Kamu Gamer Sejati? Ini Kondisi Otak Manusia yang Sering Main Game!
Kamu Gamer Sejati? Ini Kondisi Otak Manusia yang Sering Main Game!
Saat ini, game adalah hobi yang cukup diminati. Tak sekedar diminati, profesi sebagai atlet e-sport maupun streamer dan vlogger pun kini mendatangkan rezeki yang melimpah pada pelakunya.
Namun meski dianggap menguntungkan dan sekedar hobi yang tak berbahaya, bermain game pun sempat menuai kontroversi. WHO sempat mengklasifikasikan 'gaming disorder' yakni penyakit mental yang disebabkan kecanduan game. Meski demikian, masih banyak ilmuwan yang tak sependapat dengan organisasi PBB tersebut.
-
Apa yang membuat para ilmuwan "bermain petak umpet" dengan benda luar angkasa ini? Menemukan bulan di luar tata surya yang disebut exomoon, selalu menjadi tugas yang menantang bagi ilmuwan.
-
Apa nama ilmiah dari badan pegal setelah berolahraga? Fenomena ini bahkan memiliki nama resmi, yakni Delayed Onset of Muscle Soreness (DOMS) atau nyeri otot yang tertunda.
-
Apa yang diamati oleh para ilmuwan? Para ilmuwan berhasil menyaksikan dua pasang lubang hitam supermasif yang hampir bertabrakan. Dua fenomena alam itu terletak jutaan hingga miliaran tahun cahaya dari Bumi.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan? Ilmuwan menemukan dua spesies dinosaurus baru, yang hidup 66 juta tahun lalu.
Nah, apa saja yang menjadi dampak game bagi kita dari aspek sains? Mari kita bahas satu persatu, berdasarkan laporan dari Medical Daily berikut ini.
Jenis Kelamin
Salah satu aspek yang kerap dipertimbangkan oleh para ilmuwan soal dampak game adalah jenis kelamin. Dr. Yawen Sun, seorang ahli radiologi diagnostik di Ren Ji Hospital di Shanghai, menyebut bahwa peran kontrol impulsif adalah salah satu alasan godaan main game akan sulit ditolak, dan hal ini lebih dimiliki oleh pria.
"Pria lebih menunjukkan kelemahan kontrol impulsif ketimbang wanita, namun kontrol impulsif pria membaik secara bertahap," ungkap Dr Sun. Hal ini membuat pria muda memiliki kecenderungan untuk lebih tergoda untuk selalu ngegame.
Memicu Adiksi Selanjutnya?
Sebuah studi dari California State University mencoba menganalisis otak anak-anak muda yang memainkan video game, yang berkesimpulan bahwa video game mengaktifkan bagian di otak yang berhubungan dengan penghargaan atau reward.
Mereka yang lebih muda pun memang lebih sensitif. Menurut para ilmuwan tersebut sistem penghargaan ini merupakan hal yang berpengaruh baik. Namun jika tak terkontrol dapat menyebabkan perubahan di otak yang membuat mereka rentan terhadap bentuk kecanduan lainnya di kemudian hari.
Meski demikian, terdapat satu psikolog yakni Dr. Michael Fraser yang menyebut bahwa permainan video game adalah sebuah mekanisme mengatasi deretan penyakit mental yang dialami remaja, seperti kecemasan, depresi, serta gangguan belajar.
Jadi, dengan perlakuan yang tepat, sesungguhnya bermain video game justru hal yang baik.
Efek Positif Video Game Terhadap Otak Manusia
Mark Griffiths, profesor studi perjudian (yang ternyata merupakan salah satu ladang keilmuan psikologis), dari Nottingham Trent University di Inggris, menyebut bahwa terdapat dampak positif dari bermain game.
Sang profesor menyebut bahwa hanya ada sedikit bukti kalau bermain video game secara moderat memiliki efek samping akut.
Ia mencontohkan juga beberapa game yang bentuknya sebenarnya sedikit mengandung unsur kekerasan seperti game shooter dan petualangan, yang justru membuat otak lebih rileks.
Sang profesor juga menyebut soal game berbasis stratgi yang dapat membantu kecepatan reaksi, memperbaiki memori, kemampuan penalaran, serta kesadaran spasial.
Selain itu, tim ilmuwan dari University of Wisconsin-Madison juga menghasilkan penelitian soal game berjudul "Crystals of Kaydor" yang merupakan game adventure, dapat membantu anak-anak jadi lebih berempati hanya dengan memainkannya.
Bahkan, para ilmuwan ini sedang mencari game-game yang dapat diteliti untuk membantuk mereka yang memiliki autisme.
(mdk/idc)