Abaikan Nyinyiran Orang, Perempuan Lulusan UCLA Amerika Sukses Jual Rempeyek saat Pulang ke Indonesia
Dengan modal minimalis, Yessie memproduksi rempeyek dari rumah.
This is description
Abaikan Nyinyiran Orang, Perempuan Lulusan UCLA Amerika Sukses Jual Rempeyek saat Pulang ke Indonesia
Lulusan UCLA Amerika Pilih Jualan Rempeyek di Tanah Air
Lulus dari universitas bergengsi di luar negeri terkadang menjadi beban moral tersendiri saat kembali ke Tanah Air. Namun, Yessi Calissa tidak menjadikan hal tersebut sebagai beban.
Selama keluarga mendukungnya, dia terus melangkah mengembangkan bisnis rempeyek.
Dalam wawancara yang diunggah akun YouTube HaloBos, Yessi bercerita kalau dia alumni dari Univesitas California Los Angeles (UCLA) dengan mengambil jurusan Ekonomi Akunting.
- Awalnya Coba-Coba, Diaspora Ini Sukses Bisnis Bumbu Rendang di Amerika Serikat
- Terbukti Langgar UU Pencucian Uang di Amerika, Aplikasi Binance Harus Segera Ditutup
- Nino Kuya, Anak Uya Kuya, Raup 17 Juta Sekali Jualan Gorengan di Amerika
- Kalangan Pengusaha Amerika Serikat Apresiasi Menko Airlangga Atas Iklim Bisnis Indonesia yang Kondusif
Yessi kemudian memutuskan berhenti bekerja dan beralih menjadi penata rias wajah. Jam kerja sebagai penata rias wajah diakui Yessi amat berat. Sebab, sejak dini hari menjelang subuh, dia harus siap sedia (stand by).
Satu waktu, Yessi terpikir untuk membuat bisnis. Rempeyek menjadi pilihan Yessi untuk membangun bisnis. Alasan memilih rempeyek karena camilan tersebut selalu disediakan sang mamah di rumah. Lagi pula, rempeyek yang diproduksi berbeda dibandingkan yang selama ini ada di pasaran.
Di tahun 2018 akhir, Yessie memulai usaha rempeyek. Dengan modal minimalis, Yessie memproduksi rempeyek dari rumah. Dari produksi hingga pemasaran, semua dilakukan Yessi sendiri.
Lambat laun, pesanan mulai meningkat drastis dan meyakini usia bisnis tersebut akan panjang. Akhirnya, dia menyewa tempat sebagai tempat produksi.
Yessi juga mendaftarkan produknya ke Badan Pangan Obat dan Makanan (BPOM). Langkah ini sebagai modal 'branding' bagi Yessi, yang menegaskan produknya sangat berkualitas dan premium.
Dia menyampaikan, kendala selama merintis bisnis rempeyek ini, justru bukan dari keluarga inti melainkan orang luar.
"Kendalanya ya masalah orang luar kalau misalnya nanya 'kamu ngapain sekarang?' bisnis rempeyek mungkin dulu mereka pikir 'ngapain udah mahal sekolah di luar tapi akhirnya bikin rempeyek' tapi untungnya keluarga dukung," cerita Yessi.
Di awal produksi, dia hanya melayani pesanan atau pre order saja. Namun saat ini, setiap hari memproduksi rempeyek untuk memenuhi permintaan pasar.
Dalam sebulan, omset yang diraup Yessi bisa tembus ratusan juta. Nilai tersebut akan semakin besar jika sudah memasuki musim lebaran atau Natal.
"Itu bisa tiga kali lipat. Sehari itu bisa mencapai puluhan juta," ungkapnya.
"Jika orang jual rempeyek paling mentok Rp50.000, saya bisa jual Rp250.000 karena branding yang saya buat," kata Yessi mengakhiri.