Apa Boleh Membaca Al-Qur'an Tanpa Wudhu? ini Jawabannya
Menurut Buya Yahya, penting untuk memahami perbedaan antara hadas besar dan hadas kecil.
KH Yahya Zainul Ma'arif, lebih dikenal dengan sapaan Buya Yahya, memberikan penjelasan mengenai hukum membaca Al-Qur'an tanpa berwudhu. Sebagai pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah di Cirebon, Buya Yahya menjelaskan perbedaan hukum antara membaca Al-Qur'an dan menyentuh mushaf ketika seseorang tidak dalam keadaan suci.
Penjelasan ini disampaikan dalam salah satu ceramahnya yang diambil dari tayangan video di kanal YouTube @fahrezalramadhan9120. Dalam ceramah tersebut, Buya Yahya menjawab pertanyaan mengenai hukum membaca Al-Qur'an tanpa wudhu, baik saat duduk, berjalan, maupun berbaring.
-
Kapan sebaiknya membaca doa wudhu? 1. Niat Berwudhu 2. Doa saat Membasuh Telapak Tangan Allahumma ihfadh yadi min ma'ashika kullahaArtinya: “Ya Allah peliharalah kedua tanganku dari perbuatan maksiat pada-Mu,” 3. Doa saat Berkumur Allahumma a'inni 'ala dzikrika wa syukrika, Allahumma asqini min haudli nabiyyika shallallahu 'alaihi wa sallam ka'san la adzma'a ba'dahu Abadan.Artinya: “Ya Allah, tolonglah aku (untuk selalu) mengingat dan bersyukur pada-Mu. Ya Allah, beri aku minuman dari telaga Kautsar Nabi Muhammad, yang begitu menyegarkan hingga aku tidak merasa haus selamanya,” 4. Doa saat Membasuh Hidung Allhuma a'inni 'ala dzikrika wa syukrika, Allahumma asqini min haudli nabiyyika shallallahu 'alaihi wa sallam ka'san la adzma'a ba'dahu Abadan.Artinya: “Ya Allah, tolonglah aku (untuk selalu) mengingat dan bersyukur pada-Mu. Ya Allah, beri aku minuman dari telaga Kautsar Nabi Muhammad, yang begitu menyegarkan hingga aku tidak merasa haus selamanya,” 5. Doa Membasuh Wajah 6. Doa Membasuh Tangan Kanan Allahumma a'thini kitabi biyamini, wa hasibni hisaban yasiranArtinya: “Ya Allah, berikanlah kitab amalku pada tangan kananku, dan hisablah aku dengan hisab yang ringan.” 7. Doa Membasuh Tangan Kiri Allahumma laa tu'thini bi syimaali, wa laa min waraa'i dzahri.Artinya: “ Ya Allah, jangan Kau berikan kitab amalku (kelak di akhirat) pada tangan kiriku, dan jangan pula diberikan dari balik punggungku.” 8. Doa saat Mengusap Kepala Allahumma harrim sya'ri wa basyari 'ala an-nari wa adzilni tahta 'arsyika yauma la dzilla illa dzilluka.Artinya: “Ya Allah, halangi rambut dan kulitku dari sentuhan api neraka, dan naungi aku dengan naungan singgasana-Mu, pada hari ketika tak ada naungan selain naungan dari-Mu,” 9. Doa saat Membasuh Telinga Allahumma ij'alni minalladzina yastami'unal qaula fayattabi'una ahsanahu.10. Doa saat Membasuh KakiAllahumma inni a'udzu bika an tanzila qadami 'anish-shirathi yauma tanzilu fihi aqdamul munafiqinArtinya: “Ya Allah, aku berlindung pada-Mu, dari tergelincir saat melintasi jembatan shirathal mustaqim, kelak di hari ketika banyak telapak kaki orang munafik yang tergelincir,”
-
Kenapa dianjurkan membaca doa sehabis wudhu? Dalam hadist riwayat Tirmizi, ditegaskan bagi yang membaca doa sehabis wudhu maka akan dijanjikan surga oleh Allah SWT.
-
Kenapa dianjurkan membaca doa setelah wudhu? Doa setelah wudhu akan menyempurnakan amalan kita dalam bersuci.
-
Bagaimana cara para qori membaca Alquran raksasa di Masjid Agung Baiturrahman? Setiap pembacaan Alquran raksasa ini dibutuhkan paling tidak tiga qori. Dimana 1 qori bertugas untuk melantunkan ayat-ayat suci, sementara 2 qori lainnya bertugas untuk membuka setiap lembar halaman Alquran.
-
Kapan sebaiknya kita membaca doa wudhu? Bacalah niat wudhu dengan tulus dan kesungguhan hati:
-
Kenapa ghunnah penting dalam membaca Al-Quran? Ghunnah sebenarnya adalah bagian dari sifat huruf yang tetap, Akan tetapi karena huruf mim dan nun sangat berdengung ketika bertasydid daripada ketika tidak bertasydid, makan dikenai hukum bacaan tersendiri, yaitu hukum bacaan ghunnah.
Menurut Buya Yahya, penting untuk memahami perbedaan antara hadas besar dan hadas kecil. Ia menekankan bahwa seseorang yang dalam keadaan junub tidak diperbolehkan membaca Al-Qur'an.
