Toko Pakaian Bermerek ini jadi Sorotan, Ganti Manekin dengan Model Hidup
Di balik perhatian yang besar dari publik, muncul kontroversi yang mempertanyakan etika dari metode tersebut.
Dalam dunia bisnis, strategi pemasaran yang inovatif menjadi faktor penting untuk menarik perhatian konsumen. Berbagai merek dalam industri fashion sering kali menggunakan pendekatan kreatif yang tidak biasa untuk menciptakan daya tarik yang menarik. Mereka memanfaatkan teknologi mutakhir seperti augmented reality dan konsep unik yang memberikan pengalaman langsun. Hal itu bertujuan agar pelanggan tertarik untuk melihat dan membicarakan merek tersebut.
Akan tetapi, penerimaan terhadap strategi pemasaran ini tidak selalu positif. Sebuah ide yang brilian bisa saja mendapatkan pujian sekaligus kritik. Contohnya, sebuah butik fashion terkenal di Tiongkok yang mengganti manekin klasik dengan model manusia. Dengan menampilkan model yang berjalan di atas treadmill untuk menunjukkan koleksi pakaian mereka, butik ini berhasil menciptakan buzz besar di media sosial. Namun, di balik perhatian yang besar dari publik, muncul kontroversi yang mempertanyakan etika dari metode tersebut. Berikut adalah ulasan lebih dalam mengenai ITIB yang mengganti manekin dengan model hidup untuk menarik minat pelanggan, seperti yang dilansir oleh Liputan6.com dari laman odditycentral.com pada Minggu (24/11/2024).
- Duduk Perkara Tumpeng Berbentuk Peta Karawang Dibuang Usai Raih Rekor MURI
- Mengaku Belum Kepikiran Nikah Karena Hal Ini, Berikut Ini 8 Potret Teuku Ryzki dan Kekasihnya yang Sudah Setahun Pacaran
- Sosok Serda Fajar Persada, Anggota TNI Ganteng & Pintar Mengaji Bikin Hati Bergetar
- Heboh, Emak-emak Kompak Pakai Mukena Motif Macan Tutul Saat Salat Tarawih
Viral di Media Sosial
Inovasi Kontroversial ITIB
ITIB, sebuah toko pakaian terkenal asal Tiongkok menuai kontroversi dengan mengganti manekin tradisional dengan model hidup. Model itu berjalan di atas treadmill untuk menampilkan koleksi pakaian mereka. Konsep inovatif ini pertama kali diperkenalkan pada bulan Desember 2023 di toko utama mereka di Hangzhou. Aksi itu menarik perhatian dari publik serta media sosial. ITIB mengklaim cara ini dapat lebih baik menunjukkan bagaimana pakaian terlihat saat dikenakan dalam keadaan bergerak, bukan hanya saat diam seperti pada manekin konvensional. Namun, banyak orang beranggapan langkah ini merupakan strategi pemasaran yang cukup provokatif untuk menarik perhatian konsumen.
Reaksi Publik dan Kritik Sosial
Walaupun ide tersebut berhasil menarik banyak pengunjung dan viral di platform media sosial seperti Weibo, kritik terhadap tindakan ini juga muncul. Para model terlihat berjalan di atas treadmill kecil yang diletakkan di podium, membuat sebagian orang menyebut mereka "hamster manusia" yang terjebak dalam roda. Beberapa komentar di media sosial menyoroti dampak negatif dari konsep ini.
"Ini tidak manusiawi. Saya yakin kakinya sakit sekali. Kalau kita punya manekin biasa, kenapa perlu seperti ini?" kata netizen.
"Ini seperti memperlakukan model sebagai hewan uji laboratorium. Mereka bisa tetap bergerak bebas tanpa harus di atas treadmill," tulis salah satu pengguna.
Tanggapan ITIB
Meskipun banyak kritik yang dilontarkan terhadap keputusan ini, ITIB tampaknya tetap teguh menghadapi gelombang opini publik yang negatif. Hingga kini, merek fashion ini masih bertahan meskipun belum ada kepastian mengenai kelanjutan konsep model yang berjalan di atas treadmill. Tindakan ITIB ini menunjukkan bahwa inovasi pemasaran yang unik dapat menarik perhatian signifikan, tetapi juga dapat menimbulkan risiko kritik sosial. Di satu sisi, strategi tersebut berhasil menarik perhatian luas, namun di sisi lain hal ini memicu perdebatan mengenai batasan etika dalam industri fashion.
Keputusan ITIB untuk mengganti manekin dengan model hidup di atas treadmill menunjukkan inovasi dalam dunia fashion tidak selalu diterima dengan baik. Meskipun tujuan awal mereka adalah untuk menciptakan pengalaman visual yang lebih menarik bagi konsumen, pelaksanaannya malah memicu kontroversi dan perdebatan di masyarakat. Peristiwa ini mengingatkan bahwa dalam dunia pemasaran, ide-ide kreatif perlu mempertimbangkan nilai-nilai etika serta sensitivitas masyarakat. Hal ini menjadi penting agar inovasi yang dilakukan tidak hanya menarik perhatian, tetapi juga dapat diterima secara sosial.