Penyebab Umur Pria Lebih Pendek Dibandingkan Wanita, Ini Penjelasan Ilmuwan
Mengapa wanita memiliki harapan hidup yang lebih panjang daripada pria? Berikut alasannya.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, harapan hidup pria di Indonesia pada tahun 2021 tercatat sebesar 69,67 tahun, sedangkan wanita mencapai 73,55 tahun. Umur pria yang lebih pendek dibandingkan wanita bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia.
Pertanyaan yang muncul adalah, mengapa wanita cenderung memiliki umur yang lebih panjang daripada pria?
-
Apa saja perbedaan sifat anak laki-laki dan perempuan pada masa kanak-kanak? Berdasarkan penelitian, ditemukan bahwa anak perempuan bisa mengembangkan emosi dengan lebih baik dibandingkan laki-laki. Bahkan pada masa bayi, anak perempuan lebih baik dalam memahami emosi orang berdasarkan ekspresi wajah mereka. Studi lain menemukan bahwa bayi perempuan lebih suka melihat wajah daripada ponsel, sedangkan anak laki-laki sebaliknya.
-
Apa saja yang membuat perempuan cenderung lebih panjang umur dibanding pria? Peneliti menduga bahwa hal ini mungkin berkaitan dengan kadar kolesterol total dan zat besi yang lebih rendah pada perempuan.
-
Bagaimana perbedaan struktur kulit pria dan wanita? Kulit pria cenderung lebih tebal dan memiliki lebih banyak kelenjar minyak daripada kulit wanita. Kelenjar minyak yang lebih aktif pada pria dapat menyebabkan masalah seperti kulit berminyak, jerawat, dan komedo. Di sisi lain, kulit wanita cenderung lebih tipis dan sensitif.
-
Mengapa ular berkepala dua memiliki umur yang lebih pendek? Selain unik, ular seperti ini biasanya memiliki umur yang lebih pendek daripada ular normal.
-
Mengapa peluang hamil anak kembar lebih tinggi pada wanita yang lebih tua? Wanita yang lebih tua, terutama mereka yang berusia di atas 35 tahun, memiliki peluang lebih tinggi untuk hamil anak kembar. Hal ini disebabkan oleh peningkatan produksi hormon follicle-stimulating hormone (FSH) yang dapat menyebabkan ovulasi ganda. Namun, kehamilan pada usia yang lebih tua juga memiliki risiko yang lebih tinggi, sehingga penting untuk berkonsultasi dengan dokter.
-
Mengapa pria umumnya memiliki kumis dan cambang, sedangkan wanita tidak? Jawabannya terletak pada hormon seks yang disebut androgen, yang memainkan peran utama dalam perkembangan ciri-ciri seksual sekunder pada pria.
Untuk menjawab pertanyaan ini, sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Kenneth Walsh dari Internal Medicine, University of Virginia, melakukan sebuah studi. Hasil penelitian mereka, yang dipublikasikan di jurnal Science pada 14 Juli 2022, menunjukkan bahwa penurunan kromosom X di sel tubuh pria berhubungan langsung dengan peningkatan risiko gagal jantung dan fibrosis jantung.
Melansir dari laman IFL Science pada Rabu (12/12), tubuh pria memiliki lebih banyak kerentanan dibandingkan wanita. Pria hanya memiliki satu kromosom X, sedangkan wanita memiliki dua. Hal ini berarti bahwa jika terjadi masalah genetik pada kromosom X, pria tidak memiliki cadangan seperti yang dimiliki wanita.
Selain itu, hormon testosteron yang dominan di tubuh pria juga berkontribusi pada perilaku berisiko, seperti kecenderungan untuk bersikap agresif, mengambil risiko, dan memiliki tekanan darah yang lebih tinggi. Semua faktor ini dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya cedera atau penyakit kardiovaskular.
Pada penelitian tersebut, ditemukan juga bahwa keberadaan kromosom Y di tubuh pria memiliki efek samping yang signifikan. Seiring bertambahnya usia, kromosom Y cenderung memudar, yang berpengaruh pada kesehatan secara keseluruhan.
Indikasi sebelumnya menunjukkan bahwa penurunan kromosom Y di sel tubuh pria berkaitan dengan penyakit yang umum terjadi seiring bertambahnya usia, seperti kanker dan Alzheimer. Peneliti juga mengamati gejala ini pada manusia dengan mengumpulkan data kesehatan dari UK Biobank yang melibatkan 500.000 partisipan.
- Sikap Perempuan yang Membuat Pria Jatuh Hati, Alasan yang Bukan Hanya Semata Soal Penampilan
- Pria Ini Ditemukan Selamat Setelah Dua Bulan Terombang-ambing di Laut Terdingin, Begini Caranya Bertahan Hidup
- 10 Penyebab Pria Jadi Mandul, dari Gaya Hidup Buruk Hingga Usia
- Semakin Membesar atau Menyusut, Ketahui Perubahan Kondisi Kejantanan Seiring Usia Seseorang
Hasilnya menunjukkan bahwa pria yang kehilangan 40 persen kromosom Y di sel darah putih memiliki risiko 31 persen lebih tinggi untuk meninggal akibat penyakit kardiovaskular, dan risiko hingga tiga kali lipat untuk meninggal akibat gagal jantung jika dibandingkan dengan pria yang tidak mengalami kehilangan kromosom Y.
Lebih jauh lagi, gaya hidup pria juga berkontribusi pada masalah kesehatan ini. Pria cenderung lebih sering terlibat dalam kebiasaan yang merugikan kesehatan, seperti merokok, mengonsumsi alkohol secara berlebihan, serta terlibat dalam pekerjaan berisiko tinggi seperti konstruksi atau industri berat.
Kebiasaan-kebiasaan ini meningkatkan risiko terkena penyakit serius, termasuk kanker, kerusakan hati, dan cedera fatal akibat kecelakaan. Selain itu, faktor kesehatan mental dan pengabaian terhadap kesehatan juga tidak boleh diabaikan dalam konteks ini.
Mengendalikan Aspek Emosional
Banyak pria merasa ragu untuk berbagi permasalahan emosional atau mencari bantuan dari profesional ketika menghadapi gangguan mental seperti stres atau depresi. Situasi ini semakin diperburuk oleh kebiasaan mereka yang enggan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
Akibatnya, banyak penyakit serius yang tidak terdeteksi hingga berada pada stadium lanjut. Salah satu ancaman yang signifikan bagi pria adalah penyakit jantung. Dengan kadar kolesterol dan tekanan darah yang cenderung lebih tinggi, pria memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami serangan jantung dan stroke dibandingkan wanita.
Selain itu, sistem kekebalan pria juga lebih lemah jika dibandingkan dengan wanita, di mana hormon estrogen pada wanita berfungsi meningkatkan respons imun terhadap infeksi.
Norma sosial yang ada di masyarakat juga berperan dalam menciptakan perbedaan ini. Pria sering kali diharapkan untuk menjadi sosok yang kuat dan tidak menunjukkan kelemahan, termasuk saat mengalami sakit. Tekanan sosial ini mendorong mereka untuk lebih memilih menyimpan masalah kesehatan fisik dan mental daripada mencari bantuan.
Selain itu, peran sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga memberikan beban psikologis dan stres yang tidak sedikit bagi pria. Dari berbagai faktor yang ada, terlihat jelas bahwa harapan hidup pria lebih rendah bukan hanya disebabkan oleh satu faktor saja, melainkan akibat dari kombinasi kompleks antara faktor biologis, gaya hidup, dan tekanan sosial.