"Jika dalam keadaan hadas besar seperti junub, jelas tidak boleh membaca Al-Qur'an. Namun, jika hanya hadas kecil atau tidak memiliki wudhu, membaca Al-Qur'an tetap diperbolehkan," ujarnya.
Meskipun demikian, ada satu hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu larangan untuk menyentuh mushaf saat tidak berwudhu. Buya Yahya menegaskan bahwa walaupun membaca Al-Qur'an tanpa wudhu diperbolehkan, menyentuh mushaf tetap memerlukan kesucian.
"Yang tidak diperbolehkan adalah menyentuh mushaf Al-Qur'an tanpa wudhu. Ini yang harus dibedakan. Membaca Bismillah atau ayat-ayat Al-Qur'an dalam kondisi tanpa wudhu tetap diperbolehkan," tambahnya.
Penjelasan ini menunjukkan bahwa ada batasan yang jelas antara membaca dan menyentuh mushaf dalam konteks kesucian. Dengan demikian, pemahaman yang tepat tentang hukum ini sangatlah penting bagi umat Muslim dalam menjalankan ibadah mereka.
Keutamaan Membaca Al-Qur'an
Buya Yahya menjelaskan bahwa membaca Al-Qur'an meskipun dalam keadaan tidak berwudhu tetap memiliki nilai keutamaan. Namun, ia menekankan bahwa membaca dalam keadaan suci akan mendatangkan pahala yang lebih besar.
"Keutamaan membaca Al-Qur'an dalam keadaan berwudhu akan dilipatgandakan oleh Allah. Oleh karena itu, jika memungkinkan, berwudhu terlebih dahulu sebelum membaca Al-Qur'an adalah pilihan yang lebih baik," ujarnya.
Dalam penjelasannya, Buya Yahya mengingatkan agar umat Islam tidak meninggalkan kebiasaan membaca Al-Qur'an hanya karena tidak memiliki wudhu. Ia menegaskan bahwa membaca Al-Qur'an merupakan salah satu bentuk ibadah yang mampu mendekatkan diri kepada Allah.
"Jangan sampai gara-gara tidak punya wudhu, Anda tidak membaca Al-Qur'an. Tetaplah membaca, karena itu adalah ibadah yang sangat dianjurkan," katanya.
Ia juga memberikan contoh bahwa membaca Al-Qur'an dapat dilakukan dalam berbagai situasi, seperti saat berjalan, duduk, atau bahkan berbaring. Kondisi tersebut tidak menjadi halangan selama tidak menyentuh mushaf secara langsung.
"Membaca Al-Qur'an sambil berjalan atau duduk, bahkan dalam keadaan tiduran sekalipun, diperbolehkan selama Anda tidak menyentuh mushaf tanpa wudhu," jelasnya lebih lanjut.
Buya Yahya menekankan pentingnya memahami hukum syariat ini agar tidak salah dalam melaksanakan ibadah. Ia juga menegaskan bahwa Islam adalah agama yang penuh dengan kemudahan.
Jangan Membuat Ibadah Menjadi Sulit
"Dalam agama Islam, pelaksanaan ibadah tidak pernah dibuat sulit. Ketika seseorang menghadapi keterbatasan, seperti tidak dapat melakukan wudhu, Islam tetap menyediakan solusi agar ibadah tetap dapat dilakukan," tambahnya.
Penjelasan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada umat Islam agar tetap bersemangat dalam membaca Al-Qur'an dalam berbagai kondisi. Buya Yahya juga mengajak umat Islam untuk terus memperbanyak bacaan Al-Qur'an sebagai bekal untuk kehidupan di akhirat.
"Al-Qur'an adalah petunjuk hidup kita. Jangan pernah menjauh darinya, meskipun dalam keadaan yang terbatas," tegasnya.
Dalam ceramahnya, Buya Yahya mengingatkan bahwa membaca Al-Qur'an bukan hanya sekadar aktivitas membaca, tetapi juga mencakup pemahaman dan pengamalan dari isi kandungannya.
"Ketika membaca Al-Qur'an, niatkan untuk memperoleh petunjuk dan berkah. Bacalah dengan hati yang khusyuk dan penuh keimanan," ujarnya.
Penutup dari ceramah ini menekankan pentingnya menjaga hubungan dengan Al-Qur'an dalam setiap situasi. Buya Yahya berharap agar setiap Muslim senantiasa mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah membaca Al-Qur'an.
"Bacalah Al-Qur'an setiap hari, meskipun hanya satu ayat. Jadikan itu sebagai kebiasaan yang tidak terputus," pesan Buya Yahya.
Dengan penjelasan ini, diharapkan umat Islam memahami bahwa membaca Al-Qur'an adalah ibadah yang fleksibel, namun tetap harus mematuhi aturan yang telah ditetapkan. Keutamaan membaca dalam keadaan suci tetap menjadi anjuran yang utama.
Semoga umat Islam dapat terus memanfaatkan waktu untuk membaca Al-Qur'an, baik dalam keadaan berwudhu maupun tidak, selama tidak melanggar syariat yang ada.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul