Masih jadi misteri, fenomena halo matahari lonjong
Halo matahari dengan bentuk lonjong sangat jarang ditemukan
Fenomena munculnya halo matahari atau lingkaran cahaya bundar disekitar matahari mungkin sudah jamak terlihat di Indonesia dan beberapa belahan bumi lain. Tetapi, sebuah fenomena halo matahari langka sampai saat masih menjadi topik berdebatan para peneliti.
Halo matahari biasa yang kerap terjadi sering disebabkan oleh keberadaan kristal es dengan bentuk-bentuk tertentu yang mengambang di lapisan atmosfer bumi. Namun, pada beberapa kasus halo matahari dapat melebar dan berubah bentuk menjadi lonjong.
-
Apa yang diamati oleh para ilmuwan? Para ilmuwan berhasil menyaksikan dua pasang lubang hitam supermasif yang hampir bertabrakan. Dua fenomena alam itu terletak jutaan hingga miliaran tahun cahaya dari Bumi.
-
Mengapa penelitian ini penting? Selain membantu memahami lebih lanjut tentang sistem cuaca unik di planet es, temuan ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa medan magnet Neptunus dan Uranus berbeda dengan medan simetris yang dimiliki Bumi.
-
Kapan penelitian ini dilakukan? Studi ini didasarkan pada National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999–2018, yang melibatkan lebih dari 17.000 wanita berusia 20 hingga 65 tahun.
-
Apa yang dimaksud dengan fakta kuantitatif dalam penelitian? Fakta kuantitatif dalam sebuah penelitian merujuk pada informasi atau data yang diukur dan dinyatakan dalam bentuk angka.
-
Mengapa penelitian ini dianggap penting? “Ini adalah lompatan besar bagi sains! Dan ini baru permulaan. Kami berharap dapat mengadaptasi teknik AI dan ML ini pada hewan lain dan meletakkan dasar bagi kecerdasan luar biasa di berbagai industri terkait hewan. Jika kita tahu apa yang dirasakan hewan, kita bisa merancang dunia yang lebih baik untuk mereka,” Cheok melanjutkan,
Halo matahari berbentuk lonjong ini disebut dengan 'cincin Bottlinger'. Hanya beberapa orang yang kebetulan tengah melakukan perjalanan dengan pesawat terbang saja yang bisa melihat kemunculan cincin Bottlinger dengan jelas. Bahkan, kemunculan mereka hanya terjadi dalam beberapa detik saja.
Sampai saat ini belum ada yang bisa menjelaskan mengapa fenomena optik ini bisa terjadi dengan jelas. Salah satu teori yang paling dipercaya adalah adanya pengaruh bentuk kristal penyusun awan yang kemudian memendarkan cahaya matahari menyerupai lingkaran cahaya oval.
Kristal-kristal penyusun awan tersebut diyakini berbentuk heksagonal dengan kemiringan sisi mulai dari 1-3 derajat. Suhu yang diperlukan untuk membuat kristal-kristal tersebut dapat menghasilkan cincin Bottlinger dinyatakan harus pas minus 15 derajat Celsius.
Sayangnya menurut io9, meski telah merekayasa bentuk kristal-kristal penyusun cincin Bottlinger, hasil lingkaran halo matahari yang mereka buat tidak bisa menghasilkan cahaya lonjong sama dengan foto-foto penampakan cincin Bottlinger. Oleh sebab itu, cincin Bottlinger masih menjadi salah satu misteri optik utama yang belum bisa diungkap oleh peneliti.
(mdk/bbo)