Mengapa ilmuwan tak menggolongkan 'pedas' sebagai rasa?
Mengapa ilmuwan tak menggolongkan 'pedas' sebagai rasa? Lidah kita ternyata tak memiliki reseptor yang bereaksi terhadap rasa pedas. Selain itu respon fisiologis yang kita rasakan ketika makan pedas, sama halnya dengan ketika kita merasakan luka ataupun terbakar. Sehingga, pedas itu bukan rasa melainkan sensasi.
Seringkali jika seseorang disuruh untuk menyebutkan rasa itu apa saja, kita akan turut menyebutkan pedas, di samping manis, asin, asam dan pahit. Namun ternyata rasa pedas itu bukan termasuk rasa. Rasa pedas hanyalah sebuah sensasi belaka.
Yap, jika Anda masih ingat tentang sensor rasa yang berada di lidah, tentu Anda ingat tentang bagian lidah yang lebih peka akan rasa tertentu dibanding lainnya. Reseptor rasa manis berada di ujung, asin di samping, asam di tepi, dan pahit di bagian pangkal. Dalam penjelasan yang kita terima di bangku sekolah tersebut, tak ada reseptor rasa pedas.
-
Siapa ilmuwan yang menelan kantong berisi makanan untuk mempelajari proses pencernaan? Ilmuwan asal Italia, Lazzaro Spallanzani, ingin menggambarkan proses pencernaan pada tahun 1700-an. Untuk melakukan itu, dia menyegel makanannya dalam kantong-kantong linen kecil.
-
Apa yang diamati oleh para ilmuwan? Para ilmuwan berhasil menyaksikan dua pasang lubang hitam supermasif yang hampir bertabrakan. Dua fenomena alam itu terletak jutaan hingga miliaran tahun cahaya dari Bumi.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan? Ilmuwan menemukan dua spesies dinosaurus baru, yang hidup 66 juta tahun lalu.
-
Mengapa penelitian ini penting? Selain membantu memahami lebih lanjut tentang sistem cuaca unik di planet es, temuan ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa medan magnet Neptunus dan Uranus berbeda dengan medan simetris yang dimiliki Bumi.
Hal ini dikarenakan pedas hanya merupakan suatu sensasi panas dan terbakar yang dirasakan ujung saraf lidah atau lebih dikenal sebagai papila. Rasa pedas sendiri yang sering ditimbulkan oleh cabai, disebabkan oleh senyawa capsaicin yang terkandung dalam cabai.
Capsaicin sendiri berhubungan dengan papila bagian manapun di lidah, tidak mempunyai bagian tertentu yang lebih peka. Hal ini merupakan salah satu syarat ilmuwan untuk mengkategorikan rasa, yakni punya reseptor lidah sendiri layaknya rasa lain. Karena pedas tak mampu memenuhi kriteria ini, pedas bukan merupakan rasa.
Selain itu memang pedas tidak diterima otak sebagai rasa layaknya rasa lain. Karena ketika capsaicin sudah 'menyentuh' papila, saraf tersebut akan mengirim sinyal pada otak berupa sinyal rasa sakit, seakan-akan lidah kita sedang terbakar. Otak kita menangkap justru rasa sakit sebagaimana rasa pedas yang kita rasakan ketika makan sambal tersebut sedang membakar lidah kita.
Jika dimasukkan dalam konteks mengapa suatu rasa digolongkan sebagai rasa, pedas sudah tidak termasuk. Ada 3 kriteria, yakni berupa rasa harus bisa langsung dikenali, punya reseptor lidah sendiri layaknya rasa lain, serta memicu respons fisiologi tertentu pada tubuh.
Rasa pedas dengan mudah bisa dikenali, namun rasa pedas tak punya reseptor dan tak memiliki respon fisiologi tertentu pada tubuh. Mengapa? Karena reseptor tidak bereaksi terhadap komponen layaknya rasa lain. Sensasi pedas yang disebabkan senyawa capsaicin tersebut tak ada beda dengan sensasi ketika kulit kita terluka atau terbakar.
Hal ini menjelaskan mengapa pedas hanyalah sensasi, bukan rasa.
Baca juga:
4 Burung langka asli Indonesia lahir di Inggris
Bagaimana cara berhubungan seks di luar angkasa?
7 Fakta mencengangkan tentang suara manusia yang tersembunyi!
[Video] Bahaya di balik lucunya ulat 'Donald Trump'
Manusia dan robot temukan gua bawah air terdalam di dunia
Ilmuwan temukan 'rasa' baru, alasan mengapa nasi goreng bisa lezat!