Penuh Emosi Pensiunan Jenderal Polisi Ditanya RK soal Pandemi: Kenapa Covid Bukannya Taufik?
Dharma Pongrekun naik darah saat jawab pertanyaan Ridwan Kamil soal isu pandemi Covid-19.
Calon gubernur (cagub) nomor urut 2 Dharma Pongrekun terpancing saat mendapat pertanyaan dari cagub nomor urut 1 Ridwan Kamil (RK) yang menyinggung pandemi Covid-19 dalam debat perdana Pilgub Jakarta.
RK bertanya terkait solusi pemerintah menangani pandemi dan memberikan contoh pandemi Covid-19 yang terjadi beberapa tahun lalu.
- VIDEO: Jenderal Polisi Skakmat RK 'Rakyat Jangan Ditakut-takuti, Dihancurkan, Jadi Budak!"
- Dharma Berapi-api Saat Ditanya Ridwan Kamil Soal Covid-19: Semua Itu Hanya Omong Kosong
- Waspada Covid Lagi, Begini Imbauan dari Kemenkes dan Ahli
- Kemenkes: Penyintas Covid-19 yang Kena DBD Tak Muncul Bintik Merah, Tapi Demam Tak Reda hingga 10 Hari
Sosok Dharma Pongrekun yang ditengarai menolak adanya Covid 19 pun merasa bahwa isu tersebut merupakan bawaan elite global yang mengancam tatanan masyarakat.
Dengan nada tinggi, ia pun merespons pertanyaan RK lewat kebijakan yang akan ditawarkannya jika berhasil menjadi Gubernur DKI.
Momen tersebut terjadi dalam sesi IV debat Pilgub Jakarta yang diselenggarakan di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (6/10).
Seperti apa ulasan selengkapnya? Melansir dari YouTube MerdekaDotCom, Senin (7/10) simak informasi berikut ini.
Ridwan Kamil Pancing Emosi Dharma Pongrekun
RK memanfaatkan kesempatan bertanya kepada Dharma Pongrekun lewat pertanyaan terkait isu Covid-19 untuk melihat sikap yang diambil ketika terjadi perbedaan dengan pemerintah pusat.
"Pak Dharma-Kun, Pak Kun Wardana yang saya hormati, salah satu perlindungan terhadap SDM yaitu tentu kesehatan. Kita pernah mengalami pandemi COVID yang sangat luar biasa. Saya andai waktu bisa diputar kembali, kira-kira apa yang bisa kita lakukan untuk lebih baik dalam menyelesaikan yang namanya pandemi yang naudzubillah jangan sampai terulang lagi," ucap RK kepada Dharma.
RK secara gamblang menanyakan kebijakan apa yang akan diberikan pemerintah agar masyarakat bisa mengantisipasi peristiwa serupa.
"Tapi andai waktu bisa berulang kembali, kira-kira respon negara itu harus seperti apa dalam melindungi SDM karena banyak sekali korban dari yang namanya pandemi," tambahnya.
Mengetahui konteks pertanyaan RK menyinggung Covid-19, Dharama Pongrekun pun langsung terpancing.
Ia menyebut bahwa isu tersebut harus dipandang secara tersirat termasuk kemungkinan adanya ancaman kedaulatan negara.
"Kita harus belajar bukan yang tertulis, tapi yang tersirat. Saya punya pengalaman, baik pendidikan, biasa melihat selalu waspada dan melihat yang tersirat. Jadi kita harus waspada dari setiap isu yang ada apakah itu memang genuine atau merupakan infiltrasi asing untuk mengambil kedaulatan bangsa lewat isu kesehatan dan juga mengancam keselamatan masyarakat,” jawab Dharma.
Sebut Covid-19 Agenda Asing
Dharma Pongrekun menambahkan bahwa pandemi adalah agenda tersembunyi asing untuk melemahkan kedaulatan negara. Ia pun menekankan bahwa pandemi adalah isu kesehatan yang perlu diwaspadai lebih dalam.
Dirinya juga menyayangkan sikap negara yang terkesan ikut-ikutan dan rapuh menanggapi isu tersebut.
“Saya paham betul tentang pandemi ini. Pandemi ini adalah agenda terselubung dari asing untuk mengambil alih kedaulatan negara, sehingga terlihat sekali begitu rapuhnya bangsa ini sampai harus mengikuti istilahnya saja ikut. Kenapa bukan taufik, kenapa ngikutin Covid," jelas Dharma.
Lebih lanjut ia mengklaim masih banyak masyarakat yang tidak paham fungsi dari polymerase chain reaction (PCR) yang dipakai selama ini ternyata bukan untuk memeriksa virus.
“Bahkan banyak di antara kita yang tidak paham, bahwa PCR yang dipakai itu boleh diuji bukan untuk mengecek virus. Jadi itu hanya untuk mengecek acid dosis dan kenapa harus dicolok-colok? Kenapa tidak ambil dari ludah, kalau memang mau ngetes virus," ujarnya.
Singgung Ancaman Ekonomi Akibat Pandemi
Ia juga menambahkan dampak ekonomi yang diakibatkan oleh pandemi, termasuk hancurnya UMKM dan perubahan besar dalam kehidupan masyarakat.
Menurutnya Jakarta sebagai kota global sejati tidak bisa dicapai jika rakyat terus dirusak, baik secara mental, fisik, maupun ekonomi.
"Oleh sebab itu seorang pemimpin masyarakat terutama otonomi daerah DKI harus memperjuangkan segala sesuatu untuk melindungi warganya jangan sampai gara-gara pandemi ekonomi hancur, dibiasakan online, UMKM hancur dan kemudian rakyat ditakut-takuti," ucapnya.
Sebagai penutup, pensiunan jenderal bintang tiga Polri itu pun menegaskan agar rakyat jangan sampai dikecewakan jika ingin DKI menuju kota global.
"Bagaimana menuju kota global yang sejati kalau hati rakyatnya disakiti, pikirannya dirusak, badannya diracuni. Semua itu adalah omong kosong belaka," pungkasnya.