Flare Prewedding di Bromo Picu Kebakaran Hutan, Kok Bisa?
Penyebab kebakaran hutan saat sesi prewedding di kawasan Bromo, ada satu dari lima flare yang meledak.
Flare Prewedding di Bromo Picu Kebakaran Hutan, Kok Bisa?
Flare Asap Meledak
Flare prewedding menjadi topik hangat di jagat maya setelah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) di Jawa Timur mengalami kebakaran hutan dan lahan pada Rabu (6/9/2023).
Kebakaran ini terjadi sekitar pukul 11.30 WIB tepatnya di Bukit Teletubbies, yang merupakan salah satu lokasi favorit untuk pemotretan prewedding.
-
Bagaimana cara membuat flare dalam fotografi? Flare tercipta ketika cahaya yang tidak membentuk gambar memasuki lensa dan mengenai sensor digital," dikutip dari laman website resmi Cambridge in Colour.
-
Apa itu Flare dalam fotografi? Flare dalam dunia fotografi bukan lagi sekadar gangguan atau kesalahan yang tak diinginkan. Sebaliknya, flare kini menjadi pilihan gaya yang disengaja yang dapat digunakan oleh para fotografer untuk menciptakan hasil yang memukau.
-
Apa konsep prewedding Anggika Bolsterli? Mereka telah melakukan sesi pemotretan yang diyakini sebagai prewedding, dengan konsep yang simple namun sarat makna.
-
Di mana pemotretan prewedding ini dilakukan? Belum lama ini, sepasang calon pengantin melakukan pemotretan prewedding di sebuah pabrik rokok.
-
Apa sebenarnya flare itu? Flare adalah sebuah suar atau alat pemancar cahaya yang berasal dari api. Flare juga dipahami sebagai alat nyala api, suluh, atau pelita.
-
Kapan flare biasanya digunakan? Biasanya, flare digunakan dalam keadaan darurat jika membutuhkan pertolongan.
Namun, apa yang membuat peristiwa ini begitu mengejutkan adalah fakta bahwa flare yang digunakan bukanlah flare sinematik dari cahaya matahari, melainkan flare asap yang dapat mengeluarkan percikan api.
Kejadian ini menimbulkan pertanyaan serius tentang penggunaan flare, keselamatan, dan dampak lingkungan.
Fakta penyebab kebakaran di Bukit Teletubbies Kawasan Gunung Bromo, terungkap bahwa salah satu dari lima flare asap yang digunakan meledak saat dinyalakan.
Ini mengakibatkan percikan api yang akhirnya membakar rumput kering di padang savana, memicu kebakaran hutan yang merusak lingkungan alam. Kepolisian setempat segera bertindak dan melakukan serangkaian pemeriksaan terhadap enam orang yang diamankan dalam peristiwa ini.
Tersangka Sudah Ditetapkan
"Setelah kami meminta keterangan dari enam orang itu, kami menetapkan AP (41), warga Kabupaten Lumajang yang merupakan manajer wedding organizer itu sebagai tersangka dalam kasus Karhutla di Bukit Teletubbies," katanya, pada Kamis sore (7/9/2023).
Konferensi pers Kapolres Probolinggo kepada Media.
Peristiwa ini mengingatkan kita akan pentingnya memahami bahaya penggunaan flare yang tidak sesuai.
Bahkan, di Indonesia, penggunaan flare, terutama di stadion, diancam dengan sanksi dari FIFA.
Flare adalah alat yang sangat berpotensi merusak dan berbahaya jika digunakan secara sembarangan.
Mengutip buku Kebakaran Hutan: Siaga Darurat Asap dan Api (2020), flare adalah alat yang terbuat dari campuran zat kimia piroteknik.
Biasanya, flare dipasang dan dibawa terbang hingga ke awan, dan warnanya berasal dari pembakaran logam magnesium.
Bahkan ada campuran logam lain yang digunakan untuk menghasilkan warna yang berbeda-beda.
Bahaya Penggunaan Flare
Alat ini memiliki klaim kemampuan untuk mengeluarkan asap berwarna tanpa ledakan.
Meskipun flare prewedding biasanya tidak dianggap berbahaya, insiden di Bukit Teletubbies mengingatkan bahwa bahaya tetap ada.
Terutama jika flare digunakan secara tidak benar atau di lingkungan yang rawan terbakar.
Kebarakan hebat di Bukit Teletubbies yang melahap hutan kawasan Gunung Bromo juga dipicu oleh kelalaian. Insiden ini terjadi pada musim kemarau, yang membuat rumput menjadi lebih rawan terbakar.
Kejadian ini adalah pengingat bahwa keselamatan harus menjadi prioritas utama dalam setiap sesi pemotretan, terutama ketika melibatkan alat yang berpotensi berbahaya seperti flare.
Kasus kebakaran di Bukit Teletubbies menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya penggunaan flare yang aman dan bijak. Flare prewedding, yang pada awalnya dirancang untuk menciptakan efek visual yang menakjubkan dalam foto pernikahan, bisa berubah menjadi ancaman serius jika tidak dikelola dengan baik.
Peristiwa ini juga mengingatkan tentang kerentanan lingkungan alam terhadap tindakan manusia yang sembrono.