Peneliti UGM coba petakan daerah terdampak Merapi
Hal ini dilakukan agar korban akibat letusannya tidak parah.
Indonesia dikenal sebagai negara dengan gungun berapi aktif terbanyak di dunia. Merapi salah satunya, tiap tahun gunung yang terletak di Yogyakarta dan Jawa Tengah ini tak lepas dari aktivitas vulkanik yang cukup tinggi.
Oleh karenanya, seperti yang dilansir oleh Antara (11/2), para peneliti dari Universitas Gadjah Mada pun mencoba memetakan potensi apa saja yang terjadi jika gunung tersebut kembali meletus. Seorang peneliti, Danang Sri Hadmoko, bahkan memetakan beberapa wilayah yang kemungkinan bisa jadi korban keganasannya.
-
Kapan Gunung Merapi meletus? Awan panas guguran itu terjadi pukul 20.26 WIB yang mengarah ke barat daya (Kali Bebeng) arah angin ke timur.
-
Kapan Gunung Semeru meletus? Gunung Semeru terus bergejolak dalam beberapa pekan terakhir. Terbaru gunung tertinggi di Pulau Jawa itu kembali erupsi pada Minggu (31/12) dini hari. Letusannya disertai lontaran abu yang mengarah ke arah selatan dan barat daya.
-
Apa yang dimaksud dengan Naskah Merapi-Merbabu? Dikutip dari Wikipedia, naskah-naskah Merapi-Merbabu adalah kumpulan naskah yang ditemukan di kawasan pegunungan Merapi dan Merbabu, Jawa Tengah. Naskah-naskah ini umumnya ditulis dalam aksara Buda.
-
Mengapa Sarisa Merapi dibentuk? Melimpahnya buah salak menggerakkan Kelompok Wanita Tani Kemiri Edum untuk mendirikan sebuah UMKM bernama Sarisa Merapi di Dusun Kemiri, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem.
-
Siapa yang mempelajari peradaban kuno di Merapi-Merbabu? Para pakar pun berusaha menggambarkan seperti apa kehidupan masyarakat Merapi-Merbabu pada masa lampau, ribuan tahun yang lalu.
"Sebenarnya penelitian ini bertahap, salah satunya adalah memetakan daerah terdampak untuk menghitung kerusakan dan kehilangan, yang nantinya sangat dibutuhkan sebagai pedoman estimasi untuk proses rehabilitasi dan rekonstruksi," kata Danang.
Penelitian ini sendiri terlaksana setelah Danang mendapatkan dana bantuan dari Yayasan Sains Toray Indonesia (ITSF) melalui program Pembiayaan Riset Teknologi dan Sains (STRG). Beserta 18 penelitian lainnya, Danang akan dibantu untuk melanjutkan studi tersebut.
Tujuan dari penelitian ini sendiri adalah dapat dijadikan acuan untuk menetapkan manajemen dampak bencana yang tepat. Jika sewaktu-waktu meletus, pemerintah dan publik pun bisa mengetahui langkah yang tepat untuk meminimalisir korban dari ganasnya Merapi.
"Tujuannya mengurangi dampak risiko bencana, bisa berupa kerusakan fisik, infrastruktur ataupun korban, itu yang dikurangi," katanya.