4 Catatan Bila Ingin Rencana Pengembangan PLTS Atap Berhasil
Kebijakan pengembangan secara masif pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS atap diakui bagus untuk menurunkan ketergantungan pada listrik berbahan bakar fosil. Meski demikian, pelaksanaan rencana pengembangan PLTS atap harus memenuhi beberapa catatan.
Kebijakan pengembangan secara masif pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS atap diakui bagus untuk menurunkan ketergantungan pada listrik berbahan bakar fosil. Meski demikian, pelaksanaan rencana pengembangan PLTS atap harus memenuhi beberapa catatan.
Dosen Ekonomi Energi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran, Yayan Satiyakti mengatakan, ini mengacu pada pasar yang berhasil mengembangkan teknologi ini, yaitu Uni Eropa. Langkah serupa agar inovasi ini bisa berjalan baik di Indonesia.
-
Mengapa PLN membangun PLTS di IKN Nusantara? Presiden Jokowi mengatakan, pembangunan PLTS ini menunjukkan keseriusan pemerintah melalui PLN dalam menyiapkan sistem kelistrikan yang andal dan berbasis pada energi ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan listrik di IKN Nusantara. Hal ini selaras dengan pembangunan IKN sebagai forest city yang hijau dan ramah lingkungan.
-
Apa strategi PLN dalam mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Indonesia? Dalam kesempatan tersebut, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo memaparkan strategi perseroan dalam mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA/ Hydropower) di tanah air."Sebagai negara kepulauan, Indonesia menyimpan beragam sumber energi baru terbarukan. Khusus energi air, sebagai salah satu sumber energi terbesar, Air memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan hingga mencapai 95 GW, namun baru dimanfaatkan hanya sebesar 5,8 GW," papar Darmawan.
-
Siapa yang membangun PLTS di IKN Nusantara? PLTS ini dibangun melalui subholding PLN Nusantara Power (NP) bekerja sama dengan perusahaan energi asal Singapura, Sembcorp Utilities Pte. Ltd.
-
Bagaimana PLN mendukung transisi ke kendaraan listrik? PLN siap mendukung upaya pemerintah dalam mendorong ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Pengguna EV tidak perlu risau, sebab infrastruktur telah dibangun lebih merata. Apalagi Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU), dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) telah siap, mudah dan nyaman digunakan.
-
Bagaimana cara PLTA Ketenger menghasilkan listrik? Air yang sudah tertampung di kolam selanjutnya dialirkan untuk menggerakkan turbin yang kemudian menghasilkan listrik.
-
Dimana PLTS di IKN Nusantara dibangun? PLTS yang berada di Sepaku, Penajam Paser Utara, ini ditargetkan rampung dan beroperasi pada Mei 2024.
Catatan pertama, terkait permintaan dari rooftop PV atau PLTS atap. Harus dipastikan kesediaan orang Indonesia menggunakan teknologi ini sudah tinggi atau belum.
Menurut Yayan, teknologi ini biasanya digunakan oleh rumah tangga atau konsumen yang memang memiliki literasi yang baik untuk menggunakan teknologi tersebut seperti literasi lingkungan akan green economy atau green investment (ekonomi hijau dan investasi hijau).
Di sisi lain, ada juga masyarakat yang tidak willingness to use (tidak ingin menggunakannya). "Maka jawabannya yaitu economic incentives. Apakah benefit menggunakan teknologi bagi rumah tangga akan lebih banyak dibandingkan cost of investment and maintenance (biaya investasi dan pemeliharaan) dari penggunaan teknologi ini," ujar Yayan melansir Antara, Rabu (18/8).
Doktor dari Czech University of Life Science Prague, Republik Ceko itu mencontohkan, ada vendor yang siap untuk instalasi, layanan purna jual untuk maintenance yang dapat diakses seperti menggunakan mobile phone pada saat ini.
"Semua dapat diakses dengan mudah dan nilai ekonomi dari investasi ini mudah diakses dan dibeli dengan murah atau investasi yang efisien," kata Yayan.
Kedua, terkait investasi yang efisien untuk roofsolar PV tidak mudah. Sebagai contoh, di beberapa negara Eropa seperti Prancis, Jerman, Spanyol atau Italia, Levelised Cost of Electricity (LCOE) kurang lebih 20 sen euro/kWh, masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan LCOE di wilayah Eropa tengah dan timur seperti Hungaria, Bulgaria, Romania, dan Estonia yang hanya 5-10 sen euro/kWh pada 2017.
Namun, harganya terus turun dalam jangka waktu tiga tahun sebesar 50 persen menjadi 5-10 sen euro/kwH. "Artinya pengembangan R&D untuk teknologi rooftop PV di Eropa sangat signifikan menurunkan LCOE selama periode 2017-2019," katanya.
Menurut Yayan, jika melihat pada tarif dasar listrik (TDL) Indonesia, harga akhir listrik PLN berada di kisaran 6-8 sen euro/kWh, berdasarkan informasi dari PT PLN untuk TDL April – Juni 2021.
"Kita dapat bayangkan ini harga konsumsi akhir, jika kita bandingkan dengan harga rooftop di EU harga tersebut adalah ongkos produksinya, jadi mereka akan jual di kisaran 9-10 sen euro/kWh. Keekonomian TDL harga listrik saat ini tidak mendukung terhadap keekonomisan dari investasi teknologi rooftop PV," ungkap Yayan.
Berdasarkan hasil perhitungan di EU, lanjut Yayan, WACC (Weight Cost of Capital) untuk investasi rooftop berada di 7 persen. Sedangkan di Indonesia WACC atau IRR keekonomian di atas 10 persen. "Di sini ada kesenjangan antara daya beli vs price, investment vs economic price, harusnya investment = price sehingga price = daya beli (purchasing power)," kata Yayan.
Menurut kalkulasi Laboratorium Sistem Tenaga Listrik Institut Teknologi Bandung (ITB), jika tarif PLTS atap tetap 100 persen atau Rp1.444,3 per KWh dan diikuti penambahan kapasitas 1 GW tiap tahun, hingga 2030 maka akan ada kenaikan Biaya Pokok Produksi (BPP) Rp11,3 per KWh atau Rp42,5 triliun selama sembilan tahun.
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Tanggapi PLTS Atap Pemerintah, Pakar Unpad Beri Syarat Ini agar Penerapan Berhasil
Pemerintah Diminta Libatkan 4 Pihak Ini dalam Program Penggunaan PLTS Atap
Regulasi PTLS Atap Disebut Berpotensi Bikin Tarif Listrik Naik
Pembangunan PLTS Atap Secara Masif Dikhawatirkan Berdampak ke Sistem Kelistrikan
Menteri ESDM Sebut Investasi PLTS Semakin Kompetitif
Terkuak, Ini alasan Pelaku Industri Manfaatkan Sumber Energi Panel Surya