Hasil Penelitian Ungkap Penyebab Seseorang Tak Bisa Jauh dari Makanan Manis
Para peneliti mengamati bahwa penduduk Greenland yang tidak dapat mencerna sukrosa cenderung mengonsumsi makanan dengan kandungan sukrosa yang lebih rendah.
Apakah Anda tidak bisa jauh dari makanan manis? Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor genetik dalam DNA Anda. Tim peneliti internasional mengungkapkan bahwa perbedaan genetik dalam kemampuan mencerna gula tertentu dapat mempengaruhi tingkat ketertarikan dan konsumsi makanan manis.
Mereka menyoroti peran gen sucrase-isomaltase (SI) yang sangat penting dalam proses pemecahan sukrosa, yang sering disebut sebagai gula meja, serta maltosa, senyawa yang kurang manis yang biasanya ditemukan dalam beberapa jenis sereal, menjadi gula sederhana agar dapat diserap oleh usus halus.
- Penelitian Buktikan Orang yang Suka Makanan Manis Cenderung Punya Hati Lebih Baik
- Penelitian Ungkap Makan Keju Bisa Bikin Bahagia dan Awet Muda
- Efek Samping Konsumsi Makanan Manis Berlebihan, Bisa Picu Obesitas hingga Nyeri Sendi
- 10 Cara Menghentikan Keinginan Makan Makanan Manis, Kenali Penyebabnya
Lebih lanjut, terkait dengan DNA, mutasi pada gen GI dapat membuat proses pencernaan sukrosa dan maltosa menjadi lebih sulit. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang mengalami sindrom iritasi usus besar (IBS) cenderung memiliki lebih banyak varian gen SI yang mengalami cacat dibandingkan dengan individu yang sehat.
Sekitar 10% hingga 15% orang dewasa di Amerika Serikat mengalami IBS, yang ditandai dengan gejala seperti kram perut, kembung, dan sensasi perut penuh atau terbakar, sering kali disertai dengan masalah diare atau sembelit.
Dalam studi terbaru ini, para peneliti menyelidiki pola makan tikus yang tidak memiliki gen SI, dan menemukan bahwa hewan tersebut dengan cepat mengurangi konsumsi serta preferensi terhadap sukrosa.
Selanjutnya, para peneliti menerapkan teori mereka pada 6.000 orang di Greenland dan hampir 135.000 penduduk di Inggris. Hasilnya menunjukkan bahwa penduduk Greenland yang tidak dapat mencerna gula atau sukrosa sama sekali cenderung mengonsumsi lebih sedikit makanan yang kaya akan sukrosa.
Sementara itu, penduduk Inggris yang memiliki gen SI yang berfungsi dengan baik juga menunjukkan bahwa mereka memiliki kecenderungan lebih rendah untuk menyukai makanan yang mengandung banyak sukrosa. Temuan ini memberikan wawasan baru tentang hubungan antara genetik dan preferensi makanan manis.
Genetik Memengaruhi Kemampuan untuk Mencerna Gula
Hasil penelitian tersebut akhirnya diterbitkan dalam jurnal Gastroenterology. Pemimpin studi, Peter Aldiss dari Universitas Nottingham di Inggris, menyatakan, "temuan ini menunjukkan bahwa variasi genetik dalam kemampuan kita mencerna sukrosa dapat memengaruhi asupan dan preferensi kita terhadap makanan kaya sukrosa, sekaligus membuka kemungkinan menargetkan SI untuk secara selektif mengurangi asupan sukrosa pada tingkat populasi."
Aldiss memiliki harapan besar bahwa penelitian timnya tentang gen SI dapat membantu mengurangi konsumsi sukrosa secara global.
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami bagaimana faktor genetik dapat memengaruhi pola makan mereka. Penemuan ini juga memberikan wawasan baru tentang cara-cara potensial untuk mengatasi masalah kesehatan yang berkaitan dengan konsumsi sukrosa yang berlebihan.
Aldiss dan timnya percaya bahwa dengan memahami gen SI, mereka dapat memberikan kontribusi signifikan dalam mengurangi asupan sukrosa di kalangan populasi yang lebih luas.
Risiko Mengonsumsi Gula Secara Berlebihan
Asupan gula yang berlebihan dapat merusak sel-sel tubuh dan memicu peradangan kronis. Kondisi ini berpotensi menyebabkan berbagai masalah kesehatan serius, seperti obesitas, penyakit jantung, diabetes, penyakit hati, dan bahkan kanker.
"Diabetes dan obesitas sangat dipengaruhi oleh asupan berlebihan makanan kaya gula seperti soda, jus, makanan olahan dan makanan cepat saji," ungkap Dr. Rifka C. Schulman-Rosenbaum, direktur diabetes rawat inap di Long Island Jewish Medical Center, kepada The Post.
"Memahami mekanisme yang berpotensi mengurangi keinginan dan asupan gula merupakan bidang inovasi yang menarik dan dapat memberikan konsekuensi yang menguntungkan di masa depan untuk mengurangi beban penyakit," lanjutnya.
Menurut rekomendasi dari American Heart Association, pria sebaiknya tidak mengonsumsi lebih dari 9 sendok teh (setara dengan 36 gram atau 150 kalori) gula tambahan per hari, sementara wanita disarankan untuk membatasi asupan mereka tidak lebih dari 6 sendok teh (25 gram atau 100 kalori) per hari.
Namun, sebuah jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa rata-rata orang Amerika mengonsumsi sekitar 99 gram gula setiap hari, yang setara dengan total 80 pon dalam setahun. Angka ini menunjukkan betapa pentingnya kesadaran akan konsumsi gula, agar kita dapat menjaga kesehatan dan mencegah risiko penyakit yang lebih serius di masa depan.