Wanita Ini Dapat Hadiah Rp 22 Juta usai Ikut Lomba 8 Jam Tak Pegang HP
Selama delapan jam, dilarang keras penggunaan gadget.
Smartphone kini telah menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang merasa gelisah jika harus jauh dari ponsel mereka, bahkan hanya dalam waktu singkat. Menariknya, sebuah kompetisi unik di China menawarkan hadiah besar bagi mereka yang mampu menahan diri dari ketergantungan HP. Seorang wanita asal Chongqing, di barat daya China, meraih kemenangan dengan hadiah sebesar Rp 22 juta setelah berhasil tidak menyentuh ponselnya selama delapan jam. Acara ini berlangsung pada 29 November 2024 di sebuah pusat perbelanjaan lokal.
Peserta diminta untuk menghabiskan waktu di tempat tidur tanpa menunjukkan tanda-tanda kecemasan. Kompetisi ini diikuti oleh sepuluh orang yang terpilih dari seratus pendaftar. Aturan yang ditetapkan sangat ketat, di mana peserta dilarang membawa gadget, termasuk iPad dan laptop, kecuali untuk panggilan darurat menggunakan ponsel model lama yang disediakan oleh panitia. Selain itu, peserta juga tidak diperbolehkan tidur dengan nyenyak dan harus dipantau tingkat kecemasannya.
- Tak Main Gawai Selama 8 Jam, Wanita Ini Dapat Uang Puluhan Juta
- Wanita Ini Temukan HP di Bangku Taksi Online, Berakhir Ditraktir Makan usai Kembalikan ke Pemiliknya
- Wanita Hamil Tewas di Ruko Kelapa Gading, Pelaku Minta Gugurkan Kandungan
- Kisah Haru Seorang Wanita, Sengaja Lepas Baterai Jam demi Bantu Kakek Servis Jam Keliling
Wanita yang bernama Dong berhasil menjadi pemenang dengan skor 88,99 dari total 100. Ia dinilai sebagai peserta yang paling tenang dan tidak menunjukkan gejala nomophobia, yaitu ketakutan beraktivitas tanpa ponsel. Berikut Liputan6.com merangkum kisah kemenangan unik dalam kompetisi ini, berdasarkan informasi dari South China Morning Post.
Jauhkan Ponsel dan Hilangkan Rasa Cemas
Kompetisi yang menarik ini menuntut para peserta untuk sepenuhnya terputus dari koneksi digital. Untuk keperluan darurat, panitia menyediakan ponsel model jadul yang hanya bisa digunakan untuk melakukan panggilan. Setiap pelanggaran terhadap aturan, seperti tertidur dengan nyenyak atau menunjukkan tanda-tanda kecemasan, akan berdampak pada pengurangan skor peserta. Makanan dan minuman disediakan di tempat tidur agar peserta tetap berada di area yang telah ditentukan. Selain itu, waktu yang diperbolehkan untuk keluar dari tempat tidur dibatasi maksimal lima menit setiap kali ke toilet. Semua aktivitas yang dilakukan peserta akan diawasi secara ketat oleh pihak penyelenggara.
Seorang pengguna internet dari Tiongkok bahkan menyatakan di Baidu, "Saya ingin ikut kompetisi. Sepertinya sangat menarik dan tidak menantang sama sekali." Komentar tersebut menunjukkan bahwa kompetisi ini memiliki daya tarik tersendiri yang dianggap mudah oleh sebagian orang. Dengan adanya pandangan seperti ini, semakin banyak orang yang tertarik untuk berpartisipasi dalam kompetisi yang unik ini. Hal ini menciptakan perdebatan di kalangan netizen mengenai kesulitan dan tantangan yang sebenarnya dihadapi oleh peserta. Kompetisi ini tidak hanya menguji ketahanan mental, tetapi juga kemampuan peserta untuk tetap fokus di tengah berbagai godaan.
Istilah Nomophobia
Ketergantungan terhadap ponsel kini telah menjadi masalah yang melanda seluruh dunia. Istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi ini adalah nomophobia, yaitu rasa cemas saat tidak dapat menggunakan ponsel. Bagi peserta yang ingin meraih kemenangan, mereka harus mampu menahan diri dari dorongan untuk memeriksa layar ponsel, yang merupakan tantangan berat di era digital saat ini.
Penyelenggara kompetisi ini menggunakan alat khusus untuk mengukur tingkat kecemasan setiap peserta. Peserta yang mampu tetap tenang berpeluang lebih besar untuk meraih kemenangan. Tantangan ini bukan hanya menguji kemampuan fisik, tetapi juga merupakan ujian mental yang melawan kebiasaan masyarakat modern. Seorang peserta yang mengalami kekalahan menyatakan, "Saya tak menyangka betapa sulitnya tidak menyentuh ponsel selama itu." Pernyataan ini menunjukkan betapa kuatnya ketergantungan masyarakat terhadap perangkat gadget saat ini.
Dikenal sebagai Wanita Berpiyama
Kompetisi ini menawarkan hadiah utama senilai 10.000 yuan, yang setara dengan sekitar Rp 22 juta. Pemenangnya, Dong, berhasil mengendalikan kecanduan ponselnya dan tampil sebagai peserta yang paling tenang di antara yang lainnya. Kemenangannya pun menjadi topik hangat di berbagai platform media sosial.
Dong bahkan mendapatkan julukan "saudara perempuan berpiyama" karena penampilannya yang santai dengan mengenakan pakaian tidur selama kompetisi berlangsung. Sosoknya pun menjadi viral, menarik perhatian netizen di seluruh Tiongkok. Salah satu komentar yang muncul di media sosial berbunyi, "Nenek saya bisa memenangkan hadiah utama." Candaan ini menunjukkan betapa sulitnya kompetisi ini bagi generasi muda yang sangat bergantung pada penggunaan ponsel.