Setelah 13 jam, hacker Indonesia lumpuhkan situs asio.gov.au
Aksi peretasan ini diketahui juga didukung oleh Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso
Setelah membombardir sejak pukul 19:00 tadi malam (12/11), hacker Indonesia dari tim The Indonesian Security Down dan Suram Crew, akhirnya berhasil membuat situs http://asio.gov.au rontok.
Bila dibuka, yang tampak adalah tulisan The Connection was Resert. Namun, situs tersebut belum benar-benar down 100 persen dan hingga saat ini, hacker Indonesia masih terus menyerangnya.
-
Siapa saja yang menjadi korban serangan hacker? Distributor kimia asal Jerman, Brenntag SE, dilaporkan membayar uang tebusan sebesar USD4,4 juta atau Rp71,9 miliar dalam bentuk Bitcoin kepada kelompok ransomware DarkSide untuk mendapatkan dekripsi file yang dienkripsi oleh para peretas selama serangan ransomware terhadap perusahaan tersebut.
-
Apa saja jenis serangan yang dilakukan hacker? Serangan-serangan ini meliputi serangan siber yang merusak hingga yang melibatkan pemata-mataan (spionase), pencurian informasi, dan penyebaran misinformasi atau disinformasi.
-
Bagaimana cara hacker melakukan serangan? Tahun ini, fokus serangan beralih dari penghancuran atau keuntungan finansial melalui ransomware ke upaya pencurian informasi, pemantauan komunikasi, dan manipulasi informasi.
-
Siapa saja yang melakukan serangan hacker ke negara-negara tersebut? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
-
Dimana serangan hacker paling sering terjadi? Laporan Microsoft menyatakan ada empat negara yang paling sering menghadapi serangan siber. Dilansir dari The Record, Minggu (3/12), Microsoft melaporkan bahwa dalam periode Juli 2022 hingga Juli 2023, lebih dari 120 negara mengalami lebih dari seratus serangan siber.
-
Apa yang menjadi sasaran utama hacker dalam serangan siber terkait pemilu? Laporan dari Pusat Keamanan Siber Kanada ungkapkan bahwa serangan siber yang menargetkan pemilihan umum (pemilu) telah meningkat di seluruh dunia.
Oleh sebagian hacker, situs tersebut tergolong sangat kuat pertahanannya karena hampir 12 jam diserang hacker belum juga turun statusnya meski sempat jatuh bangun. Memang saat membuka home dari situs Asio.gov.id semalam masih bisa dibuka, tetapi saat membuka about asio atau asio and nasional security sudah tidak bisa dibuka lagi sejak semalam.
"Good job kk Last checked URL https:// www.asio.gov.au Status -1 (N/A) Country Checked Indonesia Device Computer Date/Time Checked 2013-11-11 02:58:21 PM," ungkap seorang hacker dari tim The Indonesian Security Down.
Sebelumnya, komandan serangan hacker Indonesia, Om-Jin, menyerukan agar para hacker memfokuskan serangan pada http://asio.gov.au.
"Menanggapi banyak opini orang bahwa kita salah serang kayaknya keliru .. asis.gov.au adalah salah satu pusat intelligent Australia, dan sekarang dalam keadaan Crash. Kini kita pusatkan serangan ke asio.gov.au," katanya.
Sejumlah hacker mengeluhkan kuatnya situs http://asio.gov.id. "Gila strong banget nih website. Sudah di-fire tapi masih up terus," kesalnya.
Ketika dimintai tanggapannya, Menkominfo Tifatul Sembiring enggan memberikan tanggapannya seputar cyber war antara Indonesia dan Australia. Namun, kalangan politisi di DPR menyatakan dukungannya pada hacker Indonesia yang dianggap telah membela harga diri bangsa.
Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso secara terang-terangan mendukung aksi para peretas. "Kalau kita dilakukan seperti ini, kalau perlu kita menghimpun 1.000 hacker," kata Priyo. Menurut Priyo, perang di dunia maya, atau cyber war, tak terelakkan di dunia yang kian terkoneksi ini. "Saya kira perang cyber tidak terhindarkan."
Baca juga:
Situs PLN dan KPK diduga jadi sasaran hacker Australia
Hacker hanya beri notifikasi ke antv lewat parkir domain
Media Australia ramai menulis serangan hacker Indonesia
Anonymous vs Anonymous, cyberwar yang seharusnya tidak terjadi
Fokus ke Australia, website Indonesia dibobol hacker Bangladesh