Perusahaan ini Bakal Kirim Satelit Pertama ke Luar Angkasa Pakai Ketapel
Proses ini menghilangkan kebutuhan atas bahan bakar roket
SpinLaunch, perusahaan yang berada di california ini menarik perhatian publik dengan sistem peluncuran satelitnya. Teknologi yang dibuat itu bertujuan untuk merevolusi cara satelit dikirim ke luar angkasa menggunakan lengan raksasa yang bisa berputar untuk melemparkan satelit ke orbit Bumi yang rendah mirip ketapel.
Yang bikin keren, proses ini menghilangkan kebutuhan atas bahan bakar roket, dan hanya mengandalkan listrik. Mengutip Thebrighterside, Kamis (24/10), SpinLaunch sendiri telah melakukan pengujian yang berhasil dengan teknologi ini.
- VIDEO: Bos Sritex Keras Depan Wamenaker Soal Ancaman Banjir PHK: Jangan Sampai Nambah Masalah!
- Keputusan PHK Buruh Sritex Diputuskan dalam 3 Pekan
- Begini Cara Kereta Api Isi Bahan Bakar, Harus Dilakukan Petugas Khusus
- Awal Tahun, Bea Cukai Bantu Ekspor Sarung Tangan Asli Kalasan ke Jepang, Nilainya Rp1,1 Miliar
“Ini bukan roket, dan jelas kemampuan kami untuk melakukan banyak uji coba ini hanya dalam waktu 11 bulan dan memastikan bahwa semuanya berfungsi sesuai rencana, benar-benar merupakan hakikat teknologi kami,” kata Jonatan Yaney, pendiri dan CEO SpinLaunch.
Perusahaannya berencana akan meluncurkan konstelasi satelit ke orbit di bawah 600 mil pada tahun 2026. Sebenarnya, teknologi SpinLaunch bukan menggunakan konsep yang sepenuhnya baru.
Energi kinetik yang digunakan telah dimanfaatkan selama berabad-abad melalui perangkat seperti trebuchet dan mesin pengepungan yang digunakan dalam peperangan abad pertengahan yang dulu digunakan untuk melemparkan benda berat dalam jarak yang jauh.
Kontes Punkin Chunkin masa kini telah melibatkan peluncuran labu menggunakan mekanisme yang serupa, juga memamerkan energi kinetik dan potensial dalam aksinya.
Sistem yang akan diluncurkan SpinLaunch mungkin akan membuat para penggemarnya bertanya-tanya, berapa banyak labu yang bisa mereka kirim ke luar angkasa dengan mesin seperti itu.
Inovasi perusahaan ini dimungkinkan terbuat dari material modern dan elektronik miniatur, juga serat karbon yang berkekuatan tinggi dan sistem elektronik memiliki peran penting atas keberhasilan teknologi ini.
“Elektronika, material, dan alat simulasi modern memungkinkan satelit untuk disesuaikan dengan lingkungan peluncuran kinetik dengan relatif mudah,” jelas SpinLaunch di situs webnya.
Teknologi ini dinilai harus mampu bertahan dalam kondisi apapun, termasuk ruang hampa dan percepatan yang cepat. Dalam sebuah video salah satu uji coba peluncuran SpinLaunch di New Mexico, menunjukkan kegembiraan dan ketepatan yang terlibat.
Memperlihatkan para teknisi yang sedang memantau layar dan adegan peluncuran menyerupai ruang kendali misi NASA. Di mana ketika satelit keluar dari tempat peluncuran, hal itu terjadi dengan cepat dan bisa terlewatkan ketika berkedip.
SpinLaunch yang didirikan pada tahun 2014, telah memperoleh pendanaan yang signifikan dan telah bekerja sama dengan berbagai organisasi besar seperti NASA, Airbus, dan Universitas Cornell. Teknologi ini mampu menahan gaya hingga 10.000 Gs setara dengan 10.000 kali tarikan gravitasi Bumi, yang membuktikan kekuatannya.
Jika teknologi SpinLaunch terbukti bisa diandalkan, maka akan mampu mengurangi bahan bakar yang dibutuhkan untuk peluncuran satelit secara drastis. Untuk perbandingannya, roket Falcon 9 milik SpaceX menggunakan lebih dari 900.000 pon propelan untuk setiap peluncurannya.
Jadi, meski efisiensi bahan bakar telah meningkat saat itu, volume bahan bakar yang dibutuhkan untuk peluncuran tetaplah besar. Dampaknya, setiap peluncuran akan mempengaruhi penipisan lapisan ozon, yang melindungi kehidupan di Bumi dari bahaya radiasi matahari.
Maka dari itu, metode SpinLaunch menawarkan solusi yang potensial karena bisa menembus lapisan ozon tanpa merusaknya. SpinLaunch akan berencana untuk membangun keberhasilan awalnya dengan mengembangkan lokasi peluncuran orbital pesisir.
“Telah terbukti bahwa ini adalah sistem yang dapat diandalkan secara berulang,” kata Yaney.
Jika melihat perusahaan lain, di Singapura, perusahaan rintisan teknologi antariksa Equatorial Space Systems adalah salah satu pelopor yang mengukir ruang angkasa. Mereka mengembangkan kendaraan peluncur modular dengan biaya rendah yang dirancang untuk mengirim muatan ringan ke LEO. Kesamaannya, yakni sama-sama menekankan biaya, keselamatan, dan keberlanjutan.
Dengan adanya teknologi SpinLaunch ini dapat menandai perubahan yang signifikan dalam cara kita berpikir dan melaksanakan peluncuran satelit dengan menggabungkan tanggung jawab lingkungan dengan rekayasa inovatif. Di masa depan, penyebaran satelit mungkin akan segera menjadi lebih bersih, lebih efisien, dan lebih mudah diakses daripada sebelumnya.
Reporter magang: Nadya Nur Aulia