Warga Desa ini Bakar Hidup-hidup Ular yang Gigit Seorang Pemuda di Atas Mayatnya
Digeshwar Rathiya, seorang pemuda dari desa Baigamar di India, meninggal setelah digigit ular berbisa katang benggala.
Warga di Distrik Korba, Chhattisgarh, India, membakar seekor ular setelah reptil tersebut menggigit seorang pemuda hingga tewas pada Sabtu malam (21/9). Menurut laporan dari NDTV pada Senin (21/10), seorang pria berusia 22 tahun bernama Digeshwar Rathiya sedang merapikan tempat tidurnya di rumahnya di Desa Baigamar ketika seekor ular berbisa dari jenis katang benggala (common krait) menggigitnya.
Setelah mengalami gigitan, Rathiya segera memberi tahu keluarganya dan dilarikan ke rumah sakit pemerintah di Korba, tetapi ia meninggal dunia keesokan harinya pada Minggu pagi (22/9), meskipun sudah mendapatkan perawatan.
-
Hewan apa yang meniru ular berbisa? Gurita peniru mampu menyerupai ular laut berbisa atau ikan singa berbisa, memberikan perlindungan lebih lanjut dari ancaman predator.
-
Bagaimana ciri-ciri orang pelit? Sementara itu, orang pelit memiliki sejumlah ciri-ciri yang mudah diamati dari sikap seseorang kepada orang lain. Di antara yakni menyisihkan harta hanya untuk diri sendiri, jauh dari sikap bersedekah, tak membantu fakir miskin, dan sombong.
-
Kenapa gigitan ular berbisa perlu diwaspadai? Ular merupakan reptil berbahaya bagi manusia, sehingga kemunculannya sering kali ditakuti terlebih gigitan ular berbisa yang dapat membunuh manusia.
-
Kenapa ORARI dibentuk? Demi ketertiban pemakaian frekuensi, pada pertengahan 1967, pemerintah melakukan pemberlakuan wajib daftar bagi setiap Amatir radio dan broadcaster di Hubdam V Jaya.
-
Bagaimana singa berburu mangsa? Mereka cenderung berburu dengan cara mengejar mangsa dari jarak jauh dan melompat langsung ke arahnya.
-
Kapan Gunawan tertinggal rombongan mudik? Di tengah perjalanan, Senin (8/4) sekira pukul 02.00 WIB saat sopir istirahat, ia pergi ke toilet. Namun saat kembali, mobil yang ditumpanginya sudah pergi.
Setelah autopsi, jenazah Rathiya diserahkan kepada keluarganya untuk dikremasi. Pasca insiden tragis tersebut, warga desa berhasil menangkap ular yang menggigit Rathiya dan menyimpannya dalam keranjang tertutup. Mereka mengikat ular itu dengan tali yang digantungkan pada sebatang kayu.
Dalam prosesi pemakaman, Rathiya dipindahkan dari rumahnya ke krematorium, dan ular tersebut juga dibawa ke lokasi yang sama. Video yang memperlihatkan warga menyeret ular menggunakan tali beredar di media sosial. Akhirnya, ular tersebut dibakar hidup-hidup di atas pyre, yaitu struktur kayu untuk membakar jenazah.
Sejumlah penduduk desa mengungkapkan ketakutan bahwa ular berbisa itu akan menyerang orang lain, sehingga mereka memutuskan untuk membakarnya.
Seorang penduduk lokal, Jagrit Kumur, menyatakan, "daripada membunuh ular tersebut secara langsung, penduduk desa merasa lebih baik memusnahkan ular berbisa tersebut dengan membakarnya di atas tumpukan kayu di pemakaman sebelum ada orang yang menjadi korban gigitan ular lagi."
Mengenai insiden ini, Petugas Sub-Divisi Korba, Ashish Khelwar, menyatakan bahwa tidak akan ada tindakan hukum terhadap warga desa yang membunuh ular tersebut. Ia menekankan pentingnya pendidikan dan kesadaran masyarakat mengenai ular dan penanganan gigitan ular.
- Mengenal Dhurung Bawean, Tempat Warga Gresik Berkumpul hingga Menyimpan Padi yang Dilengkapi Alat Penghalau Tikus
- Warga Desa Di Tegal Dapat Bantuan 1.500 Bibit Cabai dari PNM
- Bikin Resah Warga, Pembunuh Sadis Anak Kandung Kabur dari Tahanan
- Bikin Geger Satu Kampung Tiga Ekor Buaya Muncul dari Gorong-gorong Tengah Pemukiman Warga
Perubahan Iklim Sebabkan Peningkatan Kasus Gigitan Ular di Asia Selatan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahun, sekitar lima juta gigitan ular terjadi di seluruh dunia, dengan sekitar 2,7 juta kematian sebagai akibatnya. Menurut laporan dari Himal Southasian pada Rabu (20/10), sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2020 mengumpulkan data tentang gigitan ular selama 19 tahun dan menemukan bahwa lebih dari satu juta gigitan ular terjadi setiap tahun di India saja.
Gigitan ular ini sering kali berakibat fatal. Peningkatan jumlah kasus gigitan ular di India dan Asia Selatan diperkirakan terkait dengan perubahan iklim.
"Akan sulit untuk mengatakan jumlah gigitan ular yang disebabkan oleh perubahan iklim secara pasti, karena kami tidak memiliki penelitian langsung untuk memvalidasinya," ungkap Rupam Mitra, seorang ahli herpetologi dari Siliguri.
"Namun kami dapat memperkirakan bahwa tren peningkatan gigitan ular terjadi akibat kejadian cuaca ekstrem seperti banjir dan gelombang panas, yang berdampak pada meningkatnya beban gigitan ular pada sistem kesehatan masyarakat," tambah dia.
Perubahan suhu dan banjir menyebabkan hilangnya habitat ular, yang memaksa mereka berpindah dari lingkungan alami mereka. Ular-ular tersebut kini mencari tempat tinggal di ekosistem yang lebih dekat dengan pemukiman manusia, yang pada gilirannya meningkatkan insiden gigitan ular.
Aftab Alam Khan, seorang ahli iklim senior dan CEO Resilient Future International, menjelaskan bahwa perubahan iklim memicu pergeseran ekologi yang berdampak pada habitat berbagai serangga dan reptil, termasuk ular. Gelombang panas, banjir, kekeringan, kebakaran hutan, dan suhu dingin ekstrem semuanya berkontribusi terhadap migrasi ular dan mengganggu pola hibernasi mereka, sehingga meningkatkan kemungkinan pertemuan antara manusia dan ular.