Ada Kisah Cinta Patih Majapahit di Balik Lambang Negara Indonesia
Kisah cinta Patih Majapahit di balik lambang negara Indonesia.
Ada begitu banyak sejarah yang tersimpan rapi di Istana Al-Mukarramah. Salah satunya adalah terkait Burung Garuda yang menjadi lambang negara Republik Indonesia (RI) kini.
Siapa sangka, ada kisah cinta Patih Majapahit di balik lambang negara ini. Lantas bagaimana kisah cinta Patih Majapahit di balik lambang negara Indonesia?
-
Di mana sejarah terasi dapat ditelusuri? Sejarah terasi di kawasan Cirebon dapat ditelusuri hingga masa kekuasaan Pangeran Cakrabuana, yang memainkan peran penting dalam perkembangan kawasan tersebut.
-
Bagaimana KEK Singhasari memanfaatkan sejarah? Keunggulan lain dari KEK Singhasari yakni adanya sektor pariwisata dengan tema heritage and sejarah. Hal ini dilatarbelakangi nilai situs sejarah kerajaan Singhasari.
-
Siapa yang meneliti sejarah Sidoarjo? Mengutip artikel berjudul Di Balik Nama Sidoarjo karya Nur Indah Safira (Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, 2000), Kabupaten Sidoarjo terkenal dengan sebutan Kota Delta yang merujuk pada sejarah daerah ini yang dulunya dikelilingi lautan.
-
Bagaimana Asisi Suharianto menyajikan kisah-kisah sejarah? Asisi dan sang istri pun mendapatkan pengalaman luar biasa selama keliling dunia. Keduanya bertemu dengan saksi mata maupun para korban perang masa lalu di beberapa negara.
-
Apa bukti sejarah yang menunjukan kebesaran Purnawarman? “Inilah (tanda) sepasang telapak kaki yang seperti kaki Dewa Wisnu (pemelihara) ialah telapak yang mulia sang Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia”.
-
Bagaimana sejarah Waduk Sempor? Waduk Sempor diresmikan pada 1 Maret 1978 yang ditandai dengan adanya prasasti bertanda tangan Presiden Soeharto. Semula, waduk ini difungsikan sebagai sumber pengairan bagi sejumlah kompleks persawahan di sekitarnya. Namun lambat laun waduk itu menjadi destinasi wisata baru bagi warga sekitar.
Melansir dari Liputan6.com, Jumat (10/2), simak ulasan informasinya berikut ini.
Simbol Kesultanan
"Jadi ini (lambang Burung Garuda) awalnya adalah lambang Kesultanan Sintang," ungkap juru kunci Istana Al-Mukarramah Sintang, Thamrin Hasan kepada Liputan6.com di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, Selasa (17/3/2015).
Istana Al-Mukarramah Kesultanan Sintang sendiri telah berdiri sejak abad ke-13 Masehi atau sekitar 1262 Masehi. Menurut Hasan, lambang garuda dipilih sebagai simbol Kesultanan berdasarkan pemberian dari Patih Lohgender dari Kerajaan Majapahit.
Pada awal tahun 1400 Masehi, Putri Dara Juanti pergi ke tanah Jawa untuk mencari kakak laki-lakinya yang bernama Demong Nutup. Kabarnya sang kakak ditawan pihak Kerajaan Majapahit.
Kisah Cinta Patih Majapahit
Dara Juanti dijelaskan kemudian menyamar sebagai seorang pria dan datang ke Majapahit. Dia lantas bertemu dengan Patih Lohgender dan langsung menyampaikan permohonannya untuk membebaskan sang kakak, Deming Nutup.
Akan tetapi, Lohgender tidak langsung mempercayai hubungan keluarga keduanya. Dia kemudian mengajukan tes menyeberang sungai untuk membuktikan Dara Juanti adalah benar adik dari Deming Nutup.
Saat proses ujian pembuktian, identitas Dara Juanti yang menyamar sebagai pria akhirnya terungkap. Penutup rambut yang dikenakan Dara Juanti terlepas. Lohgender yang baru mengetahui Sang Putri pun terkesima dengan kecantikannya.
Tiang Penyangga Berkepala Garuda
Sejak itu, Lohgender menaruh hati pada Dara Juanti. Dia juga meminta Dara Juanti untuk menjadi istrinya jika ingin sang kakak dibebaskan. Sang Putri pun menyetujui karena ternyata dia juga mencintai Patih Majapahit.
Namun, Dara Juanti mengajukan beberapa persyaratan kepada Lohgender jika ingin meminangnya. Dia meminta seserahan berupa keris elok berkepala naga, tiang penyangga gong besar, seperangkat gamelan dan 40 kepala keluarga dari tanah Jawa. Lohgender pun memenuhi persyaratan yang diberikan oleh Dara Juanti. Tak terkecuali tiang penyangga gong besar yang diukir dengan bentuk ular naga sebagai penguasa sungai atau laut dan di puncaknya terdapat burung Garuda bermahkota sebagai penguasa dunia atas.
"Kepala garuda itu yang kemudian jadi inspirasi Sultan Sintang itu menjadi lambang Kerajaan," paparnya.
Jadi Lambang Negara
Lambang Garuda ini kemudian diajukan oleh Sultan Pontianak Abdul Hamid II ketika Presiden Sukarno tengah mencari lambang negara. "Dan Pak Soekarno menyetujui dan mengadopsi lambang Kesultanan Sintang menjadi lambang negara Indonesia," ungkap si juru kunci.
Kepala Garuda pada rancangan awal yang diajukan Sultan Hamid II Syarif Abdul Hamid, saat itu masih berjambul. Akan tetapi, rancangan kepala Garuda yang diresmikan sebagai lambang negara pada tanggal 11 Februari 1950, pada akhirnya tanpa jambul.
Bukan hanya itu, jumlah helai bulu pada leher, sayap dan ekor Garuda juga telah disesuaikan. Jumlah bulu pada leher sebanyak 45 helai yang merepresentasikan dua digit terakhir tahun kemerdekaan Indonesia. Terdapat 17 helai bulu di setiap sayap Garuda yang merepresentasikan tanggal kemerdekaan Indonesia.
Kemudian, 8 helai bulu pada ekor melambangkan bulan kemerdekaan, yakni Agustus. Terakhir, ada 19 helai bulu pada pangkal ekor yang merepresentasikan dua digit pertama tahun kemerdekaan Indonesia.
"Jadi memang kisah cinta dan pernikahan antara Patih Lohgendor dan Putri Dara Juanti yang menjadi cikal bakal terbentuknya lambang Garuda Indonesia," tandas juru kunci Istana Sintang Thamrin Hasan.