Melihat Indahnya Kota Terjadinya Perang Karbala yang Menewaskan Cucu Kesayangan Rasulullah SAW
Kota Karbala yang menjadi saksi meninggalnya cucu kesayangan nabi Muhammad SAW,
Kota Karbala yang menjadi saksi meninggalnya cucu kesayangan nabi Muhammad SAW,
Melihat Indahnya Kota Terjadinya Perang Karbala yang Menewaskan Cucu Kesayangan Rasulullah SAW
Karbala, merupakan salah satu kota yang ada di Irak.
Selain keindahan kotanya, Karbala juga memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi khususnya bagi umat Islam.
Karbala menjadi saksi bisu kebiadaban pasukan Khalifah Yazid bin Mu’awiyah dalam membunuh cucu kesayangan Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali. Simak ulasannya:
- Ikuti Jejak Para Nabi, Jalan-Jalan Penting Dilakukan Untuk Mendapat Hikmah
- Patut Dicontoh, Begini Cara Rasulullah Atur Keuangan
- Raja hingga Panglima di Perang Salib ini Dipercaya Sosok yang Pertama Kali Adakan Maulid Nabi di Dunia
- Tak Banyak yang Tahu, Masjid Quba Ternyata Dibangun Rasulullah dengan Pelepah Daun Kurma, Begini Kisahnya
Kota Karbala
Karbala adalah kota di Irak yang jaraknya sekitar 100 kilometer sebelah barat daya Baghdad.
Karbala merupakan salah satu kota terkaya di Irak.
Sumber devisa Karbala berasal dari pengunjung yang beribadah dan produk pangan, terutama kurma.
Secara administratif Karbala terbagi menjadi dua distrik, yakni Karbala Tua dan Karbala Baru.
Karbala Tua dikenal sebagai pusat agama dan Karbala Baru adalah daerah pemerintah.
Di Karbala Tua terdapat makam Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW. Makam Husain adalah tempat ziarah bagi kaum Syiah, terutama pada perayaan mengenang pertempuran Hari Asyura.
Apa itu Pertempuran Hari Asyura?
Pertempuran ini disebut juga sebagai pertempuran Karbala.
Ini adalah peperangan antara pasukan Husain bin Ali melawan tentara Yazid bin Muawiyah dari Dinasti Umayyah.
Meski secara militer skala pertempuran ini tidak besar, tetapi dampaknya sangat luar biasa.
Pertempuran Karbala dianggap sebagai peristiwa yang menandai dimulainya perpecahan Islam Sunni dan Syiah.
Pertempuran Karbala terjadi pada 10 Muharram 61 Hijriyah atau 10 Oktober 680 Masehi.
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, muncul perselisihan di antara umat Muslim tentang siapa yang pantas menggantikannya.
Beberapa nama-nama orang terdekat nabi sempat disebut pantas mengggantikan Rasulullah. Mulai dari Abu Bakar, Umar bin Khattab, hingga Ali bin Abi Thalib. Mereka kemudian menjadi khalifah bergantian setelah khalifah sebelumnya meninggal dunia.
Setelah Ali bin Abi Thalib dibunuh, kekuasaan akhirnya direbut oleh lawannya, Muawiyah bin Abu Sufyan atau Muawiyah I.
Di saat yang sama, kaum Muslim di Kufah segera membaiat Hasan bin Ali sebagai khalifah selanjutnya.
Untuk menghindari perang perebutan kekuasaan lebih lanjut antara Muawiyah I dan Hasan, kedua belah pihak sepakat menandatangani Perjanjian Hasan-Muawiyah.
Namun, perebutan tahta itu tetap menuai konflik hingga menyebabkan Pertempuran Karbala pecah.
Pada 10 Oktober, perang Karbala pun terjadi. Pasukan Khalifah Yazid bin Mu’awiyah membantai habis Husein bin Ali.
Husein yang sudah terluka parah tetap melanjutkan pertempuran hingga akhirnya meninggal dunia karena dipenggal.
Pertempuran pun diakhiri setelah sekitar 70 orang dari pihak Husain terbaring tidak bernyawa.Husain sendiri sebelumnya berangkat dari Mekkah pada 9 September 680 M ke Kufah bersama dengan 100 pendukungnya yang terdiri dari anggota keluarga terdekat Nabi Muhammad.
Hasan dan Husain merupakan putra dari Fatimah Az-Zahra dan Ali bin Abi Thalib. Keduanya merupakan cucu kesayangan Rasulullah SAW.