Perkenalkan Daisy, Robot AI yang Menyeramkan saat Jawab Penipuan Lewat Telepon
Perusahaan telekomunikasi O2 di Inggris menciptakan AI bernama Daisy untuk melawan penipuan telepon.
Perusahaan telekomunikasi O2 di Inggris baru-baru ini meluncurkan inovasi menarik berupa chatbot berbasis AI bernama Daisy. Tujuan utama dari penciptaan Daisy adalah untuk mengatasi masalah penipuan telepon yang semakin marak, dengan cara menjaga para penipu tetap terhubung dalam panggilan lebih lama.
Dengan demikian, Daisy diharapkan dapat mengurangi jumlah panggilan yang diterima oleh orang lain. Mengutip CNET, Selasa (3/12), Daisy, yang terinspirasi dari seorang nenek yang mampu berinteraksi dengan penipu secara real-time tanpa memerlukan input dari penciptanya.
-
Apa yang dibayangkan oleh AI? Hasilnya sungguh memesona. Coldplay memainkan musik mereka di tengah latar belakang Gunung Bromo yang diselimuti kabut, menambah pesona dan kemegahan dari acara tersebut. Ribuan penonton terlihat memadati area tersebut.
-
Apa yang dilakukan robot ini? Selain mengemudikan robot, implan otak dapat membantunya menghindari rintangan, melacak target, dan mengatur penggunaan lengannya untuk menggenggam sesuatu.
-
Bagaimana robot ini dikendalikan? Sel induk yang ditakdirkan untuk menjadi bagian dari otak manusia digunakan untuk mengembangkan robot ini.
-
Bagaimana robot gajah itu bergerak? Meskipun hanya merupakan replika mekanis, Mechanical El mampu menampilkan gerakan yang menyerupai gerakan gajah sungguhan, mulai dari langkah-langkah lamban hingga gerakan kepala yang realistis.
-
Bagaimana robot itu 'bunuh diri'? Penduduk setempat bahkan mengatakan robot itu melompat ke bawah. Meskipun alasan perilaku robot tidak diketahui, hal ini sedang diselidiki.
-
Bagaimana Galaxy AI mengatasi hambatan komunikasi? Galaxy AI menghadirkan cara baru dalam mengatasi hambatan komunikasi dan meningkatkan produktivitas dengan lebih canggih.
Dalam video berdurasi satu setengah menit, Daisy memperkenalkan dirinya dengan pernyataan yang tegas: 'Hello, scammers. I’m your worst nightmare.'
Bagaimana Daisy Bekerja?
O2 menjelaskan bahwa Daisy dapat mempertahankan percakapan dengan penipu selama 40 menit dengan menyamar sebagai orang yang tidak paham teknologi. Ia sering berbicara tentang kucingnya yang bernama Fluffy dan melakukan banyak pembicaraan yang tidak relevan untuk menghabiskan waktu penipu. Dengan cara ini, Daisy tidak hanya mengalihkan perhatian penipu, tetapi juga memberikan waktu berharga bagi calon korban lainnya.
Menurut laporan dari Global Anti-Scam Alliance, konsumen di seluruh dunia kehilangan lebih dari $1 triliun akibat penipuan online. Di sisi lain, dalam setahun terakhir, AI telah membantu pemerintah AS memulihkan $1 miliar yang hilang akibat penipuan cek. Hal ini menunjukkan potensi besar AI dalam memerangi kejahatan siber.
Persepsi AI di Tempat Kerja
Dalam laporan terpisah, Gallup menemukan bahwa hampir dua pertiga kepala departemen sumber daya manusia di perusahaan Fortune 500 percaya bahwa AI akan mulai menggantikan peran di organisasi mereka dalam waktu tiga tahun ke depan.
Namun, banyak karyawan merasa tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk menghadapi perubahan ini, dan hanya sekitar seperempat karyawan di AS yang merasa perusahaan mereka mendorong mereka untuk belajar keterampilan baru.
- Bukan untuk Pakaian, Perusahaan Jepang Ciptakan Mesin Cuci Buat Manusia Dilengkapi Teknologi AI
- Teknologi Gen AI Mulai Diterapkan Telkomsel, Begini Hasilnya
- AI Disebut Bisa Bantu Perkuat Sistem Keamanan Siber
- Perusahaan Jepang Ini Ciptakan AI untuk Dijadikan sebagai Ilmuwan, Bisa Buat Inovasi Baru Kalahkan Manusia
Intuit, dalam penelitiannya, mengidentifikasi delapan peran yang paling dibutuhkan di masa depan terkait AI, termasuk insinyur AI, insinyur visi komputer, dan insinyur pembelajaran mesin. Selain itu, terdapat kebutuhan akan ilmuwan data dan ahli intelijen bisnis untuk membantu mengelola alat visualisasi data yang semakin kompleks.
Persepsi Generasi Z Terhadap AI
EduBirdie melakukan survei terhadap pengguna Gen Z dan menemukan bahwa AI menjadi salah satu kekhawatiran utama mereka. Setelah masalah global seperti perang, perubahan iklim, dan resesi ekonomi, sepuluh persen responden menyatakan kekhawatiran bahwa AI dapat 'mengambil alih dan membahayakan umat manusia'. Temuan ini memberikan gambaran tentang bagaimana generasi muda memandang teknologi canggih ini.
Dalam survei yang melibatkan 5.000 pekerja pengetahuan di beberapa negara, Atlassian mengidentifikasi lima tipe pola pikir terhadap AI. Sekitar 9% responden merasa AI 'tidak berguna' di tempat kerja, sementara 29% lainnya melihat AI sebagai alat yang bisa digunakan untuk tugas tertentu. Hal ini menunjukkan variasi dalam penerimaan dan pemanfaatan teknologi AI di berbagai kalangan pekerja.
Peringatan dari Henry Kissinger
Henry Kissinger, mantan menteri luar negeri AS, baru-baru ini berbicara tentang potensi dan bahaya AI dalam buku terbarunya. Ia memperingatkan bahwa manusia sedang mengendalikan kekuatan yang tidak sepenuhnya kita pahami. Kissinger menekankan pentingnya pemerintah untuk menciptakan kerangka kerja yang etis dalam pengembangan teknologi ini.
Ia menyatakan, 'Jika kita menciptakan kerangka yang tepat, kecerdasan buatan memiliki janji luar biasa untuk memajukan kemajuan manusia dan menangani beberapa tantangan paling mendesak di zaman kita.' Ini menunjukkan bahwa meskipun ada risiko, ada juga peluang besar jika AI dikelola dengan bijaksana.