Kisah Wilhelm Roentgen, Ilmuwan yang Berhasil Ciptakan Sinar-X
Wilhelm Conrad Roentgen, ilmuwan penerima penghargaan Nobel, tidak pernah mengajukan paten untuk penemuannya.
Pada tanggal 8 November 1895, Wilhelm Conrad Roentgen melakukan penemuan yang sangat signifikan dalam bidang fisika dan kedokteran dengan menemukan x-ray atau sinar-X. Hanya dalam waktu satu tahun setelah pengumuman penemuan ini, penggunaan sinar-X untuk diagnosis dan terapi telah menjadi hal yang umum dalam praktik medis.
Menurut American Physical Society yang dilansir pada Jumat (8/11), perjalanan karier ilmiah Roentgen dipenuhi dengan berbagai tantangan. Saat menempuh pendidikan di Belanda, ia dikeluarkan dari Sekolah Teknik Utrecht akibat perilaku nakal mahasiswa lainnya.
-
Kapan Wilhelm Conrad Rontgen menemukan sinar-X? Radiologi pertama kali ditemukan oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada 8 November 1895.
-
Siapa yang mengambil mata Einstein? Selain otaknya yang diambil untuk penelitian, mata dari fisikawan Albert Einstein juga ternyata diambil dari tubuhnya pada waktu yang bersamaan. Mata itu diberikan kepada Henry Abrams, dokter mata Einstein sebagai kenang-kenangan.
-
Kapan Marie Curie meninggal? Bertahun-tahun bekerja dengan elemen radioaktif akhirnya memakan korban: Marie meninggal karena anemia aplastik, sering disebabkan oleh paparan radiasi, pada tahun 1934, dalam usia 66 tahun.
-
Apa yang diungkap oleh teknologi pencitraan sinkrotron dalam konteks ini? Teknik ini dapat menjalankan sebuah analisis kimia untuk mendeteksi lokasi korosi dan kerusakan pada daguerreotype.
-
Siapa yang mengusung Einstein ke urutan keempat dalam peringkat selebriti terkaya yang meninggal? Tetapi jangan salah, The Guardian pada tulisannya berjudul: Albert Einstein’s theory of royalty longevity yang dipublikasikan pada 2008. Tak heran di 2008, menempatkannya di urutan keempat dalam peringkat tahunan yang disusun oleh Forbes.
-
Apa penemuan Albert Einstein yang meramalkan adanya riak ruang-waktu? Einstein meramalkan peristiwa seperti tabrakan dua lubang hitam, riak dalam ruang-waktu yang dikenal sebagai gelombang gravitasi, dengan tulisan makalahnya pada 1936 yang berjudul "Tindakan Seperti Lensa dari Bintang karena Deviasi Cahaya."
Ketiadaan ijazah semula menghalangi Roentgen untuk mendapatkan jabatan di Universitas Wrzburg, meskipun ia sudah meraih gelar doktor. Namun, pada akhirnya ia diterima di universitas tersebut.
Di Wrzburg, Roentgen melakukan eksperimen yang fokus pada fenomena cahaya dan emisi yang muncul ketika arus listrik dialirkan melalui "tabung Crookes," yaitu bola lampu kaca dengan elektroda positif dan negatif yang di dalamnya telah dihilangkan udara, sehingga menghasilkan cahaya neon saat arus tegangan tinggi mengalir. Ia sangat tertarik dengan sinar katoda dan mengeksplorasi jangkauan sinar tersebut di luar tabung yang bermuatan.
Pada 8 November, Roentgen menemukan bahwa ketika tabung dilindungi dengan karton hitam tebal, cahaya fluoresen hijau yang dihasilkan dapat membuat layar platinobarium yang berjarak sembilan kaki bersinar, jauh melebihi reaksi yang diharapkan dari sinar katoda.
Ia menyimpulkan bahwa fluoresensi ini disebabkan oleh sinar tak terlihat yang berasal dari tabung Crookes yang digunakannya untuk mempelajari sinar katoda, yang kemudian dikenal sebagai elektron, yang dapat menembus kertas hitam yang membungkus tabung tersebut.
Percobaan lebih lanjut menunjukkan bahwa jenis sinar baru ini mampu menembus sebagian besar zat, termasuk jaringan lunak tubuh, sementara tulang dan logam tetap terlihat jelas. Salah satu hasil awal dari eksperimennya adalah foto tangan istrinya, Bertha, yang menunjukkan cincin kawinnya dengan jelas.
- Masihkah Penghargaan Nobel Prize Relevan Saat ini?
- Dua Ilmuwan Ini Dianugerahi Nobel Fisika 2024, Kantongi Hadiah Fantastis
- Ilmuwan Peraih 2 Nobel Prize Ini Dulu Hidupnya Miskin hingga Terima Pekerjaan Pengasuh Bayi, Einstein Sampai Kagum
- Ilmuwan ini Dikenal Jahil, Tapi Penemuannya Pernah Dapat Nobel Prize
Untuk menguji pengamatannya dan memperkuat bukti ilmiahnya, Roentgen melakukan serangkaian eksperimen yang direncanakan dan dilaksanakan dengan sangat hati-hati selama tujuh minggu. Pada tanggal 28 Desember, ia mengirimkan makalahnya yang berjudul "On a New Kind of Rays" kepada Proceedings of the Wrzburg Physico-Medical Society.
Di bulan Januari 1896, Roentgen melakukan presentasi publik pertamanya di hadapan Wrzburg Physico-Medical Society. Setelah presentasi tersebut, ia melakukan demonstrasi dengan menciptakan gambaran tangan seorang ahli anatomi yang hadir, yang kemudian mengusulkan agar penemuan baru ini dinamakan "Sinar Roentgen."
Berita tentang penemuan ini menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. Thomas Edison adalah salah satu yang tertarik untuk mengembangkan penemuan Roentgen lebih lanjut dengan menciptakan fluoroskop genggam, meskipun ia tidak berhasil membuat "lampu sinar-X" yang dapat digunakan di rumah.
Segera setelah itu, peralatan untuk memproduksi sinar-X tersedia secara luas, dan studio-studio dibuka untuk mengambil "potret tulang," yang semakin meningkatkan minat dan imajinasi masyarakat.
Puisi mengenai sinar-X mulai bermunculan di berbagai jurnal populer, dan penggunaan metafora sinar ini juga muncul dalam kartun politik, cerita pendek, serta iklan. Beberapa detektif bahkan menyebut penggunaan perangkat Roentgen untuk melacak pasangan yang tidak setia.
Selain itu, pakaian dalam timbal dibuat untuk mencegah pengintaian dengan "kacamata sinar-X." Meskipun reaksi tersebut kini tampak konyol, komunitas medis dengan cepat menyadari arti penting dari penemuan Roentgen ini.
Berbagai Penggunaan Sinar-X
Pada bulan Februari 1896, sinar-X pertama kali digunakan dalam praktik klinis di Amerika Serikat, tepatnya di Dartmouth, Massachusetts. Edwin Brant Frost menciptakan gambar patah tulang Colles seorang pasien untuk saudaranya yang merupakan seorang dokter lokal.
Setelah itu, berbagai upaya dilakukan untuk menambahkan batang logam atau menyuntikkan zat radiopak guna menghasilkan gambar yang lebih jelas dari organ dan pembuluh darah, meskipun hasilnya bervariasi. Gambar sinar-X bergerak atau angiografi yang pertama kali dilakukan, serta radiologi militer, terjadi pada awal tahun 1896. Selain sebagai alat diagnostik, beberapa peneliti juga mulai mengeksplorasi penggunaan sinar-X untuk pengobatan penyakit.
Sejak awal abad ke-19, elektroterapi telah dikenal luas sebagai metode untuk meredakan rasa sakit, baik yang nyata maupun yang hanya dibayangkan. Peralatan yang digunakan untuk elektroterapi juga dapat menghasilkan sinar-X. Pada bulan Januari 1896, hanya beberapa hari setelah pengumuman mengenai penemuan Roentgen, seorang ahli elektroterapi dari Chicago bernama Emil Grubbe menyinari seorang wanita yang menderita kanker payudara yang kambuh. Pada akhir tahun yang sama, sejumlah peneliti mulai mencatat efek paliatif sinar-X terhadap kanker.
Beberapa peneliti lain menemukan hasil yang positif dalam pengobatan lesi permukaan dan masalah kulit, sementara yang lainnya menyelidiki potensi efek bakteri dari sinar tersebut. Bahkan, sinar-X juga digunakan dalam praktik kosmetik di klinik penghilang bulu yang didirikan di Amerika Serikat dan Prancis.
Roentgen tidak berorientasi pada keuntungan
Roentgen menerima Hadiah Nobel pertama dalam bidang fisika pada tahun 1901 berkat penemuan sinar-X. Ketika ditanya tentang apa yang ada dalam pikirannya saat melakukan penemuan tersebut, ia menjawab dengan jujur, "Saya tidak berpikir, saya menyelidiki."
Saat ini, Roentgen diakui sebagai seorang peneliti yang luar biasa, yang tidak pernah mengejar penghargaan atau keuntungan finansial dari hasil penelitiannya. Ia menolak gelar yang dapat mengangkatnya ke dalam jajaran bangsawan Jerman dan memutuskan untuk menyumbangkan uang dari Hadiah Nobelnya kepada universitas tempat ia berafiliasi.
Meskipun ia mendapatkan gelar doktor kehormatan dalam bidang kedokteran dari universitasnya, Roentgen tidak pernah mengambil paten untuk sinar-X. Ia ingin memastikan bahwa penemuan tersebut dapat dimanfaatkan secara bebas oleh masyarakat. Kedermawanannya ini mengakibatkan kerugian finansial: pada saat ia meninggal dunia pada tahun 1923, Roentgen hampir mengalami kebangkrutan akibat inflasi yang melanda setelah Perang Dunia I.