Menilik Kehidupan Suku Bajo Buton, Pengembara yang Tinggal di Laut
Suku Bajo terkenal sebagai pelaut ulung. Kehebatannya mengelana di laut lepas pun tak perlu diragukan lagi. Mereka yang dikenal sebagai orang laut bak menyatu dengan laut. Memilih tinggal di pesisir laut Desa Bajo Bahari Buton, Sulawesi Tenggara. Jauh dari hingar bingar ibu kota.
Suku Bajo terkenal sebagai pelaut ulung. Mereka menguasai wilayah pesisir di sejumlah daerah di Indonesia. Salah satunya di Desa Bajo Bahari, Buton, Sulawesi Tenggara. Kehebatannya mengelana di laut lepas pun tak perlu diragukan lagi. Pelaut dari Tanah Sulawesi ini mampu bertahan di tengah laut dalam waktu lama dengan hanya menggunakan perahu kayu serta mengandalkan rasi bintang sebagai pengganti kompas.
Perahu dengan sampan tak pernah lepas dari gengamannya. Mereka sang pengelana bertahan hidup dari laut. Mencari penghasilan dari kekayaan laut, ikan, bintang laut, gurita atau kerang laut. Penghasilan dari menjadi sumber kehidupan mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
-
Kapan pembagian Udhik-Udhik pertama kali dilakukan? Prosesi Pembagian Udhik-Udhik Dikutip dari akun Instagram @humasjogja, prosesi pembagian udhik-udhik dimulai setelah keluarga keraton, dalam hal ini para putri Sri Sultan Hamengkubuwono X, tiba di lokasi acara.
-
Kenapa UMi dibuat? Program ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi seluruh pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam hal penyediaan modal usaha untuk menghindari praktik rentenir.
-
Kapan UMi diluncurkan? Awal mula mitra UMi di-launching itu untuk menanggulangi merebaknya rentenir.
-
Siapa yang terlihat gagah mengenakan seragam dinas dalam foto pertama yang dibagikan? Sementara itu sang suami, Jenderal TNI Maruli Simanjuntak berdiri gagah mengenakan seragam dinasnya.
-
Bagaimana keempat anak Ummi Pipik mengikuti jejak Uje dan Ummi Pipik? Beberapa di antara mereka telah mengikuti jejak Almarhum Uje dan Ummi Pipik dengan menjadi aktor, selebgram, influencer, bahkan menjadi pendakwah.
-
Di mana foto gurita raksasa itu pertama kali dibagikan? Foto yang diunggah di Facebook, disertakan narasi sebagai berikut: "⚠️ BESAR 🦑 Seekor gurita yang sangat raksasa ditemukan di lepas pantai Bali, Indonesia," tulis akun Gumaro Cedillo pada 5 Juni 2024.
Suku Bajo atau juga dikenal sebagai "Orang Laut" atau "Sea Gipsy" ini bak menyatu dengan laut. Mereka memilih tinggal di pesisir laut. Jauh dari kemewahan, rumah mereka nampak sederhana. Beberapa rumah di Desa Bajo Bahari Buton bahkan masih terbuat dari kayu, berlantai bambu dan beratap seng dan rumbia. Mengapung di atas air laut dengan tiang-tiang kayu yang tertancap di laut.
©2021 Merdeka.com/Andry Denisah
'Byuur' seorang anak kecil melompat bebas ke laut.Tak butuh pelampung, gesit berenang ke sana kemari. Gerakannya cepat seolah sedang berjalan di daratan. Beberapa kali menyelam menyusuri kedalaman. Kemudian sambil tersenyum menampakkan kepalanya muncul di permukaan.
Pemandangan anak laki-laki bertelanjang dada bermain di laut ini sudah menjadi hal biasa dijumpai. Laut memang menjadi arena bermain anak Suku Bajo. Tidak begitu mengenal gawai, anak-anak Suku Bajo lebih memilih bermain dengan teman sebaya.
Berlarian kesana-kemari, berenang dan mendayung sampan. Sesama Suku Bajo yang hidup di laut, anak-anak Suku Bajo saling sangat dekat satu sama lain. Ikatan kekeluargaan mereka sangat kental meski tak memiliki ikatan darah.
©2021 Merdeka.com/Andry Denisah
Sejak bayi anak-anak Suku Bajo sudah akrab dengan laut. Di sini bayi yang baru lahir dibawa ke laut dan didoakan agar menjadi pelaut tangguh. Bayi juga sering diayun-ayun, agar terbiasa dengan ombak.
Laut seolah menyatu di diri setiap orang Suku Bajo. Suara deburan ombak, angin yang bertiup kencang, udara panas yang menyelimuti adalah kehidupan mereka. Keberadaanya pun diakui dunia internasional sebagai bagian tak terpisahkan dari kelestarian laut.
©2021 Merdeka.com/Andry Denisah
Sebagai penggembara laut, mereka menggantungkan hidupnya di laut. Mencari ikan, gurita, kerang laut dan hewan laut lainnya untuk sesuap nasi. Mereka pergi melaut tak menentu, mengikuti cuaca kala itu.
Jika mereka tidak melaut, maka tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Beberapa orang memilih budidaya agar-agar rumput laut untuk tambahan penghasilan.
©2021 Merdeka.com/Andry Denisah
Pemandangan dari perkampungan suku Bajo. Rumah mereka nampak seperti mengapung di lautan. Membangun rumah di atas karang, bertonggak pada kayu-kayu yang ditancapakn di laut. Rumah mereka terlihat berdekatan satu sama lain. Bahkan bersambung hanya diantai oleh jembatan yang terbuat dari kayu.
Kampung Bajo di Buton sendiri telah jadi destinasi wisata budaya. Area ini berada tak jauh dari daratan. Suasana yang syahdu membuat kawasan ini jadi spot favorit melihat matahari terbenam karena langsung menghadap batas cakrawala.