Google Pecat Karyawan yang Protes terhadap Israel
Google dan Amazon memiliki kontrak USD1,2 miliar untuk menyediakan layanan komputasi awan kepada pemerintah dan militer Israel.
Google dan Amazon memiliki kontrak USD1,2 miliar untuk menyediakan layanan komputasi awan kepada pemerintah dan militer Israel.
Google Pecat Karyawan yang Protes terhadap Israel
Google memecat 28 karyawannya yang melakukan protes terhadap kontrak komputasi awan bersama dengan pemerintah Israel pada pekan ini.
Para pekerja tersebut dipecat setelah penyelidikan menemukan bahwa mereka telah melakukan protes di dalam kantor Google di New York dan Sunnyvale, California.
"Di Sunnyvale, mereka memasuki kantor CEO Google Cloud Thomas Kurian, menurut postingan di X oleh kelompok yang mengorganisir demonstrasi gerakan No Tech For Apartheid,"
tulis CNN.com dikutip Jumat (19/4).
Para pengunjuk rasa membentangkan spanduk bertuliskan “Tidak Ada Lagi Genosida Demi Keuntungan” dan “Kami Mendukung Google Palestina, Arab, dan Muslim.”
Juru Bicara Google mengatakan kepada CNN, bahwa protes tersebut adalah bagian dari kampanye jangka panjang yang dilakukan oleh sekelompok organisasi yang menentang kerjasama dengan Israel.
Dia menjelaskan, bahwa sejumlah kecil pengunjuk rasa karyawan masuk dan mengganggu beberapa lokasi kerja Google. Selain itu, pengunjuk rasa disebutkan menghalangi pekerjaan karyawan lain secara fisik dan mencegah mereka mengakses fasilitas perusahaan.
"(Ini) jelas merupakan pelanggaran terhadap kebijakan kami, dan merupakan perilaku yang sama sekali tidak dapat diterima. Setelah menolak beberapa permintaan untuk meninggalkan lokasi, penegak hukum dilibatkan untuk menghapusnya guna memastikan keamanan kantor,”
tambah juru bicara tersebut.
Saat ini, Google mengklaim telah menyelesaikan penyelidikan terhadap individu yang terlibat unjuk rasa anti Israel tersebut.
Hasil penyelidikan ini mengakibatkan pemutusan hubungan kerja terhadap 28 karyawan, dan akan terus menyelidiki dan mengambil tindakan sesuai kebutuhan.
Diketahui, Google dan Amazon memiliki kontrak senilai USD 1,2 miliar untuk menyediakan layanan komputasi awan kepada pemerintah dan militer Israel.
Program ini lebih dikenal sebagai Project Nimbus, menurut No Tech For Apartaheid, yang mengutuk keras pemecatan tersebut.
"Tindakan pembalasan yang mencolok ini merupakan indikasi jelas bahwa Google lebih menghargai kontrak senilai USD1,2 miliar dengan pemerintah dan militer Israel yang melakukan genosida daripada pekerjanya sendiri,"
kata Kelompok itu dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan pada Medium Thursday.
Di sisi lain, Israel menolak klaim bahwa mereka melakukan genosida di Gaza, dengan alasan bahwa mereka berperang melawan Hamas untuk membela diri.
Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang.