Dr Tirta: Viralkan GeNose Temuan UGM Biar WHO Baca, Semoga Pak Jokowi Mau Coba
GeNose metode test cepat Covid-19 yang dikatakan lebih efektif dan efisien.
Menteri Riset dan Teknologi, Bambang Brodjonegoro mengatakan Pemerintah saat ini masih terus mendorong penelitian yang dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM), dalam membuat metode tes cepat Covid-19 yang diberi nama GeNose.
Metode ini dikatakan dapat menjadi sebuah solusi screening yang lebih cepat dan efektif dibandingkan dengan metode rapid test yang selama ini digunakan. Selain itu, metode tes cepat ini dikatakan mampu menekan biaya yang jauh lebih murah dengan akurasi mencapai 97 persen.
-
Kenapa Covid Pirola mendapat perhatian khusus? Namun, para pemerhati kesehatan dan ahli virus memberi perhatian lebih terhadap subvarian ini lantaran kemampuan Pirola dalam melakukan breakthrough infections lebih tinggi dibandingkan varian lainnya. Ketika sebuah varian atau subvarian virus COVID memiliki kemampuan breakthrough infections yang tinggi maka akan menyebabkan kasus re-infeksi semakin tinggi.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama di Indonesia terdeteksi? Mereka dinyatakan positif Covid-19 pada 1 Maret 2020, setelah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta.
-
Siapa yang dinyatakan positif Covid-19 pertama di Indonesia? Menurut pengumuman resmi dari Presiden Joko Widodo, kasus Covid-19 pertama di Indonesia terjadi pada dua warga Depok, Jawa Barat, yang merupakan seorang ibu berusia 64 tahun dan putrinya berusia 31 tahun.
-
Bagaimana cara mencegah Covid Pirola? CDC menyarankan masyarakat untuk melindungi diri dari virus ini karena masih belum jelas tentang seberapa pesat varian ini dapat menyebar. Untuk itu, sebagai tindakan pencegahan masyarakat diminta untuk melakukan hal berikut:• Dapatkan vaksin Covid-19.• Jalani tes Covid.• Cari pengobatan jika Anda mengidap Covid-19 dan berisiko tinggi sakit parah• Jika Anda memilih untuk memakai masker, kenakan masker berkualitas tinggi yang pas di hidung dan mulut.• Tingkatkan ventilasi udara.• Selalu mencuci tangan usai beraktivitas.
-
Bagaimana Pilkada 2020 diselenggarakan di tengah pandemi? Pemilihan ini dilakukan di tengah situasi pandemi COVID-19, sehingga dilaksanakan dengan berbagai protokol kesehatan untuk meminimalkan risiko penularan.
-
Kenapa ilmuwan meneliti virus purba di Himalaya? Penelitian itu memberi gambaran singkat tentang bagaimana virus beradaptasi dengan perubahan iklim selama ribuan tahun.
Dalam konferensi pers usai menjalani rapat bersama Presiden Jokowi, Bambang mengatakan jika metode GeNose ini, kini tengah menjalani proses uji klinis tahap I di Rumah Sakit di Yogyakarta.
Penemuan metode baru tes cepat Covid-19 ini tentu saja menarik perhatian banyak masyarakat Indonesia, salah satunya Dr. Tirta. Ia bahkan meminta para pengikutnya di Instagram untuk mem-viralkan kabar penemuan GeNose tersebut. Berikut informasi selengkapnya:
Unggahan Dr. Tirta
Melalui unggahan di akun Instagram pribadinya, ia membagikan beberapa tangkapan layar artikel yang membahas tentang metode GeNose. Dalam unggahannya tersebut, ia menuliskan harapan agar pihak Kementerian Kesehatan Indonesia bisa dengan cepat membantu proses sertifikasi untuk GeNose jika sudah selesai dilakukan uji klinis.
Lebih lanjut, dr. Tirta mengatakan jika metode ini bisa menjadi solusi yang tepat agar masyarakat Indonesia bisa merasakan metode test-nya sendiri tanpa import. Lebih lagi, metode ini dikatakan lebih efisien dan terjangkau.
"Jika sukses, geNose bisa membuat warga Indo merasakan testnya sendiri. Ga impor2," tulisnya.
YouTube @Deddy Corbuzier ©2020 Merdeka.com
Ajak Follower-nya Untuk Memviralkan Kabar Tersebut
Sebagai salah satu alumni dari Fakultas Kedokteran UGM, dr. Tirta mengaku dirinya cukup bangga dan berharap banyak dengan penemuan tersebut. Ia berharap, dengan metode tes cepat ini nantinya masyarakat Indonesia bisa merasakan test dengan nyaman.
"Semoga dengan alat ini, warga Indonesia bisa test dengan nyaman, selayaknya test penyakit lain," tulis Tirta.
Lebih lanjut, di akhir tulisannya ia mengajak followers-nya di Instagram untuk memviralkan penemuan GeNose tersebut agar bisa sampai ke telinga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Ia juga menyarankan agar Presiden Jokowi dan pihak BNPB ikut mencoba alat test cepat tersebut.
"Semoga pak @jokowi dan @bnpb_indonesia juga ikutan mencoba alat ini :) biar ga tergantung ama impor alat dr negara laen," tulisnya.
"Yok kita viralkan penemuan ugm ini. Biar @who baca," pungkas dr. Tirta.
Metode GeNose Disebut Efektif dan Efisien
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro, menilai metode ini dapat menghasilkan skrining dan deteksi yang lebih efektif dibandingkan rapid test (tes cepat). Metode GeNose ini diklaim mampu mendeteksi virus corona dalam waktu tak sampai dari dua menit.
"GeNose ini intinya mendeteksi keberadan virus Covid-19 dengan menggunakan embusan napas. Pendekatan ini bisa menghasilkan upaya skrining dan juga deteksi yang lebih cepat. Tidak sampai dua menit setelah kita menyimpan embusan," jelas Bambang dalam konferensi pers usai rapat bersama Presiden Jokowi, Senin (12/10).
Lebih lanjut, Bambang juga mengungkapkan jika GeNose memiliki tingkat akurasi yang tinggi mendekati angka 100 persen. Maka dari itu, GeNose bisa menjadi solusi screening yang nantinya akan mengurangi ketergantungan terhadap PCR test.
Ada Inovasi Lain
Selain GeNose, Bambang mengatakan ada inovasi lain yang sedang dikerjakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan diberi nama RT-LAMP. Dia menuturkan, metode ini nantinya bisa mendeteksi virus dengan waktu di bawah saru jam tanpa menggunakan laboratorium BSL 2.
"Rapid swab test ini tentunya juga bisa menjadi solusi bagi rumitnya testing yang menggunakan PCR ya. Jauh lebih cepat, lebih murah dan juga tingkat akurasinya sangat bisa dipertanggungjawabkan," ujar Bambang.
Harapannya GeNose Bisa Diproduksi Massal Bulan November
Saat ini, metode ini masih menjalani proses uji klinis tahap I. Namun, sejumlah tahapan masih harus dilalui sebelum alat ini dapat mulai diproduksi secara massal. Setelah dilakukan uji klinis, GeNose harus menjalani proses uji diagnosis yang rencananya akan mulai dilakukan.
"Harapannya November sudah mulai bisa produksi massal, setelah alat ini dipresentasikan ke Kementerian Kesehatan. Ada prosedur-prosedur yang harus dilalui, dan ini butuh waktu," papar anggota tim peneliti GeNose, Dian Kesumapramudya.
Dian mengungkapkan uji diagnosis memerlukan sebanyak 1.600 subjek dengan 3.200 sampel. Sampel ini akan diambil dari sembilan rumah sakit, termasuk di antaranya RSUP dr. Sardjito, Rumah Sakit Akademik UGM, dan RSPAU Hardjolukito.
Dian menyampaikan sebelum dilakukan uji diagnosis, alat ini telah melalui uji profiling dengan menggunakan 600 sampel data valid, dan menunjukkan tingkat akurasi tinggi, yaitu 97 persen.
Dian menambahkan, dikarenakan alat ini menggunakan sistem artificial intelligence, semakin banyak tes yang dilakukan maka tingkat akurasi juga akan semakin meningkat.