Gara-gara Paracetamol Anak 9 Tahun Gagal Ginjal Harus Cuci Darah, Ayah Langsung Kena Stroke Sang Ibu Jadi Tulang Punggung
Kisah pilu dibagikan oleh seorang ibu saat anaknya yang berusia 9 tahun menderita gagal ginjal dan sang suami stroke.
Kisah pilu dibagikan oleh seorang ibu saat anaknya yang berusia 9 tahun menderita gagal ginjal dan sang suami stroke.
Gara-gara Paracetamol Anak 9 Tahun Gagal Ginjal Harus Cuci Darah, Ayah Langsung Kena Stroke Sang Ibu Jadi Tulang Punggung
Cerita tersebut dibagikan oleh konten kreator pemilik akun TikTok @banghady_sp melalui unggahan video pribadinya.
Dalam video tersebut, ia menghampiri seorang wanita yang mengantarkan putranya berusia 9 tahun saat hendak melakukan cuci darah akibat gagal ginjal.
-
Kapan paracetamol bisa berbahaya bagi ginjal? Walau begitu, Nur mengingatkan bahwa penting untuk memastikan bahwa seseorang yang mengonsumsi paracetamol ini tidak memiliki masalah pada hatinya."Tentu harus dipastikan tidak ada masalah pada hati. Kalau ada masalah pada hati bisa jadi racun juga," katanya.
-
Apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi gagal ginjal? Apabila penyakit ginjal sudah tahap akhir alias gagal ginjal kronis, maka tidak bisa lagi diperbaiki, yang bisa dilakukan adalah mengganti fungsi ginjal menyaring dan membuang racun dengan cuci darah alias hemodialisis, continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD), atau transplantasi ginjal.
-
Bagaimana cara mencegah gagal ginjal? Gagal ginjal dapat dicegah dengan langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan secara rutin.Pertama, sangat penting untuk mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dengan meninggalkan kebiasaan merokok dan menghindari alkohol.Selain itu, memantau fungsi ginjal secara teratur melalui tes darah dan urin juga penting untuk memastikan kesehatan ginjal. Kemudian mengontrol tekanan darah dengan menjaga pola makan yang sehat.Berolahraga secara teratur dan menghindari makanan yang tinggi garam juga dapat membantu mencegah gagal ginjal.Selain itu, memperhatikan asupan cairan dengan minum air putih yang cukup juga sangat penting untuk menjaga kesehatan ginjal.
-
Bagaimana cara mengatasi komplikasi hipertensi akibat gagal ginjal? Pasien dengan gagal ginjal kronis sering memerlukan pengobatan untuk mengendalikan tekanan darah mereka.
-
Apa itu gagal ginjal kronis? Secara umum, penyakit ini terjadi ketika ginjal mengalami penurunan fungsi secara bertahap dan penurunan laju penyaringan ginjal selama 3 bulan atau lebih.
-
Bagaimana Sagil bisa viral? Kisah Sagil pun viral di media sosial, terlebih saat dirinya memakai seragam SD dan berdiri berdampingan dengan rekan-rekannya. Tinggi badan Sagil pun terlihat begitu mencolok dari yang lain. Saat berdiri bersama orang dewasa, ia masih terlihat paling tinggi.
Kondisi sang anak yang diketahui bernama Mustofa Ali cukup parah hingga membuatnya harus memakai tabung oksigen saat melakukan pengobatan CAPD.
Menurut keterangan dari sang ibunda, Ali menderita gagal ginjal akibat obat parasetamol yang dikonsumsi saat pengobatan sebelumnya.
"Dia kan divonisnya lambung akut di RS Hermina, tapi tiga hari kemudian dia koma. Masuk di Hermina tapi di sana alat tidak lengkap jadi mereka merujuk ke RSCM."
"Di RSCM awalnya dia masih terapi, tapi sudah terdetek dari obat-obatan terutama parasetamol," ucap ibunda Ali.
Dari keterangannya, obat parasetamol yang terindikasi menjadi penyebab Ali mengalami gagal ginjal sempat viral dan membuat banyak korban berjatuhan.
Karena parasetamol tersebut, Ali sampai harus melakukan cuci darah di rumah sakit dan secara mandiri dengan CAPD.
"Sudah diambil sampelnya emang gara-gara parasetamol. Karena sampel ginjalnya udah pernah diambil. Sakitnya udah jalan 4 tahun. Harus cuci darah tapi dalam seminggu itu gak surut-surut cuci darahnya jadi bengkak terus. Akhirnya diputuskan untuk CAPD. Jadi cuci darahnya hanya seminggu," tambahnya.
Kondisi Ali pun sangat memprihatinkan.
Bocah laki-laki itu saat ini harus menggunakan tabung oksigen karena mengalami gangguan pernapasan akibat paru-paru terendam.
"Dia kan sudah 3 kali transfusi karena HB-nya 5 ke 6 sekarang malah 7 dan dicurigai paru-parunya kerendam emang," sambungnya lagi.
Ujian terus datang untuk keluarga Ali, ditambah sang ayah juga jatuh sakit stroke setelah mengetahui anaknya gagal ginjal.
Menurut pengakuan ibunda Ali, suaminya mengalami sakit karena pikiran dan merasa tidak mampu menafkahi anak dan istrinya.
Apalagi saat ini hanya ibunda Ali yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan pengobatan anaknya.
"Ayahnya pun langsung kena stroke saat itu. Jadi baru sembuh baru bisa jalan normal. Kemarin saja baru kena lagi."
"Apalagi dia udah gak bisa kerja, ngerasa gak bisa nafkahin, yang kerja saya sendiri, jadi dia ngerasa beban dan pikiran," tambahnya.
- Jangan Dianggap Sepele, Ternyata Sakit di Mata Bisa Jadi Gejala Stroke
- Sayang Sama Anggota yang Sedang Sakit Stroke, Kapolres Klaten AKBP Warsono Lakukan Terapi Pakai Tangan Sendiri
- Benarkah Obat Pereda Nyeri Seperti Paracetamol dan Ibuprofen Bisa Merusak Ginjal?
- Kakek Alami Stroke Ringan Pakai Tongkat Datang Sendiri ke Dinsos, Akui Ingin Urus BPJS Biar Bisa Berobat
Selama melakukan pengobatan Ali, ibunda Ali mengaku bahwa sampai mondar-mandir dari Cikarang ke Jakarta dengan ongkos yang tak sedikit.
"Kalau gak pakai oksigen pakai kereta, tapi kalau pakai oksigen pakai grab. Rp600 ribu PP. Sekali jalan Rp300ribu," ucapnya.
Karena kini ia bekerja, terkadang ayah Ali yang melakukan CAPD di rumah.
Terlebih keterbatasan aktivitas membuat sang suami tak mampu banyak bergerak lagi.
Apa itu CAPD?
Melansir laman alodokter.com, Senin (1/7) CAPD atau Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis merupakan metode cuci darah yang dilakukan lewat perut.Metode ini memanfaatkan selaput dalam rongga perut (peritoneum), yang memiliki permukaan luas dan banyak jaringan pembuluh darah, sebagai filter alami ketika dilewati oleh zat sisa.
CAPD bisa dilakukan sendiri di rumah. Biasanya pada 1-2 minggu pertama usai menjalani operasi pemasangan kateter ke perut, perawat akan membantu merawat. Setelahnya pasien bisa melakukan sendiri di rumah.
Cara melakukannya cukup sederhana dengan menempatkan kantong berisi cairan dialisis, seperti icodextrin, setinggi bahu. Lalu, cairan dialisis dari kantong tersebut dialirkan ke dalam rongga perut dengan bantuan gaya gravitasi.
Setelah cairan dialisis masuk seluruhnya ke dalam rongga perut, kateter harus ditutup rapat agar pasien bisa bergerak serta menjalani aktivitas sehari-hari seperti biasa.
Setelah 4–6 jam, cairan dialisis yang mengandung zat sisa bisa dialirkan keluar dari rongga perut untuk kemudian dibuang ke toilet. CAPD bisa dilakukan sebanyak 3–6 kali dalam sehari, dengan satu kali pengisian cairan sebelum tidur.
Meski mudah dilakukan, beberapa efek samping dari CAPD perlu diwaspadai, di antaranya:
1. Hernia
2. Kenaikan berat badan dan kadar gula darah
3. Perut membesar
4. Masalah pencernaan
5. Infeksi
Untuk melakukan CAPD yang tepat, pasien dan pendamping harus berkonsultasi dengan dokter dan mempertimbangkan kelebihan serta kekurangannya.