Cerita Santri dari Keluarga Miskin, Bisa Pergi Haji karena Patuh Kepada Sosok ini
Kitab Ha'ula Masyayikhuna sebagian besar menceritakan kisah-kisah para ulama Nusantara.
Syaikhona Kholil Bangkalan merupakan ulama karismatik yang menjadi guru bagi banyak ulama di Nusantara pada masanya. Hingga saat ini, umat Islam masih berharap akan keberkahan dari Mbah Kholil Bangkalan.
Setiap hari, ribuan peziarah dari berbagai daerah, baik dari Pulau Jawa maupun luar Jawa, datang untuk mengunjungi makamnya.
- Cerita Seni Kutukuprak yang Punah di Sumedang, Dulu Digelar untuk Hibur Warga yang Ditinggal Wafat Anggota Keluarga
- Saking Lelahnya, Cerita Jemaah Haji Tidur Beralas Kardus di Muzdalifah Nyenyak Banget
- Cerita Manda Jadi Jemaah Haji Termuda di Lumajang, Gantikan Sang Ayah yang Telah Meninggal
- Mengenal Sosok Abah Guru Sekumpul, Ulama Karismatik Asal Kalimantan Selatan
Banyak literatur yang mengisahkan perjalanan hidup Mbah Kholil sebagai waliyullah. Salah satu sumber tersebut terdapat dalam kitab Ha'ula Masyayikhuna (Inilah Para Guru Kami) yang ditulis oleh Kiai Musa Musthafa at-Tamani.
Kitab ini sebagian besar berisi cerita tentang para ulama di Nusantara, termasuk kisah Mbah Kholil Bangkalan. Salah satu kisahnya saat Mbah Kholil menguji ketaatan santrinya yang berasal dari keluarga miskin untuk melaksanakan ibadah haji.
Berikut kisah lengkapnya, Rabu (28/8).
Ujian yang Diberikan Mbah Kholil kepada Santri Miskin
Mengutip NU Online, Mbah Kholil memiliki banyak santri dengan berbagai latar belakang. Mbah Kholil pernah melakukan ujian untuk mengetahui murid-muridnya yang patuh kepada guru.
Suatu ketika, Mbah Kholil ingin menguji ketaatan dua santri yang berasal dari kondisi keuangan yang berbeda. Santri pertama berasal dari keluarga yang kurang mampu, sedangkan santri kedua berasal dari keluarga yang berkecukupan.
Mbah Kholil kemudian memanggil santri yang berasal dari keluarga miskin dan mengujinya.
"Anakku, aku ingin agar kamu melaksanakan ibadah haji tahun ini," kata Mbah Kholil.
"Baik, saya akan melaksanakannya, wahai guruku," kata sang santri.
Meskipun dia menyadari bahwa ia tidak memiliki cukup uang untuk menunaikan ibadah haji, santri tersebut tetap patuh terhadap perintah gurunya.
Evaluasi Santri yang berprestasi
Keesokan harinya, Mbah Kholil memanggil santri kedua yang berasal dari keluarga berada. Dia memberikan instruksi yang sama seperti yang diberikan kepada santri miskin sebelumnya.
Ketika mendengar perintah Mbah Kholil untuk menjalankan ibadah haji, santri kaya ini merasa ragu.
"Wahai guru, perjalanan ke Tanah Suci sangat jauh dan memerlukan biaya yang cukup besar, sedangkan saya merasa tidak mampu," jawabnya.
Meskipun santri miskin itu tidak memiliki bekal yang cukup untuk berangkat haji, karena ketaatannya terhadap perintah guru (sendiko dawuh), ia akhirnya berangkat ibadah haji pada tahun itu bahkan di tahun-tahun selanjutnya.
Sementara itu, santri kedua yang kaya tidak pernah menunaikan ibadah haji hingga akhir hayatnya karena tidak patuh terdapat perintah guru. Pelajaran dari kisah ini adalah pentingnya mengikuti perintah guru selama itu baik dan tidak bertentangan dengan perintah-Nya. Jangan merasa pesimis, karena Allah akan memudahkan melalui doa-doa guru dan ketaatan kita. Wallahu a'lam.
Tontonlah Video Pilihan Ini:
Berikut adalah versi yang berbeda dari kalimat tersebut tanpa mengubah konteks:
Ratusan santri dari Pondok Pesantren El Bayan di Cilacap telah mendapatkan vaksin COVID-19 untuk menjaga kesehatan mereka.