Seorang Karyawan Google Kena Pecat Gara-gara “Galak” dengan Israel
Berawal dari ini, banyak karyawan Google yang memprotes kebijakan kerja sama perusahaan dengan Israel.
Berawal dari ini, banyak karyawan Google yang memprotes kebijakan kerja sama perusahaan dengan Israel.
Seorang Karyawan Google Kena Pecat Gara-gara “Galak” dengan Israel
Banyak karyawan dari Google yang melakukan protes di kantor Google yang berada di California, Washington, dan New York, Amerika Serikat.
Mereka memprotes mengenai kontrak yang dijalin perusahaan dengan Pemerintah Israel pada Selasa (16/4). Para pekerja tersebut menerobos masuk ke dalam kantor dan melakukan aksi damai massal.
- Sekongkol Google dengan Israel dalam Genosida di Gaza Picu Protes Pekerja, Puluhan Dipecat
- Google Pecat Karyawan yang Protes terhadap Israel
- Google Polisikan Karyawannya yang Pro-Palestina karena Kritik Kerjasama Perusahaan dengan Israel
- Serangan Israel Tewaskan 4 Pekerja Kemanusiaan di Gaza, di Antaranya Warga Inggris dan Australia
Mengutip New York Post, Los Angeles Times, dan The Washington Post, Kamis (18/4), Google, bersama Amazon, telah menjalin kontrak komputasi cloud dan kecerdasan buatan (AI) dengan pemerintah dan militer Israel.
Kesepakatan yang disebut sebagai “Proyek Nimbus” tersebut mempunyai nilai sebesar 1,2 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp19,5 triliun.
Para pekerja pro-Palestina tersebut tergabung dalam sebuah kelompok yang bernama “No Tech for Apartheid” (Tidak Ada Teknologi untuk Apartheid).
Mereka membawa tulisan-tulisan protes, seperti “Drop Project Nimbus” (Lepaskan Project Nimbus) dan “No tech for genocide” (Tidak ada teknologi untuk genosida). Aksi protes tersebut direkam dan dibagikan di akun media sosial mereka.
Mereka juga melakukan pencoretan pada papan tulis yang ada di kantor, seperti berbagai tulisan dan slogan yang mendukung Palestina serta tulisan mengenai perlakuan buruk dari perusahaan terhadap pekerja yang berbangsa Arab dan beragama Islam.
Para pelaku protes juga membacakan pernyataan yang mengecam Google karena melakukan kerja sama dengan Israel.
Mereka telah melakukan aksi pengeboman besar-besaran kepada masyarakat di Gaza, Palestina setelah kelompok Hamas melakukan penyerangan terhadap warga sipil di Israel pada 7 Oktober 2023 silam.
Pada Selasa malam, sembilan pegawai dari kantor California dan New York ditangkap.
Para pekerja tersebut akan tidak diperbolehkan untuk datang ke kantor dan akun mereka juga akan dikunci. Hal itu akan berlaku hingga pihak Google menghubungi mereka kembali.
Google Pecat Karyawan
Aksi protes ini dilangsungkan setelah belum lama ini seorang insinyur software Google secara terang-terangan mengecam salah satu eksekutif Google yang berasal dari Israel saat konferensi teknologi pada Maret lalu. Hasilnya, Google memecat insinyur tersebut.
Aksi protes terhadap kontrak Amazon-Google-Israel telah dilakukan oleh para pekerja perusahaan dan aktivis lain semenjak kontrak disepakati pada tahun 2021 kemarin. Aksi protes menjadi meningkat secara tinggi semenjak pemboman yang dilakukan Israel pada tahun 2023.
“Sebagai seorang Software Engineer di Google Cloud, sangat mengerikan untuk berpikir bahwa kode yang saya tulis dapat digunakan oleh Militer Israel dalam genosida pertama yang ditenagai oleh AI,”
Insinyur software di Google Cloud, Billy Van Der Laar, dari California dalam sebuah pernyataan.
Meskipun Google telah melakukan negosisasi dengan militer Israel dalam beberapa minggu ke belakang, Google tetap menekankan bahwa kontrak Nimbus ini akan diterapkan pada bidang kementerian Israel, seperti bidang keuangan, kesehatan, transportasi, dan pendidikan.
Selain Google dan Amazon, banyak pekerja dari perusahaan teknologi lain, seperti Apple dan Microsoft, yang memiliki keresahan akan keterlibatan perusahaannya dalam operasi militer Israel.
Telah ada perusahaan yang menindak pekerjanya yang melakukan percakapan mengenai operasi militer Hamas dan Israel di lingkup internal pekerja perusahaan.