Asal Usul Singapura Bisa Jadi Negara Penentu Harga BBM
Shell membangun tempat penyimpanan (storage), pencampuran (blending) dan pengisian BBM (bunkering) untuk kapal-kapal yang lewat selat Malaka dan sekitarnya. Secara geografis letak Singapura memang sangat strategis.
Singapura saat ini menjadi pusat perdagangan minyak dunia (oil trading hub). Dengan kata lain, The Lion City ini disebut sebagai negara pasar energi.
Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Archandra Tahar mengatakan, Singapura menjadi titik penting dari alur terbentuknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di tingkat konsumen. Sebab Singapura menjadi tempat berkumpulnya penjual dan pembeli (trader) minyak dunia.
-
Kenapa harga BBM di Singapura tinggi? Penerapan tarif pajak yang lebih tinggi telah menaikkan harga minyak di negara kecil tersebut.
-
Kapan harga emas Antam naik? Harga emas Antam mengalami kenaikan sebesar Rp5.000 per gram pada Jumat (5/7/2024) pagi.
-
Kapan Pertamina menyesuaikan harga BBM? PT Pertamina (Persero) kembali menyesuaikan harga BBM nonsubsidi per 1 November 2023.
-
Apa saja komponen dalam jual beli BBM? Dalam jual beli BBM, lanjutnya, terdapat tiga komponen, yaitu Pajak PPN, PBBKB, dan Iuran BPH Migas. Ketiga komponen tersebut merupakan kontribusi para pelaku usaha kepada negara atas hasil pengelolaan kekayaan negara.
-
Kenapa harga beras di Jawa Tengah naik? Kenaikan ini dinilai signifikan dengan kondisi kemarau panjang yang sedang melanda berbagai daerah di Jawa Tengah.
-
Apa yang menyebabkan harga BBM di Hong Kong sangat mahal? Penyebab dari harga yang tinggi ini adalah kurangnya kilang minyak di Hong Kong. Oleh sebab itu, segala kebutuhan bahan bakar harus diimpor ke Hong Kong.
"Kalau kita mau belajar sejarah, sebelum merdeka pada tahun 1965, Singapura sudah dipilih oleh perusahaan minyak Shell Belanda menjadi pusat distribusi BBM di Kawasan Asia," ungkap Arcandra dalam akun instagramnya @arcandra.tahar, dikutip Jumat, (14/10).
Dia bercerita, Shell membangun tempat penyimpanan (storage), pencampuran (blending) dan pengisian BBM (bunkering) untuk kapal-kapal yang lewat selat Malaka dan sekitarnya. Secara geografis letak Singapura memang sangat strategis.
"Kapal-kapal yang berlayar dari Eropa dengan tujuan Asia Timur akan melintasi Singapura," katanya.
Sebenarnya sebagai pusat distribusi BBM, peran sebagai penyedia storage, blending dan bunkering sudah cukup bagi Singapura untuk menarik kapal-kapal yang lewat untuk singgah. Namun, satu peran yang tercecer untuk mendaptkan nilai tambah yang optimal, yakni belum adanya kilang minyak (refinery).
"Maka, dari tahun 1961 sampai 1973 Singapura membangun lima refinery sekaligus," kata dia.
Datangkan Minyak dari Timur Tengah
Untuk memenuhi kebutuhan minyak mentah yang diolah oleh refinery, Singapura mendatangkannya dari negara negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, Kuwait, UAE dan Qatar. Setelah diolah oleh refinery, BBM yang dihasilkan dijual ke negara-negara sekitar seperti Jepang, Hong Kong, China, Australia dan Indonesia.
Hanya dalam waktu 12 tahun, Singapura sukses membangun 5 refinery sekaligus. Keberhasilan pembangunan kilang-kilang tersebut tidak terlepas dari berbagai faktor yang saling mendukung.
"Beberapa di antaranya berkaitan dengan kejelian Singapura dalam melihat peluang di kawasan Asia," katanya.
Arcandra mengatakan keberhasilan pembangunan kilang tidak terlepas dari peran Pemerintah Singapura. Pemerintah jeli melihat peluang dan mengeksekusi dengan baik lewat kebijakan yang tepat.
Kesuksesan kebjikan di satu sektor tergantung juga dari dukungan dari sektor lain terutama sektor keuangan dan perpajakan. "Indahnya sebuah sinergi," ungkapnya.
Dari ekosistem yang terbentuk di bidang perdagangan minyak dan BBM, lahirlah pusat perdagangan komoditi lain seperti bahan tambang dan mineral. Ini lah yang menjadi cikal bakal Singapura tumbuh menjadi pusat industri keuangan, IT dan pendidikan.
Semua Berkat Insentif Pajak Pemerintah
Di sisi lain, Arcandra menyebut Jepang membutuhkan BBM yang sangat besar untuk menunjang kegiatan ekonomi pasca perang dunia kedua. Selain itu, pasukan Amerika Serikat (AS) yang sedang bertempur dengan Vietnam membutuhkan BBM yang sangat besar.
"Bayangkan lebih dari 20 persen BBM yang dihasilkan refinery di Singapura ini dibeli oleh pasukan AS," kata dia.
Tingginya permintaan BBM kala itu nyatanya bukan jadi faktor utama keberhasilan pembangunan kilang-kilang di Singapura. Ternyata, kunci utamanya ada pada insentif pajak yang diberikan negara kepada investor yang membangun kilang ini.
"Menurut literatur yang kami pelajari, yang menjadi kunci utamanya adalah adanya insentif pajak," kata dia.
Dia menuturkan, Singapura membebaskan pajak selama 5 tahun pertama beroperasi. Bagi pelaku usaha, insentif pajak ini bisa mempercepat pengembalian modal. Sehingga keekonomian projek menjadi sangat baik.
Berkat dukungan tersebut, Singapura pun berhasil memainkan peran sebagai pusat distribusi BBM di Asia. Tak berhenti di situ, Singapura banyak mengambil peluang ketika harga BBM jatuh.
Singapura melihat peluang lain untuk memajukan sektor energi mereka dengan membangun pusat perdagangan minyak dunia di Singapura. Sampai pertengahan tahu 1980-an, pusat perdagangan BBM sudah terbentuk di Singapura.
Tarik Trader Minyak dari Tokyo dengan Insentif Pajak
Hanya saja, kala itu pusat perdagangan minyak mentah (crude) masih dipegang oleh Tokyo. Biaya berbisnis di Tokyo waktu itu sangat tinggi.
Kondisi ini diperparah sulitnya mendapatkan likuiditas (uang) dari Bank. Sehingga pusat perdagangan minyak mentah perlahan berpindah ke Singapura. Namun keadaan itu tidak serta merta menjadikan Singapura sebagai pusat perdagangan minyak mentah di Asia.
"Apakah cukup situasi yang kurang mendukung di Tokyo mampu membuat para trader minyak berpindah ke Singapura? Ternyata tidak," kata dia.
Faktanya campur tangan pemerintah Singapura yang mempercepat penyatuan dua pusat perdagangan tersebut. Pemerintah Singapura kembali memberikan insentif pajak kepada para pengusaha dengan tarif pajak yang hanya 10 persen.
"Aktivitas perdagangan minyak dan BBM hanya dikenakan pajak 10 persen," kata dia.
Kebijakan ini pun sukses mendorong Singapura meraih posisinya saat ini. Ditambah dengan kemudahan dan kepastian berusaha. Tentunya ini membuat para trader berbondong-bondonglah pindah ke Singapura.
"Kesulitan dalam hal likuiditas di Tokyo mampu dicarikan jalan keluarnya di Singapura," pungkasnya.
(mdk/idr)