Ternyata ini Perbedaan Orang yang Benar-Benar Baik dengan yang Hanya Tampak Baik
Orang yang kurang baik cenderung menjadikan hal-hal duniawi menjadikan orientasi utama untuk diri sendiri.
Ulama NU, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atauGus Baha mengungkapkan sebuah konsep penting yang sering diabaikan oleh banyak orang. Kali ini, Gus Baha memberikan penjelasan singkat mengenai perbedaan antara orang baik dan orang yang hanya tampak baik. Penjelasan ini menjadi bahan refleksi bagi siapa saja yang ingin memperbaiki arah hidupnya. Dalam tayangan video di kanal YouTube @alqolbumutayyam89, Gus Baha menjelaskan orang baik ditentukan oleh orientasi hidupnya.
Dia mengatakan orang baik adalah mereka yang selalu menjadikan Allah SWT sebagai tujuan akhir dalam setiap aspek kehidupannya.
- 5 Kebiasaan Orang Tua untuk Membangun Mental Anak Agar Kuat dan Tangguh
- Tak Banyak Orang Tahu, Ini 5 Kebiasaan Orang Kaya Dunia Bikin Mereka Semakin Sukss
- Minum Minuman Berenergi saat Nyetir Ternyata Berbahaya, Ini Penjelasan Pakar
- Diskriminasi adalah Perlakuan Berbeda yang Merugikan Golongan Tertentu, Ini Penyebab dan Dampaknya
"Orang baik itu adalah orang yang orientasinya menuju Allah," tegas Gus Baha.
Ini berarti, setiap langkah dan tindakan mereka didasari oleh upaya untuk mendapatkan ridha Allah. Sebaliknya, Gus Baha juga menjelaskan orang yang kurang baik cenderung menjadikan hal-hal duniawi seperti harta, wanita, atau kepentingan pribadi lainnya sebagai orientasi utama dalam hidup mereka.
Sikap Tidak Baik dari Seseorang
Menurut Gus Baha, orientasi yang kurang baik biasanya terfokus pada harta, wanita, dan kepentingan pribadi. Hal ini menjadi penghalang bagi seseorang untuk mencapai kebaikan sejati. Ia menambahkan banyak orang tidak menyadari perbedaan ini akibat kurangnya dzikir atau wiridan dalam kehidupan sehari-hari. Wiridan adalah bentuk ibadah yang mengingatkan manusia untuk selalu mengingat Allah SWT.
"Tanpa wiridan, tidak ada dampak positifnya," ungkap Gus Baha.
Gus Baha juga mengungkapkan wiridan lebih penting dibandingkan dengan hal-hal duniawi seperti uang. Namun, sering kali manusia justru menganggap uang lebih penting.
"Jika kamu tidak memiliki uang, kamu akan merasa lemas. Kamu menganggap uang itu penting, sementara wiridan sering kali diabaikan," lanjutnya.
Ini menunjukkan bagaimana manusia sering salah dalam memprioritaskan fokus hidupnya. Kesalahan ini, menurut Gus Baha, muncul karena kita belum sepenuhnya menyadari bahwa uang bersifat sementara. Ketika seseorang meninggal, barulah ia menyadari bahwa yang benar-benar penting adalah ibadah dan dzikir kepada Allah. Sayangnya, kesadaran ini sering datang terlambat.
"Saat kamu meninggal, uang ternyata tidak berharga, yang penting adalah wiridan," tegas Gus Baha.
Penjelasan ini memberikan pencerahan bagi banyak orang yang selama ini lebih mengutamakan hal-hal duniawi.
Berhati-hatilah Agar Tidak Melakukan Kesalahan ini
Menurut Gus Baha, banyak orang sering kali lupa bahwa kehidupan di dunia ini bersifat sementara dan tidak abadi. Oleh karena itu, ia mengajak umat Islam untuk lebih memfokuskan diri pada ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Menurutnya memiliki harta atau menikmati kenikmatan duniawi tidaklah salah, asalkan itu bukan dijadikan tujuan utama hidup.
"Memiliki harta boleh, tetapi jangan jadikan itu sebagai orientasi hidup," ujarnya.
Dengan demikian, harta duniawi seharusnya dipandang sebagai sarana, bukan sebagai tujuan akhir. Ceramah Gus Baha ini mengingatkan yang memiliki nilai di sisi Allah adalah amal ibadah dan keikhlasan dalam menjalankan perintah-Nya. Uang dan kekayaan dunia hanyalah titipan yang bisa hilang kapan saja, sementara amal dan ibadah akan selalu tercatat sebagai bekal di akhirat.
Gus Baha mengatakan manusia sering kali terfokus pada hal-hal duniawi, sehingga melupakan pentingnya persiapan untuk kehidupan setelah mati.
"Banyak orang baru menyadari setelah meninggal bahwa yang benar-benar penting adalah wiridan," tambahnya.
Penyesalan ini sudah terlambat bagi mereka yang tidak memperhatikan ibadah sejak awal. Gus Baha mengajak untuk tidak terbuai oleh kenikmatan dunia yang sementara. Sebaliknya, harus berusaha mendekatkan diri kepada Allah melalui dzikir, sholat, dan amal saleh lainnya. Dengan cara ini, tidak hanya akan dipandang baik oleh manusia, tetapi juga di hadapan Allah SWT. Ceramahnya yang penuh dengan nilai-nilai keislaman memberikan pelajaran penting tentang bagaimana menjalani kehidupan yang benar.
Gus Baha mengajak umat Islam untuk mengevaluasi orientasi hidup mereka, apakah sudah benar-benar menuju Allah atau masih terfokus pada kepentingan duniawi. Ia menyimpulkan bahwa menjadi orang baik bukan hanya sekadar terlihat baik di mata manusia, tetapi juga harus ikhlas dalam menjalankan perintah Allah tanpa mengharapkan imbalan dari dunia.
"Kebaikan sejati adalah ketika kita melakukan sesuatu hanya untuk Allah, bukan untuk dunia," tutupnya.