Ini Penjelasan Ilmiah Soal Dejavu, Cuma Tipuan Otak?
Ini Penjelasan Ilmiah Soal Dejavu, Cuma Tipuan Otak?
Dejavu adalah hal yang seringkali dialami oleh banyak orang. Berdasarkan data dari Psychology Today, hingga 70 persen seluruh populasi dunia pernah mengalami dejavu.
Namun dari sebuah penelitian terbaru yang dilansir dari Medical Daily, ternyata perasaan dejavu bukanlah dikarenakan kita pernah mengalami kejadian tersebut sebelumnya. Alih-alih, ini hanyalah sebuah tipuan otak.
-
Apa yang diamati oleh para ilmuwan? Para ilmuwan berhasil menyaksikan dua pasang lubang hitam supermasif yang hampir bertabrakan. Dua fenomena alam itu terletak jutaan hingga miliaran tahun cahaya dari Bumi.
-
Mengapa penelitian ini penting? Selain membantu memahami lebih lanjut tentang sistem cuaca unik di planet es, temuan ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa medan magnet Neptunus dan Uranus berbeda dengan medan simetris yang dimiliki Bumi.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan? Ilmuwan menemukan dua spesies dinosaurus baru, yang hidup 66 juta tahun lalu.
Tepatnya, dejavu adalah sebuah hasil dari pengecekan yang dilakukan otak terhadap memori kita, dan memastikan memori yang terdapat di otak masih berjalan dengan normal.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Akira O'Connor dari University of St Andrews, Inggris, menyebutkan bahwa dejavu merupakan pikiran yang disebabkan oleh otak yang secara sengaja membuat kesalahan memori.
Hal ini dilakukan oleh salah satu bagian dari otak yang bertujuan untuk memeriksa memori dengan cara mengirim yang akan ditanggapi oleh otak.
Sinyal ini berupa konflik antara apa yang pernah kita alami dan apa yang 'kita pikir' pernah kita alami.
Banyak Dialami Anak Muda
Hal ini juga menjelaskan mengapa dejavu lebih banyak dialami oleh anak muda. Hal ini dikarenakan masa pertumbuhan yang telah selesai, membuat memori sudah mengalami penurunan kualitas. Dengan ini, otak juga makin butuh untuk melakukan pemeriksaan.
Meski mayoritas orang pernah mengalami dejavu, ada sebagian orang yang sama sekali tak pernah mengalami sensasi dejavu dalam hidupnya.
Hal ini bisa jadi karena mereka adalah orang-orang yang tak terlalu menggunakan memori dalam aktivitasnya, atau otaknya tak menemukan permasalahan memori dalam dirinya. Jika demikian, otak akan mengeliminasi kebutuhan dejavu.
(mdk/idc)