Kisah Kesaktian Sunan Sendang Duwur, Pindahkan Masjid dari Jepara ke Lamongan
Sunan Sendang Duwur menyimpan segudang cerita sejarah yang menarik untuk diketahui. Salah satunya adalah perihal pembangunan masjid yang ia pindahkan langsung dari Jepara.
Sunan Sendang Duwur atau yang mempunyai nama asli Raden Noer Rohmat adalah sosok wali yang dimakamkan di Desa Sendang Duwur, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan.
Sunan Sendang Duwur menyimpan segudang cerita sejarah yang menarik untuk diketahui. Salah satunya adalah perihal pembangunan masjid.
-
Siapa yang meneliti sejarah Sidoarjo? Mengutip artikel berjudul Di Balik Nama Sidoarjo karya Nur Indah Safira (Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, 2000), Kabupaten Sidoarjo terkenal dengan sebutan Kota Delta yang merujuk pada sejarah daerah ini yang dulunya dikelilingi lautan.
-
Bagaimana sejarah Waduk Sempor? Waduk Sempor diresmikan pada 1 Maret 1978 yang ditandai dengan adanya prasasti bertanda tangan Presiden Soeharto. Semula, waduk ini difungsikan sebagai sumber pengairan bagi sejumlah kompleks persawahan di sekitarnya. Namun lambat laun waduk itu menjadi destinasi wisata baru bagi warga sekitar.
-
Di mana warugan lemah tercatat dalam sejarah? Dalam catatan sejarah, naskah itu sudah ada sejak 1846 dan dikenalkan oleh Bupati Bandung, Wiranatakusumah IV kepada Masyarakat Batavia. Namun diduga pembuatannya sebelum runtuhnya Kerajaan Padjajaran, sekitar tahun 1400-an masehi.
-
Mengapa Sunan Gunung Jati menjadi Wali Songo yang memiliki kedudukan sebagai raja? Hal itu membuat Sunan Gunung Jati menjadi Wali Songo yang memiliki kedudukan sebagai raja.
-
Kenapa Sumpah Pemuda menjadi momentum penting dalam sejarah Indonesia? Sumpah Pemuda memiliki makna penting dalam sejarah Indonesia. Sebab menjadi momentum penyatuan para pemuda dari berbagai etnis dan latar belakang untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
-
Apa yang menjadi cikal bakal sejarah penerbangan sipil di Indonesia? Pesawat persembahan dari masyarakat Aceh ini menjadi langkah besar industri penerbangan sipil di Indonesia. Saat ini, orang-orang bisa menikmati penggunaan transportasi udara yang jauh lebih nyaman dan aman tentunya. Namun, tidak banyak yang tahu bagaimana sejarah awal mula penerbangan sipil di Indonesia. Adanya transportasi udara ini berkat tokoh dan masyarakat terdahulu yang ikut andil dalam menorehkan sejarah penerbangan sipil di Indonesia.
Tepat di samping makam Sunan Sendang Duwur berdiri sebuah masjid yang berada di Bukit Tunon dengan ketinggian 50 sampai 70 mdpl. Simak ulasannya sebagai berikut.
Kisah Sunan Sendang Duwur
©2023 Merdeka.com/youtube.com/RendaJejakLeluhur
Melansir dari berbagai sumber, Sunan Sendang Duwur adalah sosok penyebar dakwah Islam di pesisir timur utara Pulau Jawa yang hidup antara tahun 1520 sampai 1585 M.
Raden Noer Rohmat adalah putra dari Abdul Kohar bin Malik bin Sultan Abu Yazid yang berasal dari Baghdad, Irak.
Raden Noer Rohmat merupakan murid dari Sunan Drajat, dan bahkan nama Sunan Sendang Duwur juga didapatkan dari Sunan Drajat.
Masjid Sunan Sendang Duwur
©2023 Merdeka.com/youtube.com/RendaJejakLeluhur
Salah satu kisah Sunan Sendang Duwur yang sangat terkenal adalah perihal pemindahan masjid yang sekarang berdiri megah di samping makamnya.
Masjid berukuran 15x15 meter itu sampai sekarang masih digunakan sebagai tempat salat dan memiliki sejarah panjang.
Mengutip dari artikel berjudul “Akulturasi Budaya Arsitektur Masjid Sendang Duwur” mengatakan bahwa masjid itu berdiri tanpa dilakukan sebuah pembangunan.
Sayembara Ratu Kalinyamat
©2023 Merdeka.com/youtube.com/RendaJejakLeluhur
Masjid Sunan Sendang Duwur yang berdiri pada tahun 1561 di Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan tersebut dipercaya merupakan pindahan dari Jepara.
Dikisahkan bahwa Ratu Kalinyamat dari Jepara membuat sebuah masjid yang berbentuk Joglo pada tahun 1531, ia kemudian membuat sayembara siapa saja dapat memiliki masjid tersebut asalkan bisa memindahkannya sendiri.
Diperintahkan Sunan Drajat
©2023 Merdeka.com/youtube.com/RendaJejakLeluhur
Menurut riwayat, Sunan Drajat kemudian memerintahkan Sunan Sendang Duwur untuk membeli masjid tersebut dari Ratu Kalinyamat. Namun, sang ratu tidak berniat menjualnya.
Sunan Sendang Duwur kemudian berdoa kepada Allah dan beribadah selama 40 hari memohon agar masjid tersebut bisa dipindahkan ke daerah timur tanpa ada kerusakan sedikitpun.
Selama satu malam, masjid tersebut kemudian berpindah dari Jepara ke pesisir Lamongan. Masjid Tiban kemudian menjadi masjid yang dipakai untuk dakwah dan penyebaran agama Islam di wilayah tersebut.