sonik untuk memahami jika orang merasakan keheningan saat mereka memproses suara dari perspektif kognitif.
-
Di mana penelitian ini dilakukan? Tim peneliti dari Universitas Yonsei di Seoul, Korea Selatan, berhasil mengembangkan varietas beras hibrida yang dipadukan dengan protein daging sapi dan sel lemak.
-
Siapa yang memuji penelitian ini? T. Thang Vo-Doan, seorang insinyur di Universitas Queensland, Australia, yang telah bekerja secara independen pada serangga cyborg, memuji penelitian ini karena pengaturannya yang sederhana.
-
Dimana penelitian ini dilakukan? Peneliti menemukan lebih dari 100 virus ditemukan di bangkai cerpelai, babi guinea, dan muskrat.
"Cara kerjanya itu dengan mengambil serum dari plasma darah yang mengandung antibodi, kemudian serum itu diperbanyak secara laboratorium dan disuntikkan kembali ke dalam tubuh. Dengan begitu sebenarnya tubuh sendiri yang melawan penyakit itu dengan antibodi sendiri," jelasnya.
Ibaratnya, kata dia, seperti anjing pelacak yang disuruh untuk menangkap maling. Sel-sel yang disuntikkan kembali itu, akan mengejar sel-sel kanker dan kemudian mematikannya.
"Di Jepang ini sangat maju sekali ya," katanya.
Di Indonesia, kata dia, perusahaan rintisannya akan memulai untuk mempelajari sistem imunoterapi tersebut.
"Kita baru mau akan mempelajari hal itu lebih jauh dengan mengundang para ahli imunoterapi di dunia," ujarnya.
Menurut Dr. Boenjamin, penderita kanker di Indonesia memang belum sebanyak di Amerika, tetapi tidak menutup kemungkinan penderita kanker di Indonesia akan bertambah banyak.
"Kita perlu melakukan sesuatu untuk penyakit ini. Ya, memang ada cara kemoterapi dan radiasi. Tapi itu kan efeknya kurang baik. Rambut bisa gundul, makan tidak berselera, dan lain sebagainya," paparnya.
Baca juga:
Sukses ubah tikus tua jadi muda,ilmuwan ingin buat manusia awet muda
Tak selalu keji, ini 7 peran krusial Nazi bagi sains dan teknologi
Ini alasan gempa bumi sulit diramalkan kedatangannya
Menguak misteri suhu super panas atmosfer matahari
Mirip ninja, 5 hewan ini bisa berjalan di atas air