Ditantang Mantan Istri Jika Mau Rujuk, Pria ini Nekat Mendatangi dengan Gowes Sepeda 4.400 Km
Banyak orang mengagumi semangat juangnya, tetapi ada juga yang meragukan pengaruhnya terhadap perkembangan anak-anak mereka.
Kebahagiaan dalam sebuah pernikahan tidak akan pernah lepas dari berbagai permasalahan. Akan tetapi, konflik yang muncul sering kali justru memperkuat hubungan pasangan dalam membangun keluarga.
Tentu saja, ada berbagai tantangan yang harus dihadapi. Salah satu contohnya adalah kisah pasangan asal China ini. Zhou, seorang pria berusia 40-an dari Jiangsu, mengambil langkah berani dengan bersepeda sejauh 4.400 km untuk rujuk kembali dengan istrinya, Li.
- Peran Orangtua Dalam Mendukung Kecerdasan Anak Sejak Usia Dini
- 6 Gejala TB pada Anak yang Perlu Diketahui dan Ditangani Orangtua
- Peran Orangtua yang Tidak Sesuai Bisa Sebabkan Anak Terabaikan dan Alami Masalah Kemudian
- Anak 10 Tahun Sebatang Kara Ini Jalan Kaki 5 Km Jualan Kue Pancong Keliling, Hanya Dapat Upah Rp 15 Ribu Sehari
Sebagai perbandingan, jarak antara Jakarta dan Bali hanya 1.186 km. Zhou memulai perjalanannya dari Nanjing pada 28 Juli dan tiba di Lhasa pada 28 Oktober, setelah menempuh perjalanan selama 100 hari. Tindakan ini diambil setelah mereka terpisah selama dua tahun akibat masalah pribadi yang belum terselesaikan.
Zhou dan Li telah menjalin pernikahan sejak tahun 2007, namun perjalanan cinta mereka tidaklah mulus. Setelah mengalami perceraian pada tahun 2013, keduanya kembali menikah dan dikaruniai dua orang anak.
Sayangnya, konflik tetap menghantui mereka dan menyebabkan perpisahan kembali, meskipun komunikasi di antara mereka tetap terjalin dengan baik. Perjalanan panjang yang dilakukan Zhou menarik perhatian banyak orang di China.
Banyak yang mengagumi ketekunannya, namun ada juga yang mempertanyakan bagaimana hal tersebut mempengaruhi anak-anak mereka. Berikut adalah rangkuman dari Liputan6.com mengenai kisah pria yang nekat bersepeda sejauh 4.400 km demi rujuk dengan istrinya, yang dilansir dari South China Morning Post, Selasa (19/11/2024).
Sampai Pingsan karena Kepanasan
Zhou memulai petualangan luar biasanya dari Nanjing pada tanggal 28 Juli. Dalam kurun waktu 100 hari, ia menempuh jarak hampir 4.400 km menuju Lhasa, sambil menghadapi berbagai tantangan yang menguji ketahanannya.
"Situasi di Yichang cukup serius; istri saya bahkan berkendara ratusan kilometer untuk merawat saya," ujarnya mengenang momen tersebut.
Perjalanan ini diwarnai oleh dua insiden besar yang tak terlupakan. Di Anhui, Zhou mengalami sengatan panas yang parah hingga harus dirawat di rumah sakit. Tak lama kemudian, di Hubei, ia kembali pingsan akibat sengatan panas saat suhu mencapai 40 derajat.
Meskipun Li memberi peringatan agar ia menghentikan perjalanan, Zhou tetap bersikeras untuk melanjutkan misinya. Li berusaha meyakinkannya untuk berhenti, dengan mengatakan, "Saya melihat ketulusanmu. Jika kalian benar-benar ingin bersama, tidak perlu mempertaruhkan nyawa kalian." Namun, tekad Zhou untuk membuktikan kesungguhannya tetap tak tergoyahkan.
Berawal dari Candaan
Keinginan Zhou untuk kembali bersama dimulai dari sebuah percakapan yang tidak serius.
"Dia menghubungi saya karena ingin kembali bersama, dan saya bercanda mengatakan bahwa saya akan menyetir ke Lhasa. Jika dia bisa naik sepeda ke sana, saya mungkin akan mempertimbangkan untuk berbaikan," kata Li.
Li tidak menyangka bahwa Zhou akan benar-benar menerima tantangan tersebut. Pada tanggal 28 Oktober, setelah melakukan perjalanan yang panjang, mereka akhirnya bertemu di Lhasa dan mengadakan sebuah upacara kecil sebagai tanda rekonsiliasi.
"Sejujurnya, saya hanya mengatakannya dengan santai; saya tidak menyangka dia benar-benar melakukannya," ujar Li kepada Yangtse Evening Post.
Saat ini, mereka telah resmi kembali bersama. Meskipun perjalanan tersebut sangat melelahkan, Zhou menganggapnya sebagai bukti nyata dari ketulusan cintanya terhadap keluarga.
Kritik dan Dukungan dari Warganet
Kisah Zhou dan Li menarik perhatian banyak orang. Banyak yang melihat perjuangan Zhou sebagai lambang cinta sejati. Namun, tidak sedikit yang memberikan kritik tajam terhadap situasi ini.
"Mungkin ini terlihat mengharukan, tetapi pada dasarnya, keduanya terlalu keras kepala," ungkap seorang netizen.
Selain itu, ada juga komentar yang mempertanyakan tanggung jawab mereka terhadap anak-anak.
"Siapa yang akan menjaga anak-anak saat mereka melakukan perjalanan? Apakah mereka tidak perlu bersekolah?" tanya seorang warganet, menunjukkan kepedulian terhadap anak-anak yang terlibat.
Di sisi lain, Zhou berencana untuk melanjutkan petualangannya ke Nepal dan Eropa.
"Saya tidak ikut pulang bersamanya karena saya berencana untuk terus bersepeda. Perhentian berikutnya: Nepal," jelas Zhou, mengekspresikan semangatnya untuk menjelajahi dunia meskipun telah berpisah.
Keputusan Zhou untuk melanjutkan perjalanan menunjukkan tekadnya untuk tetap mengejar impian, meskipun ada berbagai pandangan dan kritik dari masyarakat. Hal ini mencerminkan bahwa setiap individu memiliki hak untuk memilih jalannya sendiri, bahkan dalam situasi yang kompleks seperti ini.