Kesaksian Dokter atas Kebiadaban Israel di Gaza: 500 Korban dalam 25 Menit
Seorang dokter yang bertugas di Gaza memberikan kesaksian yang begitu memilukan atas apa yang dialami warga Gaza Palestina.
Seorang dokter yang bertugas di Gaza memberikan kesaksian yang begitu memilukan atas apa yang dialami warga Gaza Palestina. Menurut sang dokter, jumlah korban akibat bombardir Israel begitu banyak hingga membuat petugas medis benar-benar keteteran.
Dr Mohammad Ashraf adalah seorang dokter gawat darurat Palestina yang bertugas selama 45 hari di RS Al-Shifa, Gaza. Dia juga merupakan petugas proyek untuk kelompok bantuan medis Turki Yeryuzu Doktorlari.
- Nasib Mengerikan Dokter & Tenaga Medis Palestina yang Dipenjara Israel, Disiksa-Diperkosa di 'Neraka' Hingga Tewas
- Kesaksian Mengerikan Dokter Inggris Sepulang dari Gaza: Setelah Jatuhkan Bom, Drone Israel Tembaki Anak-Anak Palestina
- Kisah Pilu Dokter Spesialis Jantung Palestina, 175 Anggota Keluarganya Dibunuh Israel Selama Perang Genosida di Gaza
- Sosok 2 Dokter Indonesia Pulang ke Tanah Air Usai Jadi Relawan di Gaza, Kesaksiannya soal Kekuatan Rakyat Palestina Bikin Takjub
Ashraf telah mengikuti kursus manajemen korban massal yang diselenggarakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelum Israel membombardir Gaza. Dalam pelatihan itu, dia dilatih untuk menangani maksimal 90 korban per jam.
Namun, di Gaza kenyataan yang terjadi jauh berbeda. Genosida yang dilakukan Israel sungguh luar biasa mengakibatkan banyak korban sehingga melampaui persiapan petugas medis.
"Selama pengeboman Rumah Sakit Baptis Al-Ahli, kami menerima 500 korban dalam 25 menit di Rumah Sakit Al-Shifa," kata Ashraf dikutip dari Anadolu Agency, Minggu (22/9/2024).
Membludaknya jumlah korban yang harus ditangani membuat RS Al-Shifa kewalahan. Sebab, RS itu sudah kekurangan peralatan, listrik, bahan bakar untuk generator dan kebutuhan pokok lainnya akibat blokade Israel.
Menurutnya, bagi tenaga medis tekanan perang Israel di Gaza sangat parah. Sedikitnya 500 orang tenaga medis telah tewas dan 1.500 lainnya terluka sejak 7 Oktober.
"Lebih dari 300 orang ditahan oleh pasukan Israel," menurut angka resmi terbaru.
Meskipun menghadapi tantangan yang begitu sulit itu, para profesional medis di Gaza tetap bertekad membantu warga Gaza. Banyak di antara mereka yang membantu di empat rumah sakit yang berfungsi sebagian yakni Rumah Sakit Kamal Adwan, Rumah Sakit Indonesia, Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa, dan Rumah Sakit Nasser.
Ketika pemboman Israel meningkat, rumah sakit menjadi lebih dari sekadar fasilitas medis. RS juga berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi para pengungsi.
Saat merawat pasien yang mengalami pendarahan hebat, Ashraf mengetahui bahwa pasien tersebut terluka di gedung bersalin rumah sakit. Gedung itu adalah tempat keluarga Ashraf berlindung.
Dia pun segera menuju gedung itu. Ketika membuka pintu, dia mendapati ibunya, saudara perempuannya, dan anak-anaknya tertutup debu, tetapi masih hidup. Mereka pun berteriak kepadanya.
"Apakah kamu membawa kami ke neraka?" teriak keluarganya.
Hingga kini, genosida Israel di Gaza masih terus berlangsung. Israel dengan brutal membombardir wilayah kantong itu tanpa terkecuali. Bahkan, zona aman yang menjadi tempat pengungsian pun dibom zionis hingga mengakibatkan jatuhnya banyak korban jiwa di kalangan warga yang mengungsi.
Informasi terbaru dari Kementerian Kesehatan di daerah kantong Palestina itu pada Sabtu, serangan tentara Israel telah menewaskan 119 warga Palestina dan melukai 209 lainnya di Jalur Gaza selama 72 jam terakhir. Akibatnya jumlah korban tewas sedikitnya telah mencapai 41.391 orang sejak 7 Oktober lalu.
Sementara, total sedikitnya 95.760 orang terluka akibat serangan Israel sejak Oktober lalu.
"Banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan karena tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka," tambah informasi tersebut.