Tujuan Gerakan Non Blok, Organisasi yang Dibentuk Akibat Kekhawatiran Pemimpin Negara
Indonesia memiliki peran sentral dalam pendirian Gerakan Non Blok. Ada dua hal yang mencakup tujuan Gerakan Non Blok.
Ada dua hal yang mencakup tujuan Gerakan Non Blok. Indonesia bisa dikatakan mempunyai peran sangat penting dalam proses kelahiran organisasi Gerakan Non Blok (GNB). Organisasi ini lahir dilatarbelakangi oleh kekhawatiran para pemimpin negara dunia ketiga. Khususnya dari Asia dan Afrika terhadap munculnya ketegangan dunia saat itu.
Hal tersebut karena adanya persaingan antara Blok Timur dan Blok Barat. Dengan dipelopori oleh lima pemimpin negara antara lain Indonesia, India, Pakistan, Burma serta Sri lanka, pertemuan pertama di Kolombo (Sri lanka) diselenggarakan pada tanggal 28 April – 2 Mei 1952. Kemudian dilanjutkan pertemuan di Istana Bogor pada tanggal 29 Desember 1954. Dua konferensi ini menjadi cikal bakal adanya Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung di mana menjadi awal lahirnya Gerakan Non Blok (GNB)
-
Kapan Konferensi Asia Afrika di Bandung digelar? Konferensi Asia-Afrika yang berlangsung pada 18 sampai 24 April 1955 menghasilkan 10 kesepakatan yang tertuang dalam Dasasila Bandung.
-
Mengapa Konferensi Pembajakan Luar Angkasa dianggap penting? Pembajakan di angkasa luar dinilai dapat menjadi masalah ekonomi dan hukum yang besar bagi eksplorasi manusia di antariksa.
-
Di mana Konferensi Asia Afrika tahun 1955 berlangsung? Kongres ini menjadi sorotan dunia karena ramahnya Bandung dan Indonesia dalam menerima delegasi dari sejumlah negara.
-
Apa tujuan diselenggarakannya Festival Asia-Africa 2023? Acara ini sendiri digelar sebagai momen untuk mengenalkan konferensi paling bersejarah di Bandung, yakni Konferensi Asia-Afrika.
-
Mengapa Roeslan Abdulgani sangat diandalkan oleh Soekarno dalam Konferensi Asia Afrika? Saking berpengaruhnya, sosok ini sangat diandalkan oleh Soekarno, sebagai pimpinan tertinggi acara KAA 1955.
-
Kenapa Soekarno menolak mengundang Israel ke Konferensi Asia Afrika? Sementara itu, selama Konferensi Asia Afrika di Bandung, Ir. Soekarno, dalam kapasitasnya sebagai pemimpin Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955, menolak mengundang Israel dalam konferensi tersebut sebagai bentuk komitmen Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina.
Lantas apa saja tujuan Gerakan Non Blok? Melansir dari laman resmi kebudayaan.kemdikbud, Rabu (28/10/2020), simak ulasan informasinya berikut ini.
Awal Terbentuknya Gerakan Non Blok
Dengan dipelopori oleh lima pemimpin negara antara lain Indonesia, India, Pakistan, Burma serta Sri lanka, pertemuan pertama di Kolombo (Sri lanka) diselenggarakan pada tanggal 28 April – 2 Mei 1952. Kemudian dilanjutkan pertemuan di Istana Bogor pada tanggal 29 Desember 1954. Dua konferensi ini menjadi cikal bakal adanya Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada tanggal 18 April – 25 April 1955. Dalam konferensi ini dihadiri oleh wakil setidaknya dari 29 negara Asia dan Afrika.
Konferensi Asia-Afrika inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya Gerakan Non Blok (GNB). Sebenarnya, tujuan KAA adalah untuk mengidentifikasi serta mendalami berbagai masalah dunia saat itu. Selain itu juga berusaha memformulasikan kebijakan bersama negara-negara yang baru merdeka dalam tataran hubungan internasional. Sejak saat itu, proses pendirian Gerakan Non Blok kian mendekati kenyataan. Pada proses tersebut terdapat tokoh-tokoh pemegang kunci sejak awal yakni Presiden Mesir Ghamal Abdul Nasser, Presiden Ghana Kwame Nkrumah, Perdana Menteri India Jawalharlal Nehru, Presiden Indonesia Soekarno, dan Presiden Yugoslavia Josep Broz Tito. Kemudian, lima tokoh ini dikenal sebagai pendiri Gerakan Non Blok.
Politik Luar Negeri Indonesia
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi I di Beogard, Yugoslavia pada 16 September 1961, negara-negara pendiri GNB bertepatan untuk mendirikan suatu gerakan dan bukan sebuah organisasi. Tujuannya untuk menghindarkan diri dari implikasi birokratik dalam membangun upaya kerjasama di antara mereka. Pada Konferensi Tingkat Tinggi I ini juga ditegaskan, Gerakan Non Blok tidak diarahkan pada suatu peran pasif dalam politik internasional. Melainkan untuk memformulasikan posisi sendiri secara independen yang merefleksikan kepentingan negara anggotanya.
©2020 Merdeka.com/Imam Buhori
Gerakan Non Blok lantas menempati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia. Sebab, sejak awal Indonesia telah memiliki peran sentral dalam pendirian Gerakan Non Blok. Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955 yang diselenggarakan di Bandung dan menghasilkan Dasa Sila Bandung menjadi prinsip-prinsip utama Gerakan Non Blok. Inilah yang menjadi bukti peran dan kontribusi penting Indonesia dalam mengawali pendirian Gerakan Non Blok.
Tujuan Gerakan Non Blok
Ada dua hal yang mencakup tujuan Gerakan Non Blok yakni tujuan ke dalam dan ke luar. Tujuan Gerakan Non Blok ke dalam adalah mengusahakan kemajuan dan pengembangan ekonomi, sosial serta politik yang jauh tertinggal dari negara maju. Sedangkan, tujuan Gerakan Non Blok ke luar adalah berusaha meredakan ketegangan antara Blok Timur dan Blok Barat. Tujuannya untuk menuju perdamaian dan keamanan dunia.
Untuk bisa mewujudkan tujuan Gerakan Non Blok tersebut, negara anggota menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT). Pokok utama pembicaraan mereka yakni membahas berbagai persoalan yang berhubungan dengan tujuan Gerakan Non Blok itu sendiri. Selain itu juga ikut mencari solusi terbaik atas peristiwa-peristiwa internasional yang bisa membahayakan perdamaian serta keamanan dunia.
Pesan Jakarta
Di perjalanan sejarahnya, sejak Konferensi Tingkat Tinggi I di Beogard, Gerakan Non Blok setidaknya telah menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi sebanyak 16 kali. Terakhir kali Konferensi Tingkat Tinggi XVI yang berlangsung di Teheran pada bulan Agustus 2012. Sebagai salah satu pendiri Gerakan Non Blok, Indonesia pernah menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi.
©2017 Merdeka.com
Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok X pada tahun 1992 yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Konferensi Tingkat Tinggi X ini dihadiri oleh lebih dari 140 delegasi dan 64 Kepala Negara. Konferensi Tingkat Tinggi ini juga dihadiri oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yaitu Boutros Boutros Ghali. Pada Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok X ini menghasilkan 'Pesan Jakarta' yang mengungkapkan sikap Gerakan Non Blok terkait berbagai masalah. Mulai dari hak asasi manusia, demokrasi hingga kerjasama utara selatan dalam era pasca perang dingin